24. wound

22 6 6
                                    

VOTE YAA!! BIAR SEMANGAT UPDATENYA!!!!



Dalam sebuah ruangan yang dipenuhi dengan banyaknya obat yang berjejeran terdapat dua orang remaja yang duduk di bangku kelas XII, siapa lagi jika bukan Azka yang sedang menemani Rania yang masih berbaring pingsan dalam ruangan UKS

Laki-laki itu tak berhenti mengkhawatirkan keadaan Rania, sesekali menoleh ke arah belakang menunggu kedatangan para petugas PMR. Telapak tangan Azka berair dan peluh di keringatnya mulai bercucuran. Laki-laki itu menggigit bibir bawahnya dengan kedua kaki yang tak bisa diam

Tak lama terdengar suara decitan pintu yang terbuka, dengan cepat Azka bediri dan berbalik badan menghadap pintu, namun ternyata orang yang datang bukanlah orang yang sedang ia tunggu 

PLAKK

"Lo apain dia bangs*at?" Tampar Vania keras dengan suara yang menggelegar di seisi ruangan 

Mira dan Melda dengan cepat berjalan mendekati Rania yang masih berbaring pingsan "Raniaaa" Lirih keduanya kompak menatap iba pada temannya

Vania yang masi berada di depan Azka, menoleh ke arah Rania sekilas, setelahnya ia kembali menatap Azka dengan tatapan menusuk tajam. Tangannya terkepal, dan kedua bibir yang terlipat masuk kedalam 

"Keluar" ucapnya dengan penuh penekanan, setelahnya Vania berjalan melewati Azka, mendekat ke arah teman-temannya 

Laki-laki itu menurut, jika kehadirannya hanya membuat emosi orang-orang tersulut ia lebih baik menurut. Setidaknya Azka bisa merasa lega saat ketiga temannya ada mendampinginya, yang tentunya akan membuat Rania bahagia ketika melihat temannyalah yang ia tatap pertama kali saat bangun dari pingsannya 

Ketika Azka berada diambang pintu, ia berpapasan dengan laki-laki yang sangat begitu asing di penglihatannya. Azka pikir, laki-laki itu sepertinya ingin masuk ke dalam UKS, namun anehnya mengapa tatapannya terus menatap Azka begitu dalam dan intens. Seberusaha mungkin Azka tidak peduli akan hal itu, dan ia memilih untuk melanjutkan langkah kakinya kembali 

Laki-laki itu terus memperhatikan Azka, merasa aneh mengapa dia bisa keluar dari ruang UKS, seingatnya laki-laki itu bukan termasuk pacar-pacar Rania, seperti dirinya

"Ini cewek gue diapain?" Tanya Rizki yang mempercepat langkah kakinya mendekati Rania, setelahnya ia berdiri tepat di sebrang sisi ketiga temannya. 

Laki-laki itu mengangkat tangan kanannya, mengusap-usap pucuk kepala Rania sejenak, setelahnya ia menurunkan tangannya, mengelus pipi Rania yang terasa lembut ditangannya 

"Lo liat cowo tadi? gara-gara dia" Ucap Mira yang diangguki oleh Melda dan juga Vania

"Dia" Rizki menggantungkan ucapannya, berpikir "Pacarnya Rania?"

"Bukan"

"Terus?" Rizki mengerutkan keningnya semakin bingung

"Cowo yang lagi deket aja sama Rania"

"Dia ngedeketin Rania?" Melda mengangguk mantap 

Laki-laki itu menurunkan pandangannya menatap Rania yang masih menutup kedua matanya, tak lama Rizki menurunkan wajahnya, mendekatkan bibirnya pada pucuk kepalanya, lalu setelahnya ia mengecup singkat keningnya, seketika aroma wangi menyeruak di hidungnya, wangi yang setiap kali ia rasakan, masi sama dan sangat memabukkan

"Cowo tadi, singkirin"

****

"Mau kemana lo?" Tanya Kevin, merasa aneh  ketika melihat Azka yang sudah bergegas untuk meninggalkan ruangan kelas 

"Sekarang rapat osis, lupa lo?"

Bisa-bisanya Azka hendak pergi meninggalkan rapat ini, yang telah di atur waktunya jauh-jauh hari, dan dalam rapat ini tentu dibutuhkan ketua osis mereka dalam mengambil keputusan saat nanti perbincangan

Azka mengehentikan langkahnya, lalu ia berbalik badan menatap temannya sekilas "lo wakilin"

"Rapat penting, lo di butuhin" Balas Kevin dengan penuh penekanan

"Gue gabisa"

Kevin mengernyitkan keningnya bingung. Baru kali ini Azka pergi meninggalkan tanggung jawabnya, tentu ada alasan khusus di dalamnya, pikirnya 

"Mau kemana lo?"

"Bukan urusan lo" jawab Azka yang langsung melanjutkan langkahnya keluar kelas

"Azkaa!! WTFFF??!!!"

***

Seorang laki-laki bertubuh tinggi baru saja memarkirkan motornya didepan sebuah hutan, setelahnya Azka menurunkan tubuhnya dan mulai berjalan memasuki area hutan. 

Disini begitu sunyi banyak pepohonan yang menjulang tinggi dan rumput lebat yang bergoyang kesana kemari, hanya ada suara kicauan burung yang menemaninya ditengah kesunyian

"Assalamualaikum" Sapa Azka, berhenti pada sebuah gundukan tanah yang terdapat batu nisan di atasnya

Laki-laki itu menjongkokkan tubuhnya dan menundukkan kepalanya, lalu tangan kanannya terangkat mengusap-usap batu nisan berwarna putih yang tertulis nama seorang wanita "Maaf nek"

Benar, ini adalah makam wanita paruh baya yang merupakan nenek Rania, dan seorang wanita yang sangat dekat dengan Azka. Bukan hanya Rania yang merasa kehilangan akan kepergiannya namun Azka juga merasakan kehilangan yang sama akan hal itu

Meskipun tidak ada hubungan darah, tidak menghalangi seberapa sayangnya Azka pada kedua perempuan yang menemaninya dalam hal tersulitnya

"Aka salah nek, maaf" Katanya lirih sambil menunduk, ketika mengingat sorot mata kebencian dari gadis itu untuknya, yang membuat hatinya sangat lemah dan tak berdaya 

Begitu merasa bersalah Azka padanya, di saat wanita itu telah menitipkan Rania padanya, namun apa yang justru ia lakukan? Azka justru menyakitinya, sungguh ia sangat menyesali perbuatannya sendiri, dan mungkin ia tidak akan memaafkan dirinya sendiri

"Aka takut, kalo kehadiran Aka di hidup Nia itu cuman kasih luka aja nek"

"Maafin Aka, yang belum nyelesaiin amanah itu" Azka menarik nafasnya dalam-dalam ketika merasakan sesak di dadanya "Aka gagal, Aka salah nek, maaf"

Laki-laki itu sangat menyesal, dan membenci dirinya sendiri yang telah membuat gadisnya menangis sapai tak sadarkan diri. Azka sangat begitu mencintainya namun jika yang Rania rasa saat bersamanya itu adalah luka, maka ia bersungguh tidak akan mengikut campuri segala hal yang gadis itu lakukan.

Namun ingatlah satu hal jika seorang Azka akan tetap mencintai gadisnya dan melindunginya tanpa dilihat dan tanpa diketahui seseorang. Azka tidak akan mungkin menghilangkan perasaannya terhadap Rania, itu tidak akan pernah terjadi dan tidak pernah bisa untuk ia lakukan

Pada setiap luka yang aku berikan, aku sadar jika cinta tidak bisa hilang dengan berbagai alasan, ia akan tetap tumbuh tanpa kerusakan dan tanpa kematian. 

Kamu candu, dan gadis yang aku tunggu, tentu saja aku menyayangimu 

"Nek, Aka lagi sakit"



06-07-2024

AZKA BRATADITAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang