•
•
•Tanpa terasa jam terakhir telah tiba menandakan saatnya semua siswa untuk bergegas pulang, dan setelahnya tak lama suara bel pun mulai terdengar berdering membuat siswa-siswi berhamburan keluar kelasnya
Di dalam kelas XII IPS 3, masih terdapat empat gadis cantik yang saling berteman baik, siapa lagi jika bukan Rania, Vania, Mira, Amelda
"Kenapa lo?" Tanya Melda, saat melihat mimik wajah Rania yang nampak tidak bersemangat
"Ck, bete gue" gadis itu berdecak kesal
"Kenapa?" Tanya Vania yang sudah menggendong tas ranselnya
"Ga bisa pulang" jawab Rania dengan nada merengek, gadis itu menelungkup wajahnya pada lipatan tangan
"Nyokap bokap lo, pasti lagi ada di rumah kan?" Tebak Mira tepat sasaran
Mira dan Rania memang sudah berteman lama, bahkan saat mereka masih duduk di sekolah dasar, jadi tak heran jika Mira mengetahui kebiasaan temannya yang selalu tak ingin pulang, akibat kedua orangtuanya yang berada di rumahnya
"Perasaan dari kecil, ngehindar mulu dari orang tua lo, kenapa?"
"Bukan urusan lo" jawab Rania, ia bukannya tidak ingin bercerita namun hanya malas jika harus membahas kedua orangtuanya
"Eh, gue lupa" Rania seketika teringat sesuatu, ia mendongakan kepalanya ke depan menatap satu persatu teman-temannya yang ikut menatap ke arahnya
Dengan cepat, Rania membalikkan tubuhnya, mencari sesuatu di tas ranselnya, setelah mendapatkan barang yang telah ia cari, gadis itu berlari keluar kelas dengan sekuat tenaga yang ia bisa
"Lo mau kemana" panggil Vania sedikit berteriak, namun tidak ada respon apapun darinya
Rania berlari menuju suatu kelas yang cukup jauh dari kelasnya, saat hendak memasuki kelas itu ternyata orang yang ia cari sudah tidak ada didalam kelasnya
"Parkir" gumamnya, lantas ia kembali berlari sebelum orang itu pergi
Tak lama ia pun sampai ditempat parkir sekolah, Rania memegangi kedua lututnya yang merasa pegal dan nafas yang memburu akibat kelelahan. Setelahnya gadis itu berdiri tegak dan mulai mencoba mengatur nafasnya
Tatapan Rania kini celingak-celinguk menatap sekitaran tempat parkir sekolah, melihat satu persatu orang yang sudah menjalankan kendaraannya untuk keluar dari area sekolah.
Sampai tatapannya terhenti pada satu orang laki-laki yang menjadi sumber tujuannya. Lantas dengan gerakan langkah terburu-buru, ia mulai kembali berlari menghampirinya
Gadis itu sudah berada didekatnya, tepatnya dibelakang punggung laki-laki itu. Rania memegang pinggangnya menggunakan tangan kanannya sambil menatap punggungnya yang berdiri tegak
Azka yang merasa ada seseorang dibelakang, lantas ia berbalik badan "ngapain?" tanya Azka merasa prihatin dengannya yang terlihat kelelahan
Perlahan Rania mengangkat tubuhnya untuk berdiri tegak dihadapannya "mau ngasih ini" Katanya mengulurkan tangan kanannya, memberikan sebuah kemeja yang kemarin Azka berikan padanya
Azka ikut mengulurkan tangan, menerimanya dan menganggukkan kepalanya "kepalanya masih sakit?" Tanya Azka khawatir apalagi setelah melihat gadis itu kelelahan
"Nggak, lo sendiri?" Azka menggeleng sebagai jawaban
"Udah di obatin" lanjutnya, gadis itu tersenyum karna Azka mau menuruti perkataannya
"Mau langsung pulang?" Rania menggelengkan kepalanya dengan mimik wajah memelas
Azka mengerutkan keningnya, bingung "kenapa?"
"Gapapa"
"Pulang Ran" ucap Azka dengan nada seperti memerintahkannya, ia tidak ingin jika terjadi sesuatu pada gadis itu, disaat Azka tidak berada di dekatnya
"Gamau"
"Jangan bikin gue khawatir" perhalan Rania mendongakan wajahnya menatap Azka, terlihat dari ekspresi wajahnya yang memang benar-benar mengkhawatirkannya, dan mata Azka terlihat sangat tulus mengatakannya
"Gue gamau pulang" katanya tegas, ia berbalik badan berjalan menuju kelasnya kembali, meninggalkan Azka sendiri dengan sejuta rasa kekhawatirannya
Azka yang awalnya berniat untuk pulang ke apartemennya, akhirnya niatnya itu tidak ia penuhi karena keberadaan Rania yang masih disekolah ini. Bagaimana bisa Azka pulang dengan kondisinya tak tenang
Pikiran-pikiran negatif mulai berdatangan di kepalanya, mengingat hal apa yang mungkin terjadi pada gadis itu jika ia meninggalkannya sendiri, sungguh Azka begitu khawatir dengan keadaannya
Azka pikir, mungkin saja terdapat teman-temannya yang menemani, namun tetap saja hal itu tidak dapat menenangkan hatinya, karna melihat sifat ketiga teman-temannya yang tak jauh berbeda dari Rania. Azka harus membawanya pulang, apapun caranya akan ia lakukan
Azka berjalan meninggalkan tempat parkir menuju kelas Rania, menyusuri koridor yang sudah terlihat sepi, dan itu membuat jiwa Azka semakin mengkhawatirkannya, lantas iapun mempercepat langkahnya
Saat berada didepan pintu kelas Rania yang terbuka, Azka melihat jika gadis itu hanya sendiri berada dikelas, tidak ada satu orang pun yang menemaninya. Lantas apa yang membuat Rania enggan untuk pulang disaat semua murid sudah bersemangat untuk menuju rumahnya masing-masing
"Kalo sendirian kenapa gamau pulang" gumam Azka melihat Rania yang menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan, hanya ada surai rambut hitam yang nampak pada penglihatan Azka, sehingga gadis itu tidak menyadari keberadaan Azka yang tidak jauh darinya
Perlahan laki-laki itu melangkahkan kakinya masuk kedalam, mendekat ke arahnya untuk mengajaknya pulang. Saat sudah berada di tengah jalan untuk mendekatinya seketika Azka menghentikan langkahnya, ia pikir percuma jika dirinya menyuruhnya untuk pulang, karena tentunya gadis itu akan tetap menolak ikut bersamanya, dan itu hanya bisa membuang-buang waktunya saja
Azka tidak bisa membawanya pulang dengan cara dipaksa, ia tau dengan sifat Rania yang selalu keras kepala, laki-laki itu harus memikirkan cara lain
Tak lama Azka mendengar suara langkah kaki yang seperti menjauh darinya, dengan cepat laki-laki itu keluar melihatnya, ternyata itu adalah seorang satpam yang sedang mengelilingi area sekolah untuk memeriksa setiap ruangan yang ada
Azka lantas berlari menghampirinya "Pak" langkah satpam itu terhenti saat mendengar suara yang seperti memanggilnya, iapun membalikkan badannya melihat siapa orang yang datang menghampirinya
"Eh Azka, ngapain masih disekolah? perasaan sekarang gaada rapat osis" Kata satpam itu sopan, umur yang lebih tua darinya tidak akan membuat ia harus berkata seenaknya pada siapapun
"Emang gaada rapat osis pak, tapi saya kesini mau ngasi tau kalo di kelas itu" Tunjuk Azka tepat pada kelasnya dan tatapan satpam itu mengikuti arah tunjuknya "Masih ada murid yang belum pulang, tolong suruh dia pulang pak, Azka khawatir kenapa-napa"
•
•
•Azka : "Mau bagi-bagi sama kalian photo waktu kita masih kecil, itu kita mau bentuk love tapi gatau caranya gimana"
12-04-2024
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKA BRATADITAMA
Ficção Adolescente~ Dia milikku, selalu seperti itu, aku hanya membutuhkan waktu Cerita ini, mengisahkan perjalanan hidup seorang lelaki yang teguh dengan nilai-nilai Islam, yang bertekad untuk membimbing seorang gadis berandalan menuju jalan yang benar. Kisah ini m...