~Happy reading guys~
🍀
Meeka membuka pintu apartemen dengan keras lalu masuk kedalam kamar dan mengunci pintu kamar. Dia tak peduli dengan Arka yang sedang membawa dua kantong belanjaan di kedua tangannya. Meeka sudah terlanjur kesal dan marah. Moodnya sudah hancur sehancur hancurnya.
Arka duduk di sofa depan Tv. Kantong belanja yang dipegangnya sudah dia letakkan di dapur. Menyadarkan dirinya di sandaran sofa sambil memikirkan kesalahannya hari ini. Apakah separah itu? Sampai Meeka membanting dan mengunci pintu kamar. Tiba-tiba Arka merasa bersalah dengan perbuatannya tetapi dia juga ingin membuat istrinya mengakui hubungan mereka di depan orang banyak. Bukan menyembunyikan seperti tadi.
Selelah hampir satu jam Arka berdiam diri akhirnya dia memberanikan diri untuk mengetuk pintu kamar dengan pelan meskipun tak ada jawaban dari dalam.
"Meeka buka aku mau bicara" ucap Arka lalu menarik knop pintu berulang kali hingga terdengar seseorang membuka kunci dari dalam.
"Apa?" tanya Meeka dengan nada dan wajah yang datar. Banjunya sudah ganti dengan piyama celana pendek karena bersiap untuk tidur tetapi tertunda karena Arka.
"Masuk dulu" Arka menarik tangan Meeka yang masih memegang knop pintu. Menarik Meeka kedalam kamar lalu mendudukkanya di kasur.
"Kamu kenapa? Ada apa? bisa cerita nggak ke aku?" tanya Arka berlutut di depan Meeka.
"Nggak papa" jawab Meeka singkat.
"Kalo ngga papa. Kenapa kok banting pintu tadi? terus mukanya cemberut banget"
"Terserah aku lah" jawab Meeka sambil membuang muka dari Arka.
"Kalo aku ada salah kan bisa diomongin baik-baik" kata Arka dengan nada lembut.
"Gak ada tuh" balas Meeka sambil memutar bola matanya. Lalu, "udahlah mending kamu istirahat sekarang. Besok kamu masih ada project kan bareng si Dania itu"
Arka tersenyum. Jangan bilang istrinya benar-benar sedang cemburu sekarang, mendegar dia mengatakan nama Dania seperti memiliki dendam tersendiri.
"Gak! Aku mau selesaiin sekarang juga" kata Arka meraih tangan Meeka tetapi Meeka malah menghempaskan tangannya dan tidak sengaja mengenai mata Arka.
"Itu karma karena kamu udah seharian liatin paha si Dania" kata Meeka melihat Arka memegang mata sebelah kirinya sedang menahan sakit disana.
"Pantes aja tadi pagi gue gaboleh pake celana pendek ternyata ada yang lebih mulus. Dasar cowok" gumam Meeka dengan suara kecil tapi masih terdengar jelas oleh Arka.
Ternyata benar dugaan Arka, istrinya sedang cemburu sekarang. Dan apa katanya tadi? Lebih mulus? Bagaimana bisa dia berkata seperti itu. Sudah tentu milik Meeka lebih mulus dan lebih enak dipandang. Bahkan Arka bisa memandangi milik Meeka seharian jika Meeka mau. Arka harus menegaskan ini kepada Meeka.
"Meeka Pradibta!" panggil Arka membuat pemilik nama mengalihkan pandangannya ke Arka.
"Apa? Arkabian Randika!" jawab Meeka berani.
"Tiupin mata aku! Ini gara gara kamu" tegas Arka sambil mendekatkan kepalanya.
Nada bicara Arka yang tegas membuat Meeka mau tak mau harus menuriti kemauannya. Meeka merangkup wajah Arka dengan kedua tangannya lalu meniup mata kirinya dengan pelan setelah itu mengusap mata kiri Arka dengan lembut menggunakan ibu jarinya.
"Kamu cemburu?" tanya Arka.
"Mana ada" gengsi Meeka padahal sekarang dia benar-benar ingin memukul kepalanya sendiri meruntuki sikap tidak jelasnya tadi. Seharusnya dia tak bersikap seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSED
Random"nikah sama gue atau ga keluar dari ruangan ini buat selamanya" "Buat apa kita aja gak saling cinta" "Cinta?" Laki laki itu tertawa mendengar kata itu. "Gue gak butuh cinta. Yang gue butuhin itu cuma lo" **** Meeka Paradibta menjadi Obsesi terbesar...