XVI. Welcome Back, Aruka.

376 53 1
                                    

[guuuys! ini agak spc chapter kayaknya, soalnya lebih fokus ke kak Jisya]

— . ݁₊ ⊹ . ݁˖ . ݁ —


Tepat jam delapan malam, Aruka sampai dirumahnya. Oh tidak, maksudnya mantan rumahnya.

“Rumah yang selalu membuat ia sakit dan selalu membuat ia tidak aman, Aruka kembali, Aruka Shabilla kembali.” Ucapnya.

Aruka membuka gerbang rumahnya dan kemudian ia berjalan masuk, ternyata ayahnya memang tahu kalau ia akan pulang demi menyelamatkan kak Jisya.

Sesaat setelah ia menginjakkan kakinya tepat di dalam ruangan, ia disambut bak seorang putri.

"Selamat datang kesayangan ayah! Ayah sama abang abang kamu kangen sekali. Kamu apa kabar, Nak?" Tanyanya.

"Ayah, Abang..."

"Aruka Shabilla adik gue! Apa kabar sayang?" Tanya Yudha sambil memegang wajahnya Aruka.

"Abang, Ayah..., Aku baik baik aja. Dimana kak Jisya?" Tanyanya.

"Ooh, si cantik itu namanya Jisya? Dia lagi istirahat." Ucap Theo.

"Kalian nggak ngelakuin hal yang buruk sama kak Jisya kan?!" Tanya Aruka.

"Nggak dong, buat apa kita ngelakuin hal yang nggak-nggak sama si cantik itu, iya kan Yud!"

Yudha mengangguk, kemudian Theo menyuruh Aruka untuk membersihkan diri karena sebentar lagi mereka akan melangsungkan makan malam keluarga.

"Theo, anterin makanan buat cewek itu." Ucap sang ayah. Theo kemudian mengambil sebuah piring dan ia mengambil nasi serta lauknya. Tidak lupa, ia juga membawa segelas air minum.

"Yudha, tetap disini. Nanti Aruka curiga kalau kamu ikut kesana." Ucapnya kemudian Yudha mengangguk.

"Lo jangan lama, Aruka nanti curiga." Ucap Yudha.

"Gue mau mantau dia makan dulu. Nanti gue nyusul aja makannya." Kemudian ia pergi dari sana dan menuju kamar Jisya.

"Hai cantik. Gue bawa makanan, kita makan bareng ya?" Ucap Theo kemudian ia menyimpan piring dan gelasnya disebuah meja. Setelahnya, Theo menutup pintu dan menguncinya lagi.

warn! sedikit berbahaya lagi

"Biar gue bukain dulu ya talinya?" Ucap Theo.

Kak Jisya benar benar tidak habis pikir. Kenapa salah satu kakak dari Aruka ini sangat lembut kepadanya. Bukannya kegeeran, tapi kak Jisya merasa ia seperti pacar dari orang ini.

"Gue Theo. Lo Jisya kan?"

Kak Jisya mengangguk, ia sungguh tidak mau menjawabnya.

"Mau makan dulu, atau cerita dulu?" Tanya Theo.

Demi apapun, kak Jisya muak dengan tatapan Theo. Pemuda itu seakan-akan akan memakannya jika ia tidak menjawab pertanyaannya. Mana posisinya dengan kak Jisya sangat dekat.

"Theo, please. Gue boleh ke kamar mandi dulu? Gue kebelet, please." Ucap kak Jisya.

"Ooh? Ternyata suara lo lebih merdu dari teriakan tadi."

"Theo please, gue udah gakuat!"

Pemuda itu tertawa. "Alright princess, Ayo." Ucapnya kemudian mengulurkan tangannya, mau tidak mau kak Jisya mengambil uluran tangannya dan ia mengajak Theo supaya berjalan dengan agak cepat.

Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang