06. masalalu

97 12 4
                                    



Seorang laki-laki yang menjabat sebagai ketua osis, terduduk sendirian di atas anak-anak tangga. Pikiran Azka hari ini sedang tidak karuan, ia terus memikirkan tanda lahir yang begitu persis dengan masa lalunya

"mikirin cewe itu lagi?" Tanya Kevin yang datang menghampirinya dan ikut duduk di samping Azka

Kevin adalah teman baiknya yang menjabat sebagai wakil ketua osis, temannya itu memang mengetahui cerita masalalu Azka. Setiap saat laki-laki itu teringat dengan masalalunya, maka Azka akan menceritakan pada Kevin, temannya

Kevin selalu merasa heran, dengan Azka yang selalu menghabiskan waktunya hanya dengan merenung, sambil melamun. Apa Azka tidak lelah memikirkan itu semua? Kevin yang selau mendengar curhatannya pun, merasa lelah.

Berbagai saran telah Kevin katakan, untuk memberikan semangat pada Azka agar bisa melupakannya, namun nihil, berapapun saran yang dikatakan olehnya, sama sekali tidak didengarkan oleh Azka

"kalo kaya gini terus, lama-lama lo gila Ka" Ucap Kevin bercanda yang hanya ingin merubah suasana semata, namun usahanya tidak berhasil karna laki-laki itu lagi dan lagi tidak menghiraukan ucapannya

Kevin merangkul temannya dan menepuk-nepuk pundaknya pelan "Inget Az, lo sekarang punya kehidupan sendiri, begitupun cewe yang ada dimasa lalu lo. Bisa jadi cewe lo dulu udah lupain lo kan? Jadi lo gausah galau-galau gini" Ucapnya merasa geram

Singkat cerita, saat Azka menginjak usia 6 tahun, laki-laki itu ditempatkan pada sebuah pesantren oleh kedua orangtuanya. Azka menjadi suatu kebanggaan bagi pondok pesantren, karena selalu memenangkan juara pertama ketika mengikuti lomba tentang keagamaan, contohnya seperti lomba mengaji dan hapalan bacaan Al-Qur'an

Dari kejuaraannya ini, tak luput dari dukungan seseorang yang selalu mendampinginya dalam belajar, seorang anak perempuan cantik yang ia temui di area pondok pesantren, anak perempuan itu bernama Rania, yang selalu Azka panggil dengan sebutan Nia, karena dulu laki-laki itu tidak begitu mahir dalam menyebutkan huruf R

Azka dan Rania, selalu bertemu di area pesantren, laki-laki itu memang tinggal di sebuah pesantren, namun Rania tidak. Hanya saja rumahnya dengan pesantrennya sangat berdekatan, dan neneknya sangat kenal betul dengan pemilik pesantren itu. Alhasil Rania selalu mengikuti neneknya pergi ke pesantren jika memang ada keperluan, dan dari sanalah awal pertemuan keduanya

Rania begitu senang berlama-lama di area pesantren, karena selalu ada teman yang menemaninya bermain, yang tak lain adalah Azka. Tak lama seiring berjalannya waktu, Neneknya menyuruh dirinya untuk mengaji di pesantren ini, dan Rania dengan senang hati mengiyakan perintahnya.

Tapi anak perempuan itu tidak sampai menginap layaknya santri yang ada di sini, Rania hanya mengikuti pengajian waktu siang, dan jika sudah larut malam ia harus bergegas pulang

Azka sangat begitu bahagia dengan kehadiran Rania yang selalu diam-diam datang menghampirinya, karna memang keberadaan santriwan dan santriwati dipisahakan

Keduanya selalu mengobrol dan bermain, bahkan sesekali Azka keluar dari area pesantren hanya sekedar untuk bermain dengan Rania. Sehari tidak bertemu dengannya, membuat Azka hampa menjalani hidupnya

Tak selang beberapa waktu, akhirnya Rania telah mahir dalam membaca Al-Qur'an, dan dirinya diperintahkan oleh guru ngajinya untuk mengikuti lomba keagamaan bersama dengan Azka

Rania maupun Azka sangat bahagia bisa mengikuti perlombaan bersama-sama, yang membuat keduanya menjadi lebih selalu bertemu, dengan embel-embel karna harus berlatih mengaji untuk mengikuti lomba. Keduanya selalu menyemangati satu sama lain, dan saling berjanji, jika dalam perlombaan ini, tidak akan ada kata bersaing

AZKA BRATADITAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang