17. meninggalkan

55 11 12
                                    

[GUYS JANGAN LUPA FOLLOW, VOTE DAN KOMENNYA YA, GRATIS KOK😁]



"Az"

"Iya?"

Rania gugup, ia tidak berani untuk mengatakan jika dirinya saat ini tidak ingin pulang ke rumahnya, disaat jam masih menunjukkan pukul 18.04 yang dapat dipastikan jika kedua orangtuanya masih ada didalam Rumah. Rania tidak ingin pulang, tapi mobil Azka menunjukkan arah jalan ia untuk pulang

"Kenapa?" Tanya Azka sedikit melirik ke arah kaca mobil yang berada di atasnya, melihat gadis itu yang terdiam merenung

"Gue-gue gamau pulang sekarang" katanya lantang sambil memejamkan kedua matanya, menunggu reaksi yang laki-laki itu lakukan

Azka memberhentikan mobilnya "Kenapa? ini bentar lagi nyampe"

Rania melirik ke arah samping tepat di kaca mobil, dan benar saja keduanya telah sampai dipekarangan rumahnya. Gadis itu merasa tidak enak hati untuk meminta Azka membawanya pergi, tapi bagaimana pun ia tetap tidak ingin berada di rumah itu saat ini

"Tapi gue gamau ke rumah itu" cicitnya pelan, menunduk ketakutan sambil memainkan kukunya yang panjang

"Apa alasannya?" 

"Orang tua gue ada di rumah" 

Azka terdiam, melihat Rania yang ketakutan membuatnya merasa iba untuk membiarkan gadis itu masuk ke dalam rumahnya. Azka sudah mengerti dengan ucapannya itu yang merujuk pada kedua orang tua, dan dari ekspresi wajah yang ketakutan membuatnya yakin jika terdapat permasalahan antara orang tua dan anaknya. Jika memang hal itu sangat menyiksanya, Azka tidak mungkin mengantarkan Rania pada penderitaannya 

"Gue mohon Az"

Azka berpikir, ia bukannya tidak ingin membawa gadis itu untuk pergi bersamanya, dirinya hanya takut jika Rania akan terluka saat bersamanya, dan ia tidak ingin hal itu terjadi. Jika ia sendiri yang terluka itu bukanlah apa-apa baginya, namun jika gadis itu yang terluka itu menjadi permasalahan besar baginya 

"Jadi ini alasan lo buat tetep di sekolah?" Rania mengangguk, Azka tidak bertanya lagi, ia takut jika pertanyaannya akan mengganggu privasinya

Tak berselang waktu lama, akhirnya Azka menjalankan kembali mobilnya, memutarkan ke lawan arah, meninggalkan pekarangan rumahnya. Rania yang merasakan mobilnya bergerak menjauh, ia mengembangkan senyumannya dengan memancarkan aura wajah bahagia

"Yeyy, maachii" Azka tersenyum tipis, sangat lucu menurutnya

"Gemesh banget" kata Azka pelan, sangat pelan

"Kenapa?" Rania tau jika Azka berbicara, tapi ia tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang diucapkan olehnya

"Hah? eh-eh" Azka hilang kendali, ia refleks mengarahkan mobilnya pada sisi jalan yang didepannya terdapat sebuah pohon besar

"Ka-ka" Rania panik, kedua tangannya memegang sesuatu untuk menahan tubuhnya yang terus bergerak-gerak mengikuti situasi mobilnya 

Dalam hatinya Azka tak berhenti beristigfar, laki-laki itu memutar-mutar setirnya dengan cepat, agar arah mobilnya menuju jalan yang benar. Untung saja keadaan jalan sedang sepi, jadi Azka dapat dengan leluasa mengunakan jalanan untuk mobilnya yang bergerak tanpa arah

Tak lama akhirnya Azka pun berhasil meluruskan kembali mobilnya, setelahnya laki-laki itu menghentikan mobilnya sejenak pada sisi jalanan, menetralkan hatinya yang terus berdegup kencang

Rania bernafas lega, bersyukur jika ia tidak jadi dipertemukan dengan sang pencipta di saat ia memiliki banyak dosa "Az sumpah, kenapa?" Rania bingung kenapaa hal itu bisa terjadi, sebenarnya apa yang ada dipikiran laki-laki itu 

'Apaan si lo Az, masa denger suara Rania gitu aja bisa bikin lo oleng' ucap Azka dalan hatinya, merutuki dirinya sendiri yang merasa bodoh dengan apa yang ia lakukan, karena tanpa sadar dirinya hampir saja mencelakainya 

"Ada apa?" Tanya Rania lagi, melihat Azka yang hanya diam, seperti sedang memikirkan sesuatu

"Eh-gapapa" katanya menggaruk lehernya yang tak gatal akibat merasa gugup "lo gapapa kan?" Tanya Azka, Rania dengan cepat menggeleng sebagai jawaban

"Lo sendiri?"

"Gue gapapa--tapi hati gue kenapa-napa' lanjutnya dalam hati 

Sesaat terjadi keheningan, kedua manusia itu sibuk menetralkan jantungnya yang berdegup dengan kencang dan menstabilkan nafas mereka yang menjadi tak teratur

"Mau jalan sekarang?" Tanya Azka, saat ia sudah bisa memenangkan dirinya

"Boleh, tapi mau kemana?"

"Masjid, shalat dulu"  

 ***

Singkat cerita, akhirnya Azka menemukan sebuah masjid untuk ia melaksanakan ibadahnya, lantas dirinya memarkirkan mobil yang tidak berada jauh dari tempat masjid itu. Setelahnya dengan cepat Azka keluar dari mobil, tanpa mengatakan sepatah kata apapun pada gadis itu

Rania membukakan pintu kaca mobilnya saat Azka sudah berada disamping mobil tempatnya duduk "Az, gue lagi ga shalat" Rania tidak berbohong, ia memang sedang kedatangan tamu hari ini

Azka mengangguk mengerti "jangan kemana-mana, tetep di mobil. Jangan tiba-tiba ngilang yang buat gue khawatir" Rania menganggukkan kepalanya beberapa kali

"Kalo laper bawa aja makanan di laci mobil gue. Kalo mau pergi kemanapun, mau deket mau jauh lo harus kabarin gue"

"Iyaaa" katanya terkekeh, padahal laki-laki itu hanya meninggalkannya untuk shalat, untuk menunaikan sholat pun tentu tidak membutuhkan waktu lama, tapi kenapa bisa sekhwatir itu Azka padanya

"Apa gue harus suruh orang buat jagain lo di sini?" Tanya Azka yang masih tetap mengkhawatirkannya

"Apaa gamauu, gue udah gede, udah bisa jaga diri gue baik-baik" kata Rania berusaha meyakinkan laki-laki itu agar tidak terlalu mengkhawatirkannya

Azka mengembuskan nafas gusar "gue gamau lo terluka"

"Gue gabakal terluka"

"kenapa yakin?"

Rania mengetuk-ngetuk dagunya berpikir "karna gue tau, lo ga akan biarin hal itu terjadi"

Azka tersenyum tipis, sangat tipis sampai Rania pun tidak menyadarinya. Namun Perkataan Rania yang seperti itu tetap saja membuat dirinya masih merasa khawatir, karna saat ia masuk ke dalam masjid, Azka tidak lagi berada disampingnya dan dengan cara apa ia akan menjaganya

"Gue gabakal kenapa-napa, lagian disini banyak orang" kata Rania sambil menatap sekitar, Azka mengikuti arah tatapannya, dan benar saja tempat ini dipenuhi dengan orang ramai yang mungkin sedang menunggu waktunya untuk menunaikan sholat isya 

"Udah gih sana"

"Kalo ada apa-apa teriak"

Rania memejamkan kedua matanya, merasa lelah melihat Azka yang masih tetap mengkhawatirkannya "iyaa kaa"

"Yaudah Azka pamit" Rania menganggukkan kepalanya beberapa kali

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam"



1 EMOTICON YANG MENGGAMBARKAN EKSPRESI KALIAN SETELAH MEMBACA CHAPTER INI? 👉

14-04-2024

AZKA BRATADITAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang