X. Misi Asya

424 61 4
                                    

— . ݁₊ ⊹ . ݁˖ . ݁ —


kring~~ kring~~

Alarm yang ada di kamar Asya berbunyi, kemudian ia mematikan alarm nya dan ia mulai mendudukkan tubuhnya.

Hari ini ia harus super produktif, karena banyak dialog yang harus ia tampilkan didepan ibu tirinya.

Tidak lama setelah ia duduk, ia berdiri dan membereskan kasurnya. Setelahnya, ia masuk kedalam gudang untuk mencari beberapa barang lainnya yang menurutnya berharga.

Rencananya ia akan menjual beberapa barang antik yang dikoleksi mendiang ibunya. Saat mencari diatas lemari, Asya menemukan ada sebuah bingkai cermin tua yang terbuat dari kayu dengan ukiran tulisan jepang entah apa artinya.

Kemudian ia juga menemukan sepuluh uang lama. Kemudian ia berencana untuk menukar semuanya kepada pecinta barang antik dan mungkin saja ia mendapatkan harga yang ia taksir.

Asya kemudian keluar dari gudang dan memasukkan barang yang ia temukan kedalam tasnya. Ia kemudian menata tas dan baju yang akan ia pakai di kasur.

Asya kemudian pergi ke kamar mandi dan setelah hampir dua puluh menit ia keluar. Ia mengenakan baju yang cukup kasual untuk hari ini, yaitu hanya kaus yang agak kebesaran dan baggy jeans.

Tidak lupa tasnya tentu saja!

Sebelum pergi meninggalkan kamarnya, Asya mengecek terlebih dahulu apakah ada barang yang tertinggal atau tidak. Dan untungnya semua barang yang ja butuhkan ada didalam tasnya.

Ia kemudian keluar dari kamarnya dan tidak lupa mengunci pintu kamarnya.
"Non Asya, sarapan dulu... Bibi sudah membuat makanan kesukaan Non Asya." Ucap salah satu pembantu yang baru saja keluar dari dapur.

Namanya adalah Bi Ella. Pembantu paling lama dirumah ini yang otomatis ia lebih memihak kepada Asya dibandingkan ibu tirinya.

Bahkan, Bi Ella juga adalah satu-satunya orang yang ada di rumah yang paling Asya percayai.

"Gak usah, Bi. Asya mau ketemu sama Pritha dulu nanti pas pulang Asya langsung makan." Begitu ucapnya, kemudian ia pergi.

Namun, baru beberapa langkah saja, ibu tirinya sudah memanggilnya dan otomatis langkah Asya terhenti.

"Saya tidak mengizinkan!" Begitu ucapnya. Asya kemudian terkekeh dan menengok kearahnya.

"Gue gak perlu izin dari lo!" Jawab Asya, namun aksi kedua nenek sihir itu tidak sampai disitu.

Kakak tiri Asya sudah berada terlebih dahulu didepan pintu utama dan ia berdiri dengan tegak.

"Apa sih lo?" Ucap Asya. Kemudian kakak tirinya, atau yang namanya adalah Meisya menatapnya dengan mata penuh kebencian.

"Bawa apa di tas lo?" Tanyanya.

"Ini, bukan urusan lo, Meisya!" Ucapnya kemudian ia menabrak Meisya dengan kuat dan akhirnya ia pun bisa keluar dari rumah.

Beruntungnya, taksi online pesanannya sudah sampai. Tujuannya hari ini adalah kantor Badan Pertanahan Nasional. Didalam tasnya ia membawa barang antik yang akan ia jual dan tentu saja surat-surat berharga.

Namun sebelum itu, Asya meminta kepada supir taksi online itu untuk mengantarnya ke pasar antik, dengan tentunya Asya akan memberikan biaya tambahan untuk supir tersebut.

Asya mendapatkan uang tiga juta dari bingkai cermin, dan lima juta dari hasil menukar uang lama. Menurutnya, itu sangat cukup.

Kemudian ia kembali ke mobil dan bergegas untuk datang ke kantor BPN tanpa berlama-lama lagi. Selain ia takut dicurigai, ia juga sudah muak dengan keluarganya, dan tentunya ia tidak ingin berlama-lama lagi di rumah. Ia ingin cepat-cepat pulang ke kost-an.

Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang