04. Muhammad Azka Brataditama

112 12 2
                                    



Saat keempat gadis itu telah sampai pada tujuan sebelumnya, tak sedikit orang yang langsung menghindar dan pergi begitu saja hanya sekedar untuk menjauh dari keempat gadis itu, siapa lagi jika bukan Rania dan ketiga temannya

"busett, pada kabur semua" Ucap Vania sambil memperhatikan sekelilingnya yang hanya tersisa sebagian murid, itupun keberadaannya sangat jauh dari mereka

Rania tersenyum smirk "Bener juga lo Mir, kayaknya kita emang mafia" kata Rania angkuh, sambil menolehkan kepalanya kesamping menatap Mira yang ikut menatapnya

"yoi" jawab Mira mengangkat dagunya sedikit ke atas

Seseram itukah Rania dengan ketiga temannya, sampai-sampai semua orang tidak ingin berdekatan dengannya. Di sebut mafia pun rasanya tidak mungkin, karna bagi mereka, mereka tidak semenyeramkan itu

"udah biarin aja mereka kaya gitu" kata melda yang nampaknya acuh dengan ini semua

Semuanya mengangguk kompak mengiyakan, tidak penting juga untuk dipermasalahkan. Lantas keempatnya langsung menduduki kursi pada meja yang sudah menjadi meja khusus untuk mereka

"pesen seperti biasa?" Tanya Vania

"iya, baso sama jus jeruk kan?" keempatnya mengangguk kompak

Makanan Baso dengan dilengkapi sebuah minuman jus jeruk, memang sudah menjadi makanan favorit mereka, tidak pernah ada kata bosan untuk memakan makanan yang satu ini

"giliran siapa yang pesen?" 

"Ahh, Rania-Rania, ini jadwal lo pesen makanan"

Dari pertemanannya ini memang sudah membuat jadwal, yaitu jadwal hari dimana mereka akan memesan makanan, secara bergiliran.

"Sekarang gue?" Tanya Rania malas

"Iyalah, hari senin jadwal lo pesen makanan" Jawab Mira memperlihatkan jadwalnya yang tertera pada kertas yang ia pegang, sebagai bukti

Gadis itu merosotkan bahuhya, menghela nafasnya gusar dengan memasang wajah memelas, mau tidak mau, ia harus bangkit untuk memesan makanan yang nampak sangat penuh dengan antrian 

Saat berjalan mendekati murid yang tengah mengantri itu, Rania yang memang malas untuk mengantri, lantas dirinya menyerobot masuk pada jajaran paling depan 

"seperti biasa ya mba, empat" Kata Rania, seorang penjual yang sudah mengerti itu, lantas mengangguk mengiyakan, dan mulai membuat pesanannya

Siswa lain yang sendari tadi sedang mengantri hanya membiarkannya saja, jika dirinya melawan pun tentunya akan berkepanjangan dalam berususan dengan Rania, dan mereka tak ingin hal itu terjadi, toh mereka pun sudah terbiasa dengan perlakuan Rania dan tiga temannya yang selalu seenaknya memperlakukan murid lain

"Ngantri yang bener" Ucap seorang laki-laki dengan suara seraknya, yang berada tepat dibelakangnya, dan suara itu sangat tidak asing di telinganya. Dengan gerakan cepat gadis itu menolehkan kepalanya kebelakang, melihat siapa orang yang dengan lancang mengatakan hal itu padanya 

"Lo?" Rania terdiam sejenak, merasa terkejut dengan keberadaan laki-laki yang sangat ia benci,

"Lo yang kemarin kan?!" Tunjuk Rania tepat didepan wajahnya 

Namun orang yang ia tunjuk, tidak memandang langsung ke arahnya, laki-laki itu justru mengalihkan tatapannya, seolah-olah tidak ada manusia yang berada didepannya

"helloww, lo denger ga sih?" Tanya gadis itu geram yang lagi-lagi tidak mendapat jawaban 

Rania yang memang ingin bertanya-tanya tentang mengapa ia bisa berada di kamarnya kemarin malam, dan ingin memastikan jika laki-laki itu tidak melakukan sesuatu terhadapnya, gadis itu berniat untuk berbicara empat mata langsung dengannya. Lantas dengan gerakan cepat, Rania menarik tangannya agar terhindar dari antrian kerumunan murid ini 

AZKA BRATADITAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang