27. a phrase?

11 3 0
                                    



Di dalam sebuah ruangan yang bernuansa warna emas dan putih itu terdapat dua anak remaja yang kini duduk dibangku SMA, siapa lagi jika bukan Azka yang masih menemani gadisnya, yang sampai saat ini tak kunjung sadarkan diri

Seorang pembantu yang awalnya menemani Azka, kini sudah tertidur di kamarnya sendiri. Sejak awal Bi Asih tak berhentinya menyuruh Azka untuk pulang, karena hari sudah semakin malam, namun rasanya tak masalah bagi Azka jika menunggu sebentar lagi sampai melihat kedua mata itu terbuka kembali

Kini jam mulai menunjukkan pukul 01.05 dini hari, akhirnya Azka pun memutuskan untuk keluar dari rumah ini, jika di pikir-pikir tidak baik juga berlama-lama, apalagi di kamar milik seorang gadis

Laki-laki itupun lantas berdiri tegak, merapikan jaketnya dan juga menyugarkan rambutnya kebelakang. Azka menghembuskan nafasnya gusar seraya menatap gadis itu

"Gue harap, nanti gue bisa liat muka ceria lo lagi di sekolah" Ucap Azka, tangannya terangkat menarik selimut Rania sambil menepuk-nepuknya pelan

"Gue pergi dulu ya" Rasanya sangat berat ketika laki-laki itu akan melangkahkan kakinya keluar. Dirinya ingin selalu berada di samping Rania, selalu menjaga dan menemani gadis itu, setidaknya sampai Azka melihat mata itu terbuka kembali. Namun ia teringat akan batasannya

Sambil menghembuskan nafasnya gusar, Azka berbalik badan untuk keluar
"Azka lo jahat, ninggalin gue"

Ketika mendengar suara itu, dengan cepat Azka menolehkan kepalanya kebelakang. Namun hal pertama yang ia lihat masi sama, yaitu badan Rania yang masih berbaring dengan matanya yang masih terpejam

"Azka-Azkaa lo jahat" Ucap Rania kembali dengan keringatnya yang keluar bercucuran

Laki-laki itu menautkan halisnya, heran. Lantas ia pun mengurungkan niatnya untuk keluar, Azka kembali berjalan mendekati ranjang itu. Kemudian ia menundukkan badannya agar sejajar dengan tubuh Rania yang terbaring, dengan sikut yang ia gunakan untuk menopang tubuhnya

"Gue benci lo Azka" kata Rania lagi, namun kali ini ucapannya tertahan dengan isak tangis

"Azka, Azka"

Perlahan tangan Azka terangkat memegang pundak Rania, menepuk-nepuk nya pelan sambil sesekali mengusap-usapnya lembut dari balik selimutnya

"Azka jahat"

Gadis itu terus saja meracau dengan mengatakan jika Azka telah berbuat jahat padanya. Mendengar ucapan itu yang di iringi dengan suara isak tangis, membuat Azka rasanya sulit untuk memaafkan dirinya sendiri. Ia sudah memberikan luka hebat pada orang yang paling berharga di hidupnya

"Ssutt sssusttt" desis Azka pelan, memenangkannya

"Lo ninggalin gue Azka"

"Azka-Azkaa" peluh keringat semakin membasahi wajah cantik itu

"Heyy Rania sayang, tenang oke? Azka gabakalan ninggalin, Azka selalu disini" Kata Azka pelan sambil terus mengusap-usap pundaknya lembut

Seolah-olah diberikan kata-kata mutiara, yang anehnya membuat gadis itu berhenti meracau. Kini wajahnya telah terlihat damai, bahkan ada sebuah senyuman singkat dari bibirnya yang menghiasi wajah cantik itu

"Takut banget Ran, kalo gue tinggalin" Azka terkekeh geli, mengingat racauan Rania tadi. Setelah dirasa jika gadis itu kembali tenang, Azka berdiri kembali untuk segera keluar dari kamar ini

Namun ketika ingin melangkahkan kakinya, tiba-tiba ada sesuatu yang menarik tangan Azka kedalam pelukannya "Allahuakbar" Kaget Azka, tubuhnya terhuyung kebawah karena tarikan cepat dari tangan Rania. Sebenernya tarikan itu tidak terlalu kuat, namun saja azka terkejut dengan serangan yang mendadak

AZKA BRATADITAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang