25. bahaya

23 6 11
                                    



"Nek, Aka lagi sakit"

"Aka gatau harus gimana"

Jika dulu rumah yang ia sandari adalah pesantren bersama orang-orang yang selalu ada untuknya, seperti Rania dan wanita paruh baya itu.

Pada saat kali pertama orang tuanya menitipkan ia di pesantren, Azka begitu kesepian, ia ketakutan dan tidak memiliki teman. Menurutnya pesantren sangatlah aneh dan seperti kutukan baginya, karena segala aktifitasnya telah di atur dan di tuntut. Namun berkat wanita paruh baya ini Azka jadi bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya

Seiring bertumbuhnya umur, anak kecil itu menjadi tau, tentang apa alasan mengapa mereka menitipkan ia di sana. Azka tau, jika kedua orangtuanya mempunyai impian untuk melihat Azka menjadi seorang ustadz.

Dulu Azka begitu melalaikan ajaran dalam pesantrennya, ia tidak peduli dengan berbagai aturan yang ada. Namun ketika kehadiran Rania dan wanita paruh baya itu, yang mengajarkan semua hal baik untuknya. Azka menjadi sadar bahwa di tempat ini ia harus berjuang mewujudkan impian kedua orangtuanya

Dan lihatlah apa yang terjadi sekarang? Azka telah berhasil mewujudkan impian kedua orang tuanya, ia telah menjadi seseorang yang mereka inginkan, yaitu menjadi seorang ustadz, dan dirinya telah menjadi kebanggaan pondok pesantren

Tidak ada yang mengetahui jika ia adalah seorang ustadz, bahkan Kevin pun yang menjadi teman dekatnya tidak mengetahui akan hal ini. Semuanya sengaja Azka tutupi, ia hanya tidak ingin pada saat orang-orang tau tentang jati dirinya, mereka akan bersikap sungkan padanya.

Pada saat laki-laki itu mengetahui kepergian kedua orang tuanya, Azka memutuskan untuk keluar dari pesantren yang ia tempati. Laki-laki itu ingin pergi jauh mencari gadis kecilnya, dan ternyata takdir telah mengizinkannya untuk bertemu Rania kembali

Atas segala doa yang ia panjatkan, kini telah Tuhan kabulkan, dan kamu adalah jawaban

"Amanah itu, Aka gaakan lupa"

***

"Sayang" Panggil Rizki

"Hmm, kenapa?" Tanya Rania

Kini kedua remaja yang memilih hubungan asmara masi berada dalam UKS, dengan posisi Rania yang masih berbaring dan seorang laki-laki yang duduk di kursi tepat berada di sampingnya

Ketiga temannya telah pergi begitu saja, pada saat mendengar suara bel berbunyi, sedangkan Rizki masi ingin berada disampingnya untuk menemaninya, tidak peduli dengan jam pelajaran yang telah di mulai kembali

Kedua tangan laki-laki itu mengepal tangan kanan Rania yang ia angkat ke atas, lalu tak lama ia kecup singkat punggung tangan gadisnya. Rania sendiri memperhatikan gerak-gerik pacarnya, sekaligus memerhatikan ekspresi wajah Rizki yang nampak gelisah dan khawatir tak karuan, terlihat dari kedua sorot matanya, ketika tatapan mereka saling bertemu

"Ada apa, hm?"

"Gapapa" jawab Rizki lemah

Gadis itu memutarkan matanya malas "Jangan kaya cewe deh, kalo ditanya kenapa jawabnya gapapa"

Rizki melipat kedua bibirnya kedalam, ia harus berhati-hati untuk menyampaikan hal yah ada di kepalanya "Kamu kenapa bisa pingsan?"

Rania menghembuskan nafasnya gusar, tatapannya turun kebawah menatap telapak tangannya sendiri yang sedang memainkan kuku jarinya "Ya gitu"

"Why? ada yang mau kamu ceritakan?"

Semula, ekspresi wajah Rania telihat suram dan sedih, namun kini ia mencoba untuk memancarkan aura bahagia agar bisa menutupi rasa sakitnya "emmmm" gadis itu mengetuk-ngetuk dagunya sendiri menggunakan jari telunjuknya seperti orang yang tengah berpikir, tatapannya ke atas, dengan kedua bibir yang ia masukan kedalam.

AZKA BRATADITAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang