Jakarta terasa menyesakkan setelah liburan di Bali. Udara penuh polusi yang sudah menjadi ciri khas membuatku ingin batuk setiap detik.
Kota ini lebih menyesakkan lagi dengan orang-orang yang begitu negatif. Spesifiknya, semua orang yang terlalu peduli tentang privasi Julian dan aku, calon istri barunya.
Seperti yang kuharapkan, pertunangan mendadak waktu itu tetap tersebar. Aku akhirnya menyadari kalau Julian adalah selebritas secara tidak langsung. Aku sempat mengecek beberapa akun Tiktok dan Instagram yang mengklaim mereka adalah fanbase Julian.
Bahkan mereka punya akun shipper Julian dan Chloe. Lebih parahnya, ada akun shipper Julian dan Alice.
Aku tak habis pikir. Julian bukan pemain profesional Mobile Legend ataupun influencer. Julian tak punya sosial media umum, sama sepertiku. Hidupnya bisa dibilang tertutup. Kecuali saat ia bersama Chloe.
Ia masuk dalam banyak konten Chloe dan kolaborasi dengan influencer lain di berbagai media. Bahkan ia sempat diundang ke podcast yang membicarkan seputar hubungannya dengan Chloe.
Julian
Kamu sibuk hari ini?Carlina
Aku pengangguranJulian
Ahahaha
Bener juga
Mau ikut aku ke bogor?Carlina
Kita jadi tinggal di rumah nenekmu?Julian
Liat liat aja
Kamu juga belum pernah ke sana kan
Sambil kita cari rumah yang kamu mauCarlina
OkayJulian
Aku jemput jam 11 ya
Mama ada di rumah?Carlina
Lagi mau berangkat arisan
Sambil pamer anaknya mau nikah wkwkJulian
Aduh tanteee
Ya sudah tunggu ya***
Sebuah mobil asing berhenti di depan rumahku. Aku dapat mendengar kedatangannya dengan jelas dari suara knalpotnya yng begitu rendah dan dalam.
Ibuku mengintip ke luar rumah melalui monitor CCTV di TV ruang tengah. Aku yang baru turun dari lantai dua dengan rok tennis coklat, kaos polo putih, dan vest rajut berwarna coklat membuat ibuku menganga.
"Cantik banget. Mau ke mana?" tanya Mama yang sibuk menatapku sampai tidak melihat siapa sosok yang baru turun dari mobil.
"Mau pergi," ucapku, tak menjawab pertanyaannya.
Tepat saat itu, bel rumah berbunyi. Mas Budi yang kebetulan sedang membersihkan halaman langsung membukakan pagar untuk tamu yang baru datang itu.
"Misi, Bu. Ada tamu namanya Julian," ucap Mas Budi dari pintu.
"Eh, suruh masuk! Bilang sama Mbak Lita buat bikinin minuman dari markisa kita kemarin itu. Sama bawain anggur ya," ucap Mama ke Mas Budi.
"Amer, Bu?"
"Bukan, dong! Anggur muscat itu loh. Yang Ibu beli di Farmers Market kemarin."
"Ohh, ya, ya." Mas Budi langsung melesat ke dapur. Mama merapikan rambutnya sedikit yang sudah disanggul rapi sejak pagi. Ia tinggal menunggu jam 12 siang agar menjadi tamu paling terakhir yang datang ke arisan.
"Halo, Julian. Masuk-masuk. Maaf rumahnya berantakan. Tante lagi mau pergi juga, jadi belum sempat beres-beres." Mama membukakan pintu lebar untuk calon menantunya. Tentu saja, ditambah senjata andalan dengan merendahkan diri.
"Halo, Tante. Gapapa. Ini Mama nitip lapis legit buatan Mama." Julian menyodorkan sebuah paper bag berwarna merah.
"Waduh! Padahal aku cuma bercanda waktu itu. Tolong sampein makasih ke Mama kamu, ya. Sini, duduk dulu. Tante baru dikirim buah markisa dari villa di Sukabumi. Enak banget." Mama menarik tangan Julian untuk duduk di ruang tamu.