•
•
•Kesalahan dibalas kata maaf itu curang !
- Rania Putri Smith
"Ada apa ini?" Terdengar suara laki-laki dari arah belakang Rania dengan nada beratnya, dan gadis itu seketika terkejut ketika melihat siapa orang yang datang menghampirinya
Linda yang masih berjongkok dibawah kakinya, dirinya mendongakan kepalanya ke atas menatap Azka. Gadis itu perlahan tersenyum menyeringai dan tak lama ia pun segera bangkit berdiri
"Azka?"
Laki-laki itu memejamkan kedua matanya, dadanya membusung ke atas, nafasnya memburu tak karuan, ia harus menetralkan dirinya agar tidak terlihat emosi didepannya
"Lin-Linda permisi" Kata gadis itu, dan melenggang pergi begitu saja, meninggalkan keduanya
Rania mengepalkan telapak tangannya kuat-kuat, bisa-bisanya ia dipermainkan seperti ini oleh gadis itu, Rania tau jika ini rencananya untuk memperlihatkan kesalahannya didepan ketua osis sekolahnya
Namun sekarang, bukan itu yang harus Rania uruskan, melainkan Azka yang sepertinya salah paham "Ka?" panggil Rania sekali lagi
Azka tidak menggubris ucapannya, ia justru berbalik badan dan pergi meninggalkannya begitu saja, dan dengan cepat Rania berlari mengejarnya
Meskipun Azka tidak memperlihatkan amarahnya, namun Rania tau jika laki-laki itu sedang menahan emosi, dan ntah kenapa itu membuat Rania sangat menyesal dan ingin menjelaskan, ia tidak bisa melihat Azka yang mendiamkannya seperti itu
"Tunggu" Kata Rania saat tangannya menggapai dan menggenggam tangan Azka
Laki-laki itu dengan cepat menghempaskan tangannya kasar "Jangan buat gue marah sama lo"
Rania memejamkan kedua matanya, sakit rasanya ketika ucapan itu keluar dari mulutnya, terlebih lagi ini bukan sepenuhnya kesalahannya
"Azka, lo percaya?" Tanya Rania meremehkan, ia tidak boleh terlihat lemah pada siapapun dan di kondisi apapun
Azka membalikkan wajahnya, menatap Rania dengan tatapan menusuk tajam, saat pertama kali ini Rania melihat tatapan Azka yang menakutkan seperti itu
"Gue liat, pake mata gue sendiri" Wajahnya sudah memerah, menahan amarah
"Tapi itu semua ga seperti kenyataannya Ka!" Jawab Rania, nada suaranya sedikit meninggi
"Gue gamau berantem" Azka memejamkan kedua matanya sejenak, deru nafasnya sudah memburu tak karuan dan hembusan nafas itu terasa pada kulit wajah Rania
"Marah aja Ka! lo emang gabisa percaya-"
"RANIA!!" Sentak Azka diluar kendalinya, sepertinya gadis itu memang ingin memancing emosinya
Rania tersentak kaget, dengan perlahan ia memundurkan langkahnya saat Azka berjalan semakin mendekat ke arahnya. Tatapan tajam Azka menusuk indra penglihatannya, ia sungguh tidak menyangka jika Azka dapat semarah itu padanya
"Gimana gue bisa percaya sama lo, kalo kelakuan lo aja selalu ga bener!!" Ucap Azka keras
Azka menyampingkan wajahnya "Temen lo nyeret dia atas perintah lo kan?"
Saat di kantin tadi, sejak awal Azka memang memperhatikan gerak-gerik Rania dengan ketiga temannya, ia memiliki firasat buruk tentang gadis yang di seret dengan paksa oleh ketiga temannya, dan benar saja dugaannya, jika Rania dalang dari semuanya
"Lo punya hati nurani?" Tanya Azka, ia sudah terlanjur emosi dengan gadis itu atas segala perilakunya, ia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri "Lo punya orang tua, mereka didik lo kan?"
"TAPI KENAPA!! KELAKUKAN LO KAYAK GA PUNYA ITU SEMUA!!"
Azka memejamkan kedua matanya sambil mendongakkan kepalanya ke atas, dan di saat itupun air mata Rania jatuh ke lantai begitu saja, laki-laki itu tidak menyadarinya.
"Lo pikir gue gatau? dengan tingkah lo yang suka ngebully--"
"DAN ASAL LO TAU" Sentak Rania keras memotong ucapannya, jari telunjuknya terangkat tepat didepan wajahnya "GUE GAK AKAN BERTINDAK SEBELUM DIA BERBUAT !!" Lanjutnya, air mata Rania sudah luluh lantah di depan pipinya, ia muak dengan segala omongan yang laki-laki itu ucapkan padanya
Azka terkesiap saat melihat air mata yang terdapat di wajahnya, laki-laki itu menggerak-gerakkan bola matanya ke samping berulang kali. Azka meremas kuat telapak tangannya yang sudah berkeringat
Apa yang baru saja ia lakukan?
Kenapa ia bisa melakukannya?
Harusnya tidak seperti itu.
Banyak sekali hal yang ada di kepalanya dan itu menambah rasa penyesalannya, sungguh demi apapun Azka sangat menyesal dengan hal yang ia katakan
"Dan apa lo tadi bilang?" Ucap Rania lagi, yang sukses membuyarkan segala pikirannya
"Gue punya hati? Gue di didik orang tua?" Rania memalingkan wajahnya kesamping, ia terkekeh ringan
"Gue ga punya, hati gue beku dan orang tua gue mati" lanjut Rania menekankan kata mati tepat didepan wajahnya
Rania menundukkan wajahnya, kedua bahunya bergetar hebat, ia terus berusaha menahan isak tangis yang memang sangat sulit untuk ia tahan. Rasanya kali ini Rania sudah lelah untuk berdebat, apalagi sampai membawa-bawa kedua orang tuanya, ntah kenapa hal itu membuatnya sangat lemah dan merasa sakit dari apapun
"Lo sadar ga sih Ka? setiap omongan lo itu nyakitin perasaan gue?" Ucap Rania, nadanya semakin melemah
Azka mengusap wajahnya kasar dan menyugarkan rambutnya kebelakang, laki-laki itu merutuki dirinya sendiri yang bisa-bisanya mengatakan hal itu padanya. Ini salahnya, Azka benci pada dirinya yang tak bisa menahan emosinya
"Gue-gue cape Ka" Runtuh sudah pertahanan Rania untuk menahan suara tangisnya, karena saat itu juga gadis itu menangis keras didepannya, menundukkan kepalanya agar air matanya tidak terlihat didepan laki-laki itu
"Maaf" Satu kata yang terlontar dari mulut Azka, namun rasa penyesalannya sungguh sangat mendalam dan tak terhitung jumlahnya. Azka bodoh telah membuat gadisnya menangis karena kesalahannya, ia gagal menjaga gadis itu
"Gue-gue jahat Azka!!"
"Lo harus ngejauh dari gue!!"
"Gue kaya iblis, gue jahat!!" Lirih Rania sambil tertawa garing
Azka sungguh tidak sanggup melihat kondisi Rania yang sepertinya sedang kacau, hatinya sangat sakit setiap mendengar kata 'jahat' yang keluar dari mulutnya
"Gue jahat banget, kaya monster" Lanjut Rania terkekeh
"Rania hey, sadar" Tangan Azka refleks menyentuh kedua pundaknya "Gue ga suka lo ngomong kaya gitu" Lanjutnya purau
"Maaf, ga seharusnya gue ngomong kaya tadi" Kata Azka tulus, kini terdapat beribu rasa penyesalan dihatinya "Maaf" Ucap Azka lagi dengan nada semakin melemah
Rania melirik ke arah samping, tepat pada telapak tangan Azka yang masih bersarang di pundaknya, dengan keras gadis itu menghempas kasar kedua lengannya
"GUE BENCI SAMA LO!" Kata Rania menekankan kata benci dan ia langsung bergegas pergi meninggalkan Azka sendiri dengan sejuta penyesalan yang ada dalam hati
•
•
•09-05-2024
KAMU SEDANG MEMBACA
AZKA BRATADITAMA
Teen Fiction~ Dia milikku, selalu seperti itu, aku hanya membutuhkan waktu Cerita ini, mengisahkan perjalanan hidup seorang lelaki yang teguh dengan nilai-nilai Islam, yang bertekad untuk membimbing seorang gadis berandalan menuju jalan yang benar. Kisah ini m...