"Meekaaa.." teriak Raditya memanggil anak perempuan satu-satunya yang sedang bersiap-siap di kamarnya, lantai dua.
"Iya paaa, bentar" jawab Meeka sambil menyemprotkan parfum di beberapa bagian tubuhnya lalu keluar kamar menuju lantai satu dimana papanya sudah menunggu disana.
"Cantik banget anak papa" puji Raditya saat melihat Meeka berdiri di depannya. Dress berwarna merah sangat cocok dengan kulit putih putrinya itu. Kini anaknya benar-benar terlihat mirip sekali dengan Hani.
Sedangkan Siska hanya melirik Meeka dengan sinis saat Raditya memuji anak tirinya itu.
"Makasih Pa" kata Meeka dengan senyum di wajahnya lalu melirik Siska yang sedang berdiri di samping papanya dengan senyum meremehkan.
"Yaudah ayo berangkat keburu telat" ajak Raditya.
Mendengar itu, Siska menggandeng lengan suaminya meninggalkan Meeka di belakang. Berjalan sendirian.
Kalo bukan karena papa maksa gue buat ikut, ogah gue satu acara sama dia. Malu-maluin yang ada. Mana gayanya hedon banget lagi. najiss. Ingin rasanya Meeka menjambak rambut si nenek lampir dari belakang.
Raditya membukakan pintu di samping kemudi untuk Siska. Hal itu tentu saja membuat dada Meeka terasa sesak dan matanya panas karena emosi. Bisa-bisanya papanya membukakan pintu untuk wanita itu sedangkan tidak untuk anaknya sendiri.
Mungkin itu hal sepele untuk kebanyakan orang. Tapi tidak untuk Meeka. Dia membuka pintu mobil dengan kasar lalu masuk dan menutupnya dengan kasar juga.
Saat dalam perjalanan Meeka tidak berbicara sepatah katapun dia hanya terdiam berusaha memendam emosinya yang hampir meledak. namun kali ini sepertinya sangat susah karena suara tawa si neknek lampir yang sedang bergurau dengan papanya membuat emosinya semakin menjadi-jadi. Hingga tanpa terasa mobil berhenti di parkiran sebuah restoran bintang lima yang terlihat megah.
Lagi-lagi Meeka berjalan di belakang papanya dan nenek lampir yang bergelayutan di lengan papanya. Dia mengikuti langkah mereka hingga memasuki sebuah privat room.
Saat masuk kedalam Meeka sangat terkejut saat melihat seseorang yang sedang duduk di salah kursi. Seseorang yang sangat Meeka kenal. Arkabian Randika. Tiba-tiba jantungnya berdegup dengan kencang dan tak beraturan. Kesialan macam apa ini? Seharusnya gue gak ikut meskipun papa maksa.
"Selamat datang bapak Raditya dan keluarga" sambut Abraham berdiri sambil mengulurkan tangan kanannya.
Raditya menerima uluran tangan Abraham lalu berkata, "Maaf bapak Abraham saya sedikit terlambat karena terkena macet dijalan tadi"
"Santai saja saya juga baru sampai" ucap Abraham lalu mengalihkan pandangannya kepada Meeka. Lalu, "Ini Meeka ya?" tanyanya sambil tersenyum kearah Meeka.
Meeka tersenyum lalu mengangguk menanggapi pertanyaan Abraham, "Iya om"
Sedangkan Liana yang sedari tadi berdiri di samping Abraham, melihat Meeka dengan tatapan kagum semenjak anak itu memasuki ruangan dia tak bisa berhenti menatap anak yang sebentar lagi akan menjadi menantunya.
Ternyata secantik ini. Pantas saja Bian ingin cepat-cepat memilikinya -batin Liana saat Meeka bersalaman kepadanya dan tersenyum dengan sangat manis.
"Silahkan duduk. Hari ini kita nikmati dulu hidangan yang sudah di pesan baru membicarakan hal penting yang akan kami bicarakan" kata Abraham.
Sesuai dengan perkataan Abraham Meeka duduk berhadapan dengan Arka. Laki-laki yang memakai setelan jas berwarna hitam itu semenjak tadi hanya menatap Meeka dengan tatapan kagum sehingga membuat Meeka merasa sangat risih.

KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSED
Random"nikah sama gue atau ga keluar dari ruangan ini buat selamanya" "Buat apa kita aja gak saling cinta" "Cinta?" Laki laki itu tertawa mendengar kata itu. "Gue gak butuh cinta. Yang gue butuhin itu cuma lo" **** Meeka Paradibta menjadi Obsesi terbesar...