25. Gallery Mbak Ratna

384 42 1
                                    

Makan siang dengan Mbak Octa berlangsung sangat singkat. Makan siang 30 menit lalu Mbak Octa bertemu dengan personal shoppernya. Dengan sekejap, Mbak Octa sudah mengabari ia telah landing di Singapura.

Julian kembali ke rumah pukul 7 malam. Yang spesial, ia kembali bersama mobil Volvo XC90 serta seorang supir bernama Mas Ilham.

"Malem, Mas," ucapku saat Julian masuk lewat pintu utama, bukan lewat basement.

"Halo, Sayang." Julian mengecup dahiku lalu langsung berjalan masuk ke dalam rumah.

Mbak Ade bergegas pergi ke basement untuk mengambil tas Julian yang masih di mobil serta membereskan sepatu Julian di depan. Mbak Susi sibuk menyiapkan makan malam kami. Tanpa aku sadari, Mbak Ratna telah menyiapkan kamar mandi untuk Julian.

"Pak, air hangatnya udah saya siapkan," ucap Mbak Ratna dan tersenyum pada Julian.

Aku baru menyadari bahwa Mbak Ratna memakai lipstik dan perona pipi hari ini. Atau mungkin dia telah memakainya dari dulu? Alisnya juga telihat lebih runcing dan tebal.

Julian mengangguk dan melepas jasnya sebelum masuk ke kamar. Aku mengikuti dari belakang. Namun saat itu, Mbak Ratna menyalipku untuk membantu Julian melepaskan jasnya.

"Sama saya aja, Pak." Mbak Ratna menarik jas itu.

Julian terdiam dan menatapi Mbak Ratna dari ujung kepala sampai ujung kaki. Aku baru mengerti sekarang. Julian memang terlihat tidak suka disentuh tanpa seizinnya. Julian menarik tanganku dan meletakkannya di dasinya.

"Tolong lepasin dasi sama sabuknya, Sayang." Julian menatapku dengan tatapan yang tak biasa. Aku menurutinya sebagai seorang istri yang patuh.

Sesekali aku melirik Mbak Ade yang terlihat kebingungan saat Mbak Ratna mengambil alih tugasnya. Aku juga menatap Mbak Ratna yang terlihat serius saat jemariku berada di sekitar leher Julian untuk melepas dasinya. Ia semakin melotot saat aku melepas sabuk Julian.

"Saya mau ngobrol dulu sama Ibu. Makan malamnya nanti saja," ucap Julian dan masuk ke kamar bersamaku.

Julian mengunci pintu kamar dan menarik napas dalam. Sesuatu jelas mengganggu pikirannya. Aku tak yakin apakah sesuatu tentang pekerjaannya atau sesuatu tentangku yang membuatnya termenung.

iPad yang tergeletak di atas meja menjadi perhatian Julian. Ia ambil tablet itu lalu berjalan ke seluruh kamar sambil mengamati letak kamera CCTV kami yang sama sekali tak terlihat kasat mata. Banyak kamera tersembunyikan dengan hiasan cantik agar tak merusak suasana.

"Ini akses untuk CCTV. Kabarin aku kalau ada sesuatu," ucapnya dan menyodorkan aku tablet itu setelah ia masuk ke sebuah aplikasi.

Aku mengangguk. Tapi, ia bahkan tak menanyakan kenapa aku ingin melihat CCTV. Julian pergi ke kamar mandi dan aku mulai mengulik rekaman CCTV.

Aku tak tahu apa yang kucari, sebetulnya. Aku merasa ada sesuatu yang mengganjal dengan rumah ini. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan dan aku tak tahu apapun.

Aku mulai mengecek berbagai kamera. Ternyata, banyak sekali tempat tersembunyi yang dipasang CCTV. Bahkan setiap kamar mandi terpasang dua kamera dengan sudut yang berbeda.

Tuhan seperti memberitahuku sesuatu. Tiba-tiba, Rosy mengirimkan pesan.

Rosy
Girlie lagi apa
Sibuk gak

Carlina
Engga beb
Mas ian baru pulang kerja aja
Kenapaa

Rosy
LO MANGGIL DIA MAS SEKARANG?

Carlina
Ya biar sopan anjir
Dia kan suami gue beneran sekarang
Masa gue manggil nama doang

Rosy
ANJIR WKWKWK
Gemes banget
Terus lu dipanggil apa?
Adek?

Rumah Putih GadingWhere stories live. Discover now