Chapter 7.2

1.6K 42 0
                                    

Pagi yang cerah Arka sudah berdiri di depan pintu rumah Meeka sesuai dengan perkataan mamanya kemarin. Mamanya bilang hari ini mereka akan fitting baju wedding.

Arka mengetuk pintu di depannya beberapa kali hingga terdengar jawaban seorang wanita yang dia yakini bukan suara Meeka. karena dia sangat hafal dengan suara calon istrinya itu.

"Iya tunggu! Siapa sih pagi-pagi gini" teriak Siska sambil berjalan ke arah pintu.

Siska membuka pintu di depannya. Raut wajahnya tiba-tiba berubah saat mengetahui siapa yang berdiri di depannya saat ini. Dia tersenyum seraya menyapa, "Eh Bian. Ayo masuk"

Arka sedikit kesal saat mendengar wanita di depannya memanggil dirinya 'Bian', karena hanya orang terdekatnya saja yang boleh memanggilnya dengan nama Bian. Sebelum melangkahkan kakinya masuk kedalam, Arka harus menegaskan satu hal kepada Siska.

"Panggil Arka aja tante" tegas Arka lalu masuk kedalam melewati Siska yang masih berdiri memegang gagang pintu.

"Oh iya duduk dulu" Ucap siska mempersilahkan Arka duduk. Lalu, "Pagi-pagi gini mau jemput Meeka ya?" tanyanya.

"Iya tante" jawab Arka singkat sambil duduk di kursi yang berjauhan dari Siska.

"Aduhh pagi-pagi gini Meeka belum bangun. Kebiasaan dia kalo bangun pasti siang. Bentar ya tante bangunin dulu" ucapnya mulai menjelekkan Meeka di depan Arka.

Padahal kalau Meeka tau dirinya sedang di jelek-jelekin di depan Arka, dia malah bersyukur apalagi sampai Arka ilfeel kepada Meeka dan membatalkan pernikahan mereka. Wah untuk pertama kalinya Meeka akan mengucapkan terima kasih kepada si nenek lampir.

Namun sayang sekali karena hal seperti itu tidak akan pernah terjadi karena Arka mengetahui semua tentang Meeka, termasuk ibu tiri Meeka yang licik dan bermuka dua ini.

Siska menaiki tangga menuju kamar Meeka di lantai dua. Lalu mengetuk hingga menggedor pintu kamar Meeka dengan keras.

"Meeka bangun! Ada Arka dibawah" ucap Siska sedikit berteriak.

Karena tidak mendapat jawaban. Siska berteriak lagi sambil mengetuk keras kamar Meeka "MEEKAAAAA"

Meeka terbangun sempurna saat mendengar teriakan kedua dari Siska. Dia mengacak-acak rambutnya sendiri seakan-akan frustasi dengan si nenek lampir dan satu lagi si cowok pemaksa Arka. padahal dia sengaja akan tidur lebih lama hari ini untuk mencharger energinya yang sudah habis karena makan malam yang cukup untuk membuatnya gila semalam.

Meeka berdiri. dengan langkah yang malas dia menggapai gagang pintu lalu membukannya, "Apasih!" ucapnya dengan nada yang sedikit tinggi.

"Kamu gak liat jam ya. Sekarang udah jam berapa ini masih belum bangun. Perempuan kok bangunnya siang banget gini" oceh Siska. Lalu, "Itu Arka udah nunggu di bawah" lanjutnya lalu berjalan menuruni tangga.

Dih! Dia gak tau jam ya? Ini aja baru jam 8 kok dibilang udah siang -Batin Meeka.

"Terserah gue. Mau gue bangun nanti sore juga itu bukan urusan lo" teriak Meeka membalas ucapan ibu tirinya dan sekalian supaya terdengar oleh Arka dibawah sana supaya laki-laki itu ilfeel kepada Meeka karena sikapnya yang kasar.

Siska sudah siap untuk menjelek jelekkan Meeka lagi. Saat sampai dibawah dia langsung berkata, "Maaf ya Arka. Meeka anaknya emang nggak sopan banget. Liat itu dia tadi bilang lo-gue sama orang tua dan teriak-teriak. Padahal tante juga orang tuanya"

"Nggak papa tante" jawab singkat Arka tidak terpengaruh dengan ucapan Siska.

Setelah memakan waktu yang lama untuk Meeka bersiap-siap. Dia turun ke lantai satu dan di sambut dengan dua orang yang tidak di sukainya sedang duduk di sofa ruang tamunya. Yang satunya tukang maksa dan yang satunya lagi kembarannya nenek lampir. Huh gini banget idup gue -Batinnya.

"Lama banget sih. Ini Arka udah dari tadi nungguinnya" ucap Siska. Seperti biasa Siska selalu mengoceh kepada Meeka.

Telinga Meeka seperti sudah kebal terhadap ocehan Ibu tirinya. Alih-alih berdebat dan terbawa emosi dia hanya memutar bola matanya. lebih baik Meeka keluar sekarang juga. "Ayo" ajaknya ke Arka sambil berjalan ke arah pintu utama tanpa berpamitan.

Sedangkan Arka masih sempat berpamitan ke Siska, "Arka jalan dulu ya tan" ucapnya lalu pergi menyusul Meeka yang sudah berjalan terlebih dahulu.

Keduanya masuk kedalam mobil lalu Arka mengendarai mobilnya keluar dari wilayah rumah Meeka menuju rumahnya karena fitting baju kali ini memang di rumahnya. Dengan waktu singkat sebuah ruangan dirumahnya sudah di sulap menjadi butik oleh mamanya.

Saat dalam perjalanan tiba-tiba Meeka membuka obrolan tak seperti biasanya, "Kenapa pakek pamitan ke nenek lampir sih" ucapnya kesal.

Arka menolehkan kepalanya. Dia bisa melihat dengan jelas wajah kesal Meeka. "Kenapa? bukannya kita hrus sopan sama yang lebih tua" Katanya.

"Iya sih" ucap Meeka menganggukkan kepalanya lalu melanjutkan ucapannya kembali, "tapi kalo sama dia sih gak usah"

Setelah itu, Suasana di dalam mobil menjadi sunyi kembali hingga Arka memberhentikan mobilnya di depan rumahnya.

Saat turun dari mobil Meeka disambut oleh Liana yang sudah berdiri di teras rumah dengan dua orang asisten rumah tangga di belakangnya. Liana tersenyum hangat sambil mengulurkan tangannya kepada Meeka.

Meeka menyambut tangan Liana dengan senyuman merekah di wajahnya. Moodnya yang anjlok tadi mulai naik lagi saat melihat mama Arka. Sudah lama sekali Meeka tidak merasakan persaaan hangat dan disambut seperti ini. Terakhir kali saat dia masih berusia 14 tahun. Saat mamanya masih ada di dunia ini.

Tetap mengandeng tangan calon mantunya, Liana membawanya ke dalam rumah. Begitu juga dengan Arka yang berjalan di belakannya. Hari ini Liana akan memilihkan baju yang sangat cantik untuk calon menantunya yang tak kalah cantik juga.
.
.
.
.
.
Yeayyy update yg kedua hari ini 🔥

Jangan lupa vote nya dong 😚

Komen jugaaa guyssss
.

See u hari jumat lagii. Lovee buat semuanya 🤍🤍

OBSESSEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang