11. mine

120 20 77
                                    



Setelah lamanya berpikir, Azka akhirnya menemukan ide untuk membawa gadisnya pulang, dan strategi pertama yang harus ia lakukan adalah dengan menghampiri meja yang ditempati oleh Rania bersama kekasihnya

"eh mau kemana lo" Tanya Kevin kala melihat Azka yang sudah bangkit dari duduknya, namun sialnya Azka tak merespon ucapannya

Dari kejauhan Kevin memandang gerak-gerik Azka yang sedang berjalan, tak lama ia dikejutkan dengan perjalanan kakinya yang mendekat ke arah meja Rania "baru kali ini gue liat Azka nyamperin cewe" katanya menggelengkan kepalanya beberapa kali, merasa tak percaya

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam" jawab keduanya malas, sambil memutarkan kedua matanya

"Maaf untuk anda" kata Azka, menunjuk pada Dion menggunakan jari jempolnya, Dion yang ditunjuk seperti itu lantas mendongakan kepalanya, untuk menatap arahnya

"apa?" tanyanya, merasa tak senang dengan kehadirannya

"Masih punya hutang hukuman telat sama saya kan?" lanjut Azka, mengingat jika laki-laki itu sempat kabur dalam menjalankan hukumannya

"udah lewat itu mah, masih aja di inget" balas Dion mengelak

"Hukuman akan tetap hukuman" tegas Azka dengan berwibawa, ia hanya tidak ingin jika dirinya yang menjabat sebagai ketua osis akan diperlakukan semena-mena oleh sang murid

Bagaimana pun azka harus menciptakan sifat pemimpin yang adil dan bertanggung jawab akan jabatan yang ia pegang tahun ini di sekolahnya

"Nanti hukumannya di sekolah" Katanya pasrah, Dion hanya ingin jika laki-laki itu segera pergi dan tidak mengganggu acara makan malamnya

"Tapi saya maunya sekarang" kata Azka santai, memasukkan kedua lengannya pada saku celana, sambil menatap ke arah Dion yang nampaknya sangat kesal terhadapnya

"hukuman di sekolah, tidak menjamin anda menjalankan hukumannya" lanjutnya dengan penuh penekanan

Rania yang melihat wajah kesal yang terpancar dari kekasihnya, merasa ketakutan sendiri, ia tau dengan sifat Dion yang akan berbuat kasar jika ada orang yang mengusik ketenangannya

Dughh

Dion memukul mejanya sangat keras, laki-laki itu berdiri berhadapan dengan Azka seperti orang yang ingin menantangnya dan itu semua tak luput dari fokus perhatian Rania dan beberapa pengunjung yang ada disini, begitupun juga dengan Kevin yang ikut memperhatikannya dari kejauhan. Azka yang ditatap seperti itu hanya bersikap santai sambil memperhatikan apa yang akan laki-laki itu lakukan

"Ini area luar sekolah, jadi ga usah sok paling berkuasa disini!!" Tegasnya dengan tatapan menusuk matanya tajam, Azka yang melihat wajah amarahnya itu hanya memalingkan kepalanya kesamping seperti meremehkan

Bugghh

"Dionn" Rania yang sebelumnya terus memperhatikan seketika ia langsung berdiri saat melihat aksi pacarnya yang memukul wajahnya

Azka yang dipukul keras, hanya memalingkan wajahnya ke samping, pukulan itu tidak sampai membuatnya terjatuh ke bawah, namun pukulan itu berhasil menciptakan luka lembam pada sudut bibirnya

"Azka, lo gapapa"

Tidak tersangka, jika Rania bangkit tidak untuk mendekati pacarnya, melainkan mendekat ke arah Azka "awss" ringgis Azka, rasa sakit di area bibirnya kini mulai terasa

"coba gue liat" Tangan Rania terangkat hendak menyentuhnya, dengan refleks Azka seketika memalingkan wajahnya

"gue gapapa" Rania merasa gugup, ia jauhkan wajahnya dari wajah Azka, merasa bingung dengan dirinya yang mengapa bisa begitu mengkhawatirkannya

"Kamu kenapa pukul orang sembarangan sih" Kata Rania berbalik badan menatap ke arah pacarnya dengan tatapan seolah-olah mengatakan ia tak terima jika Azka diperlukan seperti itu

"kamu belain dia?" Tanya Dion menunjuk ke arah Azka dengan jari telunjuknya

"mau siapapun orang yang kamu pukul, aku akan belain" balas Rania yang sudah tersulut emosi

Dion tidak ingin ikut memarahi gadis itu, kini tatapannya ia alihkan pada Azka yang menjadi sumber kekacauannya "lo puas, ngeliat pacar gue belain lo"

"DION!!" sentak Rania keras, Dion memalingkan wajahnya melihat pacarnya yang lagi-lagi melindungi Azka

"Apa susahnya jalanin hukuman, ini juga salah kamu sendiri yang gamau dihukum" lanjutnya tegas

Rencana Azka di luar prediksinya, sungguh ia tidak menyangka jika gadis itu akan membelanya di depan pacarnya sendiri. Niat awalnya jika Dion menolak hukumannya, ia akan mengancam dengan melaporkannya kepada guru BK, seperti yang ia lakukan kepada Rania, namun ternyata Ranialah yang membantu strateginya

"oke fine, fine, fine" Dion mengepal rambutnya dan memutar-mutar tubuhnya sendiri

"apa hukumannya?" Tanya Dion menatap ke arah Azka dengan menaikkan sedikit dagunya, Rania yang berada di depan Azka membalikkan wajahnya ikut menatap ke arahnya

"beresin meja yang lo makan, dan meja semua pengunjung yang ada di sini"

"Gaada hubungannya sekolah sama tempat--"

"Ada-ada" potong Azka cepat

"Dengan kamu menjadi pelayan disini, itu bisa membuat kamu menjadi lebih responsible and not childish"

"Paham?" Kata Azka, ia mengangkat dagunya ke arah pelayan sebagai tanda agar laki-laki itu segera menjalankan hukuman yang ia berikan

Sebelum menjalankan hukumannya, Dion mengepalkan tangannya tak terima diperlakukan seperti itu, namun mau tidak mau, ia harus pasrah menerimanya, jika tidak Rania akan marah padanya untuk kesekian kalinya

"gue anterin lo pulang" Kata Azka, lantas pergi berjalan keluar, sebelum Rania mengikuti Azka unjuk keluar, ia membalikan wajahnya mentap ke arah Dion yang sedang menjalankan hukuman, terlintas rasa penyesalan dihatinya karna telah bersiap keras pada kekasihnya

"gokil juga si Azka" Ucap Kevin yang sejak awal memperhatikan kegaduhan mereka bertiga

****

"Lo kenapa pake baju terbuka" tanya Azka tanpa menoleh ke arahnya. Tatapannya terfokus pada jalanan

"Lo ngomong sama jalan?" Tanya Rania cengo

"sama lo"

"kalo mau ngomong sama gue, tatap mata gue sini" Kata Rania seolah-olah menantangnya. Sejak awal saat pertemuannya dengan Azka, laki-laki itu tak pernah menatap kedua matanya dengan durasi waktu yang lama

"atas dasar apa gue harus natap muka lo" Rania berpikir sejenak, yang dikatan azka ada benarnya, tapi di sisi lain ia penasaran kenapa Azka enggan untuk menatap wajahnya

"Gue jelek ya? Sampe lo gamau natap gue?"

"Lo cantik, saking cantiknya gue gabisa natap, takut nanti kebablasan, akhirnya nimbulin dosa"

Rania sedikit terkejut dengan jawaban Azka, gadis itu memalingkan wajahnya, melipat bibirnya kedalam menahan rasa salah tingkahnya sendiri akibat azka yang mengatakan jika dirinya memiliki paras cantik. Sebenarnya Rania sudah terbiasa dipanggil cantik oleh pacar-pacarnya, tapi kenapa jika Azka yang mengatakannya, rasanya sangat berbeda

Ada sesuatu yang berbeda, dan sulit untuk ia jelaskan, ia tidak paham dengan apa yang ia rasakan, intinya ada hal yang terjadi dengan perasaannya

Tak lama taksi yang Azka pesan telah sampai, laki-laki itu membukakan pintu mobil, mempersilahkan gadisnya untuk masuk ke dalam, dan Rania menuritinya. Saat gadis itu telah terduduk dengan sempurna di bagian penumpang, Azka melepas kemeja yang dipakai olehnya, dan ia gunakan kemeja itu untuk menutupi paha Rania yang sangat terbuka

"Gue gamau ada orang yang ngeliat tubuh lo"

'karna itu milik saya' lanjutnya dalam hati



08-04-2024

AZKA BRATADITAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang