Jantungku sepertinya tak berdetak untuk beberapa saat.
Aku yakin, cupid sedang berterbangan di sekitar kami dan baru saja menembakkan anak panahnya padaku.
Senyum di wajahku mengembang. Aku dapat melihat rona pipi yang cantik di pipi Julian saat ia mengatakan hal tadi. Kami berdua larut dalam tatapan dalam ini.
"A-Aku..."
Julian langsung tertawa begitu melihatku gugup menjawab. Ia tahu ini akan terjadi. Ia mencairkan suasana dengan mengalihkan pembicaraan.
"Kamu suka photobox? Ada tempat namanya Photomatics di deket sini, tinggal jalan kaki. Kamu mau coba?" ucapnya lalu berdiri dan merapikan hoodienya.
"Oh, iya, boleh." Aku berdiri dan meneguk latteku sampai habis sebelum membuang gelasnya ke tempat sampah.
Kami berjalan kaki dari Taman Literasi ke Photomatics. Secara tak langsung, ini adalah sebuah kencan. Kami membaur dengan pasangan lain yang berada di sekitar Blok M. Kami terlihat normal, kami terlihat seperti pasangan yang saling mencintai.
Beragam warna cerah dan berkilau menyambut kami di Photomatics. Kami naik tangga melingkar yang dihias bola disko dan untaian tinsel berwarna ungu. Tempat ini memberikan aku kesan retro yang lucu.
Sesampainya di atas, aku melihat banyak muda-mudi yang sibuk berdandan, memilih aksesoris, dan berpindah-pindah tempat foto. Aku bercermin sedikit dan merapikan rambutku yang selalu berantakan.
"Coba kamu pakai bando ini." Julian memasang bando Teletubbies Po yang berwarna merah. Kami sama-sama tertawa saat menatap kaca.
Aku mengambil kacamata bertemakan Minnie Mouse dan memasangkan bando Teletubbies Dipsy ke kepala Julian. Ia ikut merapikan bandonya dan bercermin.
"Sini." Ia menarikku ke depan cermin lalu memfoto kami di cermin. Aku tersenyum canggung karena ini pertama kalinya untukku.
Setelah ada booth yang kosong, kami langsung masuk. Booth itu memiliki latar berwarna kuning yang membuat bando kami terlihat kontras. Setelah Julian membayar photobooth melalui QRIS, aku langsung melihat-lihat frame untuk foto kami.
"Ini kali, ya?" Aku menunjuk salah satu frame berwarna pink.
"Pilih aja kesukaanmu," ucap Julian yang sudah siap berfoto.
"Ih, ada frame Abe Cekut!" ucapku sambil menunjuk frame Abe, anak kecil lucu yang terkenal di Tiktok.
"Siapa Abe?"
"Itu loh, yang, ulta mimi!" Aku menggeleng gelengkan kepalaku seperti Abe sambil berjoget kecil.
Julian langsung tertawa terbahak-bahak sampai ia jongkok di lantai. Apakah aku terlihat sekonyol itu?
"Iish. Ayo foto." Aku memilih frame warna pink tadi dan mengabaikan frame Abe.
Kami berfoto dengan berbagai pose yang terlihat sangat formal. Hanya menggunakan peace sign dan love dariku. Julian memainkan bandoku selagi difoto. Ia tak banyak menyentuhku dan tetap menjaga sikap.
Bisa dibilang, kami melupakan jarak tak kasat mata selama beberapa menit di dalam photobox. Kami saling tertawa saat melihat wajah lucu dan konyol satu sama lain.
Di foto terakhir, Julian merangkul pinggangku. Kami sangat dekat. Aku sama sekali tak marah ketika ia mulai menyentuhku sedikit seperti ini.
Pria ini pacarku, tunanganku, dan calon suamiku. Hanya dia yang boleh menyentuhku seperti ini.
***
Gaun telah selesai. Foto pre wedding dengan kebaya basahan telah dilakukan. Undangan telah disebar. Rangkaian hadiah seserahan yang tak diberikan saat pertunangan sudah siap. Media berkali-kali mencoba menghubungi perusahaan Keluarga Bimantara. Kami bungkam. Pernikahan ini sangat tertutup dan dijaga dengan ketat.