•
•
•Jam menunjukkan pukul 23.00 malam, pada sebuah rumah mewah terdapat seorang gadis cantik yang belum juga tertidur. Tubuhnya sudah di atas ranjang dan di tutupi dengan selimut tebal, yang hendak ingin menuju mimpinya, tapi itu sulit untuk ia lakukan. Alasan gadis itu tidak bisa tertidur disebabkan oleh kepalanya sendiri
Semua pikiran-pikiran mengenai kejadian tadi, membuatnya merasa bersalah pada kekasihnya. Rania bingung pada dirinya yang membela laki-laki lain di depan pacarnya sendiri. Dion memang salah, tapi tidak seharusnya ia membela Azka yang notabennya musuhnya sendiri
Rania merasa bingung atas semua yang terjadi, dan itu tidak sesuai dengan pikirannya, tapi mengapa hatinya mengarahkannya untuk ia melakukan hal itu
Tidak mungkin jika Rania mencintainya, sudah beberapa kali ia tegaskan pada hatinya, jika Azka bukanlah kriterianya. Rania sangat tidak cocok jika bersamanya, mengingat segala keimanan Azka pada tuhannya dan ia yang justru sangat jauh dari tuhannya
Bagaimana bisa tuhan menyatukan dua orang yang berbeda?
Perlahan gadis itu bangkit dari ranjangnya, untuk mengambil kemeja yang Azka berikan padanya, setelah kemeja itu berada di genggamannya, Rania berjalan perlahan menuju ranjangnya kembali
Rania memandang kemeja itu dengan penuh arti, sambil meraba-raba dan memperhatikannya dengan lekat, tak lama ada senyuman tipis yang terpancar di wajahnya
"Az, gue ga mungkin kan punya perasaan sama lo?" Rania terus meyakinkan hatinya jika ia tidak mungkin mencintainya
"kalau pun rasa ini ada, gue ga akan bisa"
Rania tau, ia sadar diri jika dirinya memang tak pantas untuk bersamanya. Tuhan tentunya tidak akan membiarkan laki-laki yang mencintai ciptaannya, untuk memiliki rasa pada gadis yang membenci Tuhannya, dan ia pun tau jika Tuhan akan memberikan pasangan sesuai dengan cerminan dirinya, dan ia dan Azka sangat jauh berbeda
"Setiap saat gue deket sama lo, selalu ngingetin gue pada masa-masa dimana gue pernah mencintai Tuhan" katanya lagi yang masih memandang lekat pada kemeja itu
"Dan gue gamau rasa sakit itu, gue rasain lagi" lanjutnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca
Kepergian sang nenek memang menjadi luka terdalam untuknya yang tidak pernah ia temukan obat untuk menyembuhkannya, selain dengan cara jika Rania harus melakukan segala hal yang terjadi di masalalunya, itu memang tidak menyembuhkan tapi setidaknya itu melupakan meskipun hanya beberapa saat
"Gue mau terus benci sama lo Az, biar rasa ini ga akan bisa tumbuh lagi"
****
Menit berganti ke menit, begitupun jam berganti kejam, tanpa terasa matahari sudah datang menandakan pagi telah datang
Seorang gadis cantik terbangun dari tidurnya, merentangkan kedua tangannya ke atas sambil menguap dan langsung ia tutupi dengan satu tangannya yang sebelumnya ia turunkan ke bawah, setelahnya gadis itu meletakkan tangannya kebelakang sambil tersenyum, menurutnya ini adalah pagi yang harus ia buat indah
Dengan penuh semangat, Rania turun dari ranjangnya untuk menyiapkan diri berangkat sekolah, tak lupa dengan ritualnya yang selalu memakai make-up natural agar tidak terlihat pucat saat ia berada di sekolah, juga mengikat rambutnya dalam bentuk yang sangat indah, apalagi dengan pita yang ia kenakan dapat menambah keindahannya
Singkat cerita, Rania telah selesai dalam menyiapkan dirinya, tak lupa membawa tas yang ia simpan di atas ranjangnya, setelahnya gadis itu bergegas keluar dari kamarnya menuju meja makan
Rania, biasanya ia tidak ingin sarapan, menurutnya sarapan selalu membuatnya sakit perut ketika berada di sekolah. Gadis itu biasanya memakan buah-buahan untuk menjadi sarapannya
"Non" panggil seorang pembantu yang datang menghampiri Rania ketika ia sedang memainkan handphone sambil memakan buah apel
"Hari ini, nyonya sama tuan pulang" mendengar ucapannya, seketika Rania terdiam, menatap ke arah pembantunya yang berada disampingnya
Sekian lamanya setelah berbulan-bulan, ternyata kedua orangtuanya ingat untuk pulang, pikirnya
Namun ia tidak senang mendengar kabar itu, setiap kali kedua orang tuanya berada di rumah, Rania selalu diperlakukan tidak baik oleh keduanya hanya karna masalah kecil yang ia lakukan. Saat Irzan dan Halena pulang tidak mendatangkan kebahagiaan justru yang ada hanya penderitaan yang setiap hari ia rasakan
"Pulangnya jam berapa bi?"
"Jam tiga sore non, tapi katanya ibu sama tuan mau berangkat lagi jam tujuh malam, bibi disuruh nyonya buat ngasi tau ini, agar non Rania ada saat mereka pulang" jelasnya menyampaikan amanah dari majikannya
Tak lama ada senyuman terbit di bibir Rania "Bi hari ini Rania pulangnya jam delapan malem, Rania gamau ketemu sama mereka" katanya antusias
Saat Rania masih kecil, ia memang sangat sedih dengan orangtuanya yang tidak pernah memperhatikannya, namun saat dirinya menginjak usia dewasa, Rania sadar jika tanpa orang tuapun bisa membuatnya bahagia dengan setiap kebebasan yang ia jalani sekarang.
Selama tidak ada orangtuanya, gadis itu dapat bebas melakukan apa saja yang ia inginkan, selagi uangnya yang terus mengalir dari rekening atas pemberian ayahnya
"Tapi non? non gamau ketemu sama mereka dulu?" Tanyanya, ini bukalah kali pertama gadis itu menghindar saat kedua orangtuanya pulang, selalu saja ada alasan untuk Rania agar menjauh dari mereka
"Rania males bi ketemu sama mereka, bilang aja Rania lagi ada tugas kelompok makannya pulang telat" Kata Rania beranjak dari kursi setelah selesai memakan buah apelnya
"Byee bibi, Rania sayang bibi" katanya sambil berlari menuju pintu keluar. Rania beruntung memiliki pembantu sebaik dan sepengertiannya
•
•
•09-04-2024
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKA BRATADITAMA
Fiksi Remaja~ Dia milikku, selalu seperti itu, aku hanya membutuhkan waktu Cerita ini, mengisahkan perjalanan hidup seorang lelaki yang teguh dengan nilai-nilai Islam, yang bertekad untuk membimbing seorang gadis berandalan menuju jalan yang benar. Kisah ini m...