Rumor tentangku, Julian, dan Chloe, kembali menguasai linimasa Twitter. Entah staf sialan mana yang merekam pertengkaran Julian dan Chloe, yang jelas video itu tersebar di mana-mana. Tak ada yang mengerti latar belakang video itu, semua berpikir bahwa Julian adalah lelaki brengsek yang pantas ditampar.
Satu, karena ia telah menyakiti Chloe. Dua, karena ia berani mengobrol dengan Chloe ketika istrinya berada di sana.
Aku yang menghampiri Julian setelah ditampar Chloe juga menjadi sorotan. Belum lagi, Julian tak menghiraukanku dan langsung pergi keluar. Mereka pikir, Julian mengejar Chloe dan meninggalkanku.
Ah, sudahlah. Tak ada yang tahu setelahnya aku bercinta hebat dengan pria ini. Kejadian itu sudah berlalu dua minggu lalu.
Julian dan aku hidup baik-baik saja setelah bertemu Chloe. Aku tak cemburu sama sekali. Julian telah memastikan dengan perilaku dan ucapannya kalau aku adalah perempuan satu-satunya yang ia cintai.
Pagi ini saja, setelah ia lari pagi di tanpa mengajakku, ia pulang membawakan sebuah bouquet bunga yang ia beli dari toko bunga bernama Maliqa. Ia pria yang sangat klasik. Ia membelikanku bunga mawar merah yang langsung ia masukkan ke vas bunga untuk menghiasi meja makan kami.
Aku yang baru saja bangun pukul 8 pagi itu sedikit terkejut dengan apa yang ia sajikan di meja makan. Ia membuatkanku sarapan. Bukan sarapan biasa, ia secara spesifik menghidangkan dua tipe sarapan: salad salmon dengan sesame dressing dan fluffy pancake dengan sirup maple dan blueberry. Ia bahkan memanggang garlic bread yang sangat kusukai. Aku tak tahu ia menyadari seberapa sering aku meminta Mbak Susi untuk membuatkan garlic bread.
"Good morning, Darling," ucapnya saat sedang menyusun pancake yang ia buat di atas piring.
Bunga yang ia beli tadi pagi tak hanya aku pandangi keindahannya. Hidungku tergelitik riang ketika menghirup wangi dari bunga mawar itu. Pujianku sengaja kusimpan sampai aku menyicipi sarapan buatannya. Menurutku, ini kelewat romantis.
"Kamu sarapan duluan, ya. Mas mau mandi dulu," ucapnya sembari menyajikan pancake itu di meja.
"Aku tunggu Mas aja," ucapku.
"Okay. Mas gak lama kok."
Aku mengambil ponselku lalu memfoto hasil masakannya. Sedang kupikirkan siapa saja yang akan kupamerkan suamiku yang sangat manis ini. Mungkin sudah saatnya untuk aku membuat akun sosial media agar semua orang tahu bahwa suamiku adalah orang paling romantis.
Sebetulnya, itu bukan ide yang buruk. Tapi aku tak yakin Julian akan menyukainya karena ia orang yang sangat tertutup di publik.
Julian telah selesai mandi dengan rambut yang masih sangat basah. Kulit cerahnya itu sedikit memerah setiap ia baru selesai mandi dengan air hangat. Hal yang sangat khas itu kuperhatikan dari pipi, telinga, dan sikunya.
"Ayo makan. Percaya gak, tadi blueberry ini Mas beli di toko buah di pasar? Namanya Pasar Anyar. Ternyata di sana banyak toko buah dengan kualitas yang bagus-bagus banget."
"Hah? Mas Ian ke pasar? Gak salah denger aku?"
"Haha, iya! Aku gak berniat gitu awalnya. Aku baru inget pas masih kecil, aku sama Eyang sering diajak ke pasar itu kalau lagi liburan di Bogor. Eyang seneng banget belanja di sana daripada di supermarket. Jadi tadi aku coba ke sana lagi. Masih ramai banget kayak dulu, tapi gedungnya banyak direnovasi."
"Nanti ajak aku ke sana, dong."
"Engga deh kalau ajak kamu. Banyak lelaki centil di sana. Aku liat banyak perempuan yang digodain."
"Kan perginya sama Mas."
"Ah, kapan-kapan, deh. Nah, kamu coba dulu itu blueberry-nya. Tadi Mas udah coba."