43. Pesta Teh

90 18 3
                                    

Dengan kesadaran penuh, Julian benar-benar membuat pesta teh bodoh ini bersama keluarga Yohan.

Pesta teh diadakan di taman belakang sekaligus kolam renang rumah Oma Sari yang memang sangat amat cantik. Aku bisa merasakan sentuhan klasik dari jaman penjahahan di rumah ini. Oma Sari adalah memang memiliki orang tua campuran Belanda-Indonesia.

Mama Ayu membawakan lapis legit andalannya seperti biasa. Namun, kali ini aku ikut berpartisipasi dengan membawakan Bolu Koja yang sebenarnya dibuat oleh Mbak Lita berdasarkan resep Mama.

Papa Haris sangat sumringah berbincang-bincang dengan Om Alex, ayah Yohan yang hanya 3 tahun lebih muda darinya.

Alexander Darmawan, ayah dari Yohanes Darmawan. Pria itu lima bersaudara dan merupakan anak kedua. Ia memiliki dua anak, Yohan dan Jeslyn. Jeslyn adalah adik Yohan yang berkuliah di Amerika dan sedikit lebih tua dariku. Mungkin seumur Mbak Octa.

Aku menganalisis kondisi keluarga ini dengan menguping, pura-pura sudah mengetahui semuanya dan menganggap diriku memang pantas untuk berada di sini.

"Oma baru tahu lho, kalau kau sudah hamil. Ya Tuhan, semoga anakmu diberkati," ucap Oma Sari yang duduk di kursi santai di bawah tenda bersamaku.

"Amin. Terima kasih Oma," ucapku dan melontarkan senyuman termanis.

Oma Sari mencoba memegang perutku yang masih rata ini. Ia tertawa bersama Mama Ayu sambil membicarakan perkiraan jenis kelamin dan bentuk wajah anakku dengan Julian.

Julian dan Yohan sedang berada di kolam renang sambil memantau kelima anjing Poodle dan Pomeranian Oma Sari yang sedang berenang. Mereka terlihat bercakap-cakap santai. Namun aku mengenal Julian, wajahnya bisa saja santai, tapi mulutnya dapat mengeluarkan kata-kata paling menyakitkan.

Tante Lily, ibu Yohan dan sekaligus menantu Oma Sari, menghampiri kami setelah memotong bolu koja dan lapis legit di dapur. Dua asisten Oma juga membawa hidangan lain seperti croquette kentang isi daging dan klappertart.

Hidangan ini terlalu banyak untuk pesta 7 orang dan 5 dari mereka adalah orang berumur. Namun setelah kuperhatikan, Oma Sari memiliki sangat banyak pelayan di rumahnya. Aku yakin mereka akan ikut menyantap makanan ini nantinya.

Pelayan khusus untuk mengurus anjing itu saja ada dua orang. Rumah ini terlalu besar untuk diurus satu pelayan. Setidaknya, ada tiga orang yang harus membersihkan rumah ini. Pelayan pribadi Oma Sari ada dua orang, aku sudah memastikannya. Ada seorang juru masak, supir, dan tukang kebun. Pasti ada lebih dari 10 orang untuk mengurus rumah yang hanya ditinggali Oma Sari ini.

Tapi aku tak seharusnya menghakimi. Sebentar lagi, aku pasti akan mempekerjakan orang lain sebagai pengasuh anakku. Aku sudah terpikirkan untuk mempekerjakan tukang kebun tetap di rumah karena aku akan kewalahan setelah melahirkan.

Oh, ini gila. Sepertinya aku mulai terpengaruh dengan gaya hidup keluarga Julian.

Dulu, Mbak Lita dan Mas Budi saja sangat cukup untuk mengurus seluruh rumah kami di Lebak Bulus. Walau aku ingat, dulu aku punya pengasuh sendiri saat masih kecil. Tapi setelahnya, Mama lebih senang mengurus rumah sendiri dibanding orang lain. Mama senang menata rumah dan berkebun. Aku tak serajin itu.

Bahkan saat ini, yang kuinginkan hanya membaca buku sambil berendam air hangat dengan menyalakan lilin aromaterapi berbau ceri.

Ah, aku ingin ceri tiba-tiba. Kue Black Forest lebih tepatnya.

Ternyata keinginanku memakan ceri datang dari liqueur fermentasi ceri yang baru saja dibuka oleh Om Alex untuk Papa Haris. Julian dan Yohan menghampiri meja camilan hanya untuk mengambil gelas liqueur lainnya, lalu kembali berjalan berdua menuju tepi kolam renang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 4 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Rumah Putih GadingWhere stories live. Discover now