09. salting

98 9 9
                                    



"encok ni pinggang" katanya sambil sesekali memegang pinggang rampingnya

Tak terasa hari sudah menunjukkan pukul 17.00, dan tepat pada jam itulah Rania telah selesai melaksanakan hukuman darinya. Ternyata sudah tiga jam lamanya ia membersihkan semua kotoran di perpustakaan, yang membuat seluruh tubuhnya terasa sakit. Rania memang tidak pernah membersihkan hal apapun, jadi wajar saja jika membersihkan hal semudah itu pun dapat membuat tubuhnya merasakan sakit.

"anterin gue pulang, duit gue abis" Ucap Rania memelas, saat keduanya telah berada di luar sekolah, tepatnya berada di sisi jalan hendak pulang

"Az plis, gue ga gada duit buat taksi" gadis itu menyatukan kedua lengannya memohon

Seberusaha apapun Rania memohon dengan memelas dan merengek, namun tetap saja Azka sama sekali tidak merespon ucapannya, laki-laki itu justru menjaga jarak darinya

"Az, lo ga kasian sama gue" Rania berusaha mendekat ke arahnya, namun lagi dan lagi Azka justru menjauh darinya

"Lo, udah mah nyebelin, pelit lagi" Salah memang jika ia meminta bantuan pada Azka yang notabenenya merupakan laki-laki yang paling ia benci.

Ini adalah hal pertama bagi Rania yang di perlakukan seperti itu oleh seorang laki-laki. Memohon pada seseorang pun merupakan hal pertama baginya. Tapi justru apa yang ia dapatkan? bukankah hanya sebuah penyesalan

Gadis itu geram menatap Azka yang hanya menatap jalanan tanpa sedikitpun menoleh ke arahnya, tangannya ia kepal kuat-kuat menahan rasa emosi pada ketua osis itu

"Lo kalo--Taksi" Ucapannya terpotong kala mendengar suara Azka yang ingin memberhentikan mobil dengan melambaikan tangannya beberapa kali

"Masuk" perintahnya, saat ia membukakan pintu mobil untuknya

Rania yang awalnya merasa geram, kini tersenyum senang, terlihat dari raut wajahnya yang memancarkan aura bahagia, tanpa berpikir panjang gadis itu lantas masuk ke dalam mobil

"lo ga ikut bareng?" Tanyanya saat melihat Azka yang langsung menutup pintu mobilnya. Rania pikir laki-laki itu memesankan mobil untuk mereka berdua

Sial, laki-laki itu lagi dan lagi tidak merespon ucapannya, Azka malah berjalan sedikit menuju supir taksi dengan kaca yang sudah terbuka "Anterin dia sampe selamat, saya tidak mau ada lecet sedikitpun" Ucap Azka sambil memberikan beberapa helai uang kertas padanya

"kenapa ga bareng aja sekalian?" tanya Rania dari arah pintu kaca mobilnya

"gue bawa motor"

"kalo bawa motor kenapa pesen taksi? kan gue bisa nebeng sama lo" tanyanya lagi penasaran

"gue gamau" Rania yang mendengar itu membulatkan matanya, ia sudah berusaha menanyakan hal itu baik-baik namun hanya rasa sakit hati yang selalu ia terima

'tubuh lo terlalu cantik, buat berdekatan sama gue' lanjutnya dalam hati

****

Rania yang sedang memainkan handphone di dalam taksi, sesekali ia melihat ke arah kaca mobil untuk bercermin membenarkan rambutnya. Saat melirik ke arah kaca dirinya dikejutkan dengan laki-laki yang mengendarai motor yang seperti mengikuti taksinya. Rania sudah dapatkan menebak jika itu adalah Azka, terlihat dari postur tubuhnya yang Rania sangat kenali. Meskipun wajahnya tertutup oleh pelindung kepala, tapi ia yakin jika dugaannya tidak mungkin salah

"neng beruntung jadi pacarnya" Ucap sang sopir, yang membuat Rania mendongakkan kepalanya untuk menatap ke arahnya "liat tuh sampe ngikutin dari belakang" lanjutnya menunjuk ke arah kaca mobil, didalamnya menunjukkan Azka yang sedang mengendarai motor mengikutinya

AZKA BRATADITAMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang