PROLOG: Kisahnya Pritha.

1.2K 115 2
                                    


Apritha Damaica, atau biasa dipanggil Aritha. Anak tunggal kaya raya yang hidupnya bergelimang harta. Kemanapun Apritha pergi, pasti ada dua sampai tiga bodyguard dibelakangnya.

Tapi, meskipun kehidupannya penuh dengan kemewahan, kesenangan, dan kepuasan, Apritha tidak pernah merasa bahwa ia bahagia. Ia tidak pernah merasakan kasih sayang Mami dan Papinya karena mereka sibuk bekerja.

Setiap hari, Apritha hanya tinggal bersama lima asisten rumah tangga, tiga bodyguard, dan dua satpam. Ia tidak pernah merasakan bagaimana rasanya jalan-jalan setiap weekend bersama keluarga.

Jangankan waktu untuk jalan-jalan, waktu untuk bercerita bersama pun sepertinya Apritha tidak pernah mendapatkannya.

"Mami, Papi, tolong jangan cari Apritha." Tulisnya dalam sepucuk surat. ia sudah memiliki janji dengan teman yang nasibnya sama dengannya untuk pergi dari rumah.

Apritha begitu pintar, saat ia pergi ia terlihat seperti akan bermain karena ia tidak membawa tas satupun. Hanya tas kecil yang berisikan handphone dan uang.

Lantas, bagaimana dengan baju yang harus ia ganti? Jawabannya adalah setiap hari saat pergi sekolah ia akan membawa dua sampai tiga baju dan ia menitipkannya kepada temannya tersebut.

"Bi Laras!" Teriak Apritha. Kemudian yang dipanggil datang menghampiri.

Bukan hanya Bi Laras yang datang, tapi semuanya art-nya datang. Bi Ratna, bi Asih, Bi Eti, dan Bi Nina juga ada disana. Mereka semuanya berjajar, dan Apritha hanya menggelengkan kepalanya.

"Bi, I mau pergi sama temen I boleh?" Tanyanya, Bi Laras selaku ketua art dirumah Apritha langsung menatapnya.

"Memangnya, Non Pritha mau kemana?" Tanyanya. Apritha kesal, kalau begini pasti susah.

"Sebenernya I punya project sama temen-temen I. Tadinya mau bikin cafe buat usaha sampingan, nah selain bahas bahas itu, I mau sekalian hang out sama mereka." Begitu ucapnya.

"Ooh, boleh Non kalau begitu..." Ucapnya, kemudian Apritha mengangguk dan tersenyum.

"Tapi... Non Pritha berangkat sama bodyguard kan?" Tanyanya.

"Nggak. I dijemput sama temen I. Nanti bibi semua bilang aja ke bodyguard itu. Soalnya temen I udah di luar tuh." Ucapnya sembari menunjuk mobil yang memang baru saja sampai di depan gerbang rumahnya.

"Non Pritha pulang jam berapa?"

"Gak tau, Bi. Gak pasti, Nanti I kabarin aja kalo emang I pengen dijemput." Ucapnya kemudian ia pergi tanpa menghiraukan apa yang akan diucapkan oleh Bi Laras selanjutnya.

-

Di dalam mobil, Apritha langsung duduk dengan temannya. Ya, sebenarnya ini bukan mobil temannya, ini hanyalah taksi online yang ia pesan.

Temannya yang ia maksud adalah Asya Denadya. Asya dan Apritha sudag merencanakan ini dari beberapa bulan lalu karena mereka memiliki satu hal yang sama, yaitu tidak pernah dekat dengan orangtua.

Asya dan Apritha juga sudah mencari kost untuk mereka singgahi, dan mereka mendapatkan kost dengan harga yang cukup terjangkau. Karena bagaimanapun, setelah ini Asya dan Apritha harus bekerja untuk kedepannya.

"Asya, you udah dapet kerja?" Tanya Apritha, sedangkan yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.

"Belum di acc. Padahal gue udah daftar jadi yang paling bawah tuh. Barista." Ucapnya.

Apritha hanya mengangguk. Sekarang, tugasnya adalah mencari pekerjaan karena uang yang dibawanya pasti tidak akan bertahan selamanya.

-

Mobil terus berjalan sekitar satu setengah jam dari rumah Apritha, sekarang mobil tersebut berhenti menandakan mereka sudah sampai ditujuan.

"Pak, I bayarnya di aplikasi ya. Fee nya juga sekalian, coba cek dulu." Ucap Apritha kepada supir taksi tersebut.

Saat di cek, supir itu terkejut, bagaimana bisa ada yang memberinya uang tip sampai seratus ribu?

"Loh, ini kebanyakan mbak.." Ucapnya, tapi Apritha menggeleng dan berkata kalau itu cukup.

Kemudian mereka berdua memasuki kawasan kost tersebut dan setelah bernegosiasi dengan pemilik kost, akhirnya mereka mendapatkan kamar di atas dengan kamar Apritha yang bertuliskan 02 dan Asya 03.

Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang