XX. Next Good News.

407 52 7
                                    

— . ݁₊ ⊹ . ݁˖ . ݁ —

Semalam terasa sangat seru untuk anak-anak kost-an. Ibu, ayah, bang Bobby dan bang Theo menginap.

Bang Theo dan bang Bobby tidur di sofa ruang tengah, sedangkan ayah dan ibu tidur di kamar kak Jisya.

Kalau kak Jisya? Dia tidur di kamar kerjanya. Yah, meskipun semua penghuni mendapatkan kasur single bed, tapi milik kak Jisya adalah kasur dengan ukuram queen size.

Yang dimana, ukuran ini lumayan cukup untuk sang ayah dan sang ibu. Ada sih tiga kamar lagi yang kosong, tapi kamar itu belum sempat kak Jisya bersihkan dan belum sempat di tata ulang.

"Ayah, bunda mau ke pasar dulu ya. Biar anak-anak sarapannya bareng." Ucap bunda, sedangkan ayah hanya mengangguk.

Ayah sedang mencuci mobilnya, yang memang sudah terlihat agak berdebu.

"Terus bunda mau sama siapa ke pasar?" Tanya ayah, ini masih jam lima lebih limapuluh dan kalau mencari angkot pasti agak susah.

"Bun, mau kemana?" Tanya bang Theo yang memang baru bangun.

"Bobby mana, bang?" Tanya bunda karena melihat bang Theo keluar sendiri, biasanya, bang Theo dan bang Bobby itu akan menempel berdua.

"Masih ngorok, bun. Emang kenapa?"

"Bunda mau ke pasar, mau nyuruh Bobby anter tapi masih tidur ya..." Ucapnya dengan nada akhir seperti sedikit kecewa.

Bang Theo yang ada disana buru-buru mengambil jaketnya dan mencuci mukanya di keran yang dipakai ayah untuk mencuci mobil.

"Ayo sama Theo aja, no ngebut, no nyalip truk, aman damai sentosa deh!" Ucapnya. Ayah dan bunda yang mendengarnya sontak tertawa.

"Tuh panasin dulu motor Jisya. Biar gak mogok" Ucap sang ayah. Bang Theo kemudian mulai menyalakan mesin motor dan menunggunya beberapa menit.

"Ayo, bun!" Motor sudah siap, bang Theo kemudian memberikan helm kepada bunda dan tidak lama setelahnya merekapun pergi.

Sekarang pemilik utama, yaitu ayah sedang mengecek setiap bagian, dari lantai satu ke lantai dua, sambil mengecek seluruh keadaan bangunan.

Mulai dari plafon, keramik, sampai catnya ayah cek.

Saat ayah sedang mengecek cat yang mulai memudar di bagian kamar Aurora, ayah menyadari kalau tempat ini memang perlu di cat ulang.

"Ayah! Ngapain di sini? Bikin kaget aja." Ucap Aurora. Bagaimana tidak kaget? Ayah ada disana sambil mengusap-usap tembok.

Belum lagi celana ayah yang agak basah dan busa sabun di kakinya.

"Gapapa, hmm ayah mau ngecet ulang ah." Ucapnya kemudian pergi begitu saja.

Aih? Kenapa ayah ini, kadang serius kadang bercanda, sekalinya serius membuat takut, sekalinya bercanda malah seperti anak kecil yang tidak tau apa-apa. Ucap batin Aurora.

"Abang, mau makan apa buat sarapan?" tanya bunda sesaat setelah mereka berdua sampai di pasar.

"Apa aja lah, Bun." Ucapnya, mana mungkin kan kalau dia tiba-tiba minta 'Steak Wagyu A5 Bun, jangan lupa dimasak medium rare ya.'

"Abang kalo di kost-an pemuda Pancasila, Bobby selalu ngasih makan apa sama abang?" Tanya bunda. Oh iya, kost-an pemuda Pancasila itu kost-an kedua milik ayah yang isinya sepuluh cowok yang sama randomnya seperti Gendisha Girls.

Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang