XVII. Jisya, save us.

429 55 8
                                    

— . ݁₊ ⊹ . ݁˖ . ݁ —

Pagi hari kak Jisya sudah terbangun, ini masih sekitar pukul setengah enam pagi dan ia terbangun karena ia dikejutkan oleh tangan seseorang yang melingkar diperutnya.

"Theo, bangun.." Ucap kak Jisya sambil memindahkan tangan Theo. Bukannya membuka mata, pemuda itu malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Theo, gue mau mandi!" Ucap kak Jisya sambil terus menggoyangkan tangan Theo.

Theo mulai menyingkirkan tangannya dari perut Jisya dan ia kemudian mengucek matanya. "Bentar, gue ambilin baju buat lo."

"Theo, gue sama Aru beda size!"

"Gue udah beliin baju buat lo, ngapain lo harus pake baju Aru?" Tanyanya, kemudian ia keluar dari kamar dan pergi ke kamarnya.

"Baju? Buat gue? Ngapain dia beliin baju? Kayak yang tau aja ukuran gue?!" Kak Jisya mendumel, kemudian ia berdiri dari kasur dan ia mulai membereskan kasurnya.

"Ekhem!"

Kak Jisya mengalihkan perhatiannya, ia melihat Yudha ada disana sambil melipat kedua tangannya.

"Abis ngapain lo semalem sama Abang gue?" Tanya Yudha dengan tatapan yang mengintimidasi.

"Gak ngapa-ngapain." Ucap kak Jisya seadanya kemudian ia melanjutkan membereskan kasur itu.

"Eh ngapain sih?!" Tiba-tiba tangannya kak Jisya di cengkram oleh Yudha.

"Lo abis muasin dia kan?" Ucap Yudha lagi. Kemudian kak Jisya menatapnya dengan tatapan penuh amarah dan ia pun menginjak kaki Yudha dengan keras.

"Gue gak murahan, Yudha!" Ucapnya. Kemudian Yudha menyeringai dan lebih keras mencengkeram tangan Jisya.

"Cih gue tau lo bohong." Kemudian Yudha keluar dari kamar tersebut dan kak Jisya melihat tangannya yang berubah menjadi lebih merah dari sebelumnya.

Setelah selesai membereskan kasur, kak Jisya duduk disana sambil menunggu Theo, masalahnya pemuda itu mengambil baju saja dangat lama. Kak Jisya sudah mulai berkeringat dan ingin cepat-cepat mandi.

"Jisya! Ini beberapa bodycare baru. Ini baju baru juga, sama ini handuknya." Ucap Theo dengan senyuman lebar di wajahnya.

Kak Jisya tersenyum sembari mengambil itu semua. "Makasih, lama!" Ucapnya kemudian ia buru-buru masuk ke kamar mandi.

Sedangkan Theo, ia menunggu Jisya disana sambil mengatur ulang meja rias yang ada disana.

Kak Jisya baru saja selesai kemudian ia membuka pintu dan yang pertama kali ia lihat adalah Theo yang merentangkan kedua tangannya.

"Apasih?" Tanya kak Jisya.

"Gue gak tau lo pake skincare sama make up apa. Tapi gue sekarang mau lepasin lo, jadi lo harus cantik." Ucap Theo sambil menunjuk beberapa benda yang ada di meja.

"Lo gak tau atau pura-pura gak tau?" Tanya kak Jisya. Sedangkan Theo hanya menyeritkan dahinya.

"Apa? Gue emang gak tau." Ucapnya.

"Ooh."

"Emang kenapa?!"

"Ini skincare sama make up yang selalu gue pake. Makasih, Theo." Ucapnya kemudian si pemuda hanya tersenyum dan mengangguk.

"Gue ambilin dulu sarapan ya? Lo tunggu di sini." Ucap Theo. Sedangkan si gadis hanya mengangguk.

"Ayah, ini surat-surat toko cabang punya ibu..." Ucap Aruka. Ia menghampiri sang ayah yang ada di ruang tengah sembari membawa beberapa berkas.

"Nice. Ayah mau nikah lagi, Aru mau datang?" Tanya sang ayah.

Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang