XIII. Miss Ramiera

460 67 8
                                    

— . ݁₊ ⊹ . ݁˖ . ݁ —

Sudah hampir satu bulan lebih Rami aktif menjadi guru les. Dan ternyata ia percaya mungkin rezekinya itu adalah menjadi seorang guru les, bukan menjadi karyawan di perusahaan.

Rami selalu bahagia jika ia akan berangkat mengajar, meskipun ia mengajar di hari Senin, Kamis, dan Minggu saja, tapi rasanya ia sangat bahagia. Apalagi kalau ada yang memintanya untuk kerumah dengan alasan ingin belajar lebih banyak.

Tidak lupa, Rami juga sudah menepati janjinya. Yaitu dengan memberikan gaji pertamanya untuk panti, namun tidak hanya gaji pertama, setiap ia menerima gaji, pasti ia sisihkan untuk Ibu dan Adik-adiknya yang ada di panti.

Sekarang hari Selasa, tidak ada jadwal mengajar dan Rami memilih untuk pergi ke panti, ia ingin mengobati rasa rindunya terhadap ibu dan adik-adiknya.

Sesampainya di sana, ia disambut dengan meriah. Adik-adiknya ternyata tidak lupa kepadanya. Ada yang mengajaknya bermain bahkan ada yang mengajaknya belajar.

Rami selalu berbahagia jika bersama mereka. "Bentar ya, kakak mau ngirim pesan dulu ke ibu kost kakak. Takutnya nyariin." Bagitu ucapnya lalu ia mengetik sesuatu di handphonenya.

Dan syukurnya, Kak Jisya langsung membalasnya. Ia membalas dengan mengucapkan "Oke, Ramie. Titip salam buat ibu dan adik adik kamu ya!"

Didalam pesannya, ia mengatakan bahwa ia akan pulang lebih lambat karena ingin menghabiskan waktunya.

"Kak, aku gak ngerti tentang pembagian, kira kira gimana ya caranya biar aku ngerti?" Tanya salah satu adik Rami.

"Hmm, pembagian ya? Gampang! Sekarang kita belajar dulu terus nanti lanjut main, oke?" Ucap Rami kepada semua adiknya dan mereka semua setuju.

Rami mulai mengajari mereka beberapa yang belum mereka mengerti, mulai dari pembagian, bagi kurung, dan tidak lupa ia juga mengadakan latihan menghapal perkalian.

Rami sangat senang, ia benar-benar bahagia ternyata ia bisa ada di titik ini. Dimana ia sendiri sudah memiliki penghasilan sendiri dan bisa membantu mereka yang memiliki nasib yang sama dengannya.

Sementara itu Cikki di sekolahnya sedang beristirahat, ia memiliki dua teman yang sangat dekat dengannya bernama Julia dan Gigin. Mereka kemana-mana selalu bertiga, dengan Gigin sebagai satu-satunya anak lelaki.

"Nanti kalian dijemput kah?" Tanya Cikki kepada mereka, sekarang mereka sedang di kantin dan menunggu pesanan mereka sampai.

"Enggak, Chi. Aku kan rumahnya gak terlalu jauh dari sekolah, ngapain harus dijemput ah! Jalan kaki aja." Ucap Julia, kemudian Cikki menanggapinya dengan anggukan kepala dan bibir yang berbentuk O.

"Kalo kamu, gin?" Tanya Cikki.

Gigin terlihat berpikir sebentar, "kayaknya enggak deh. Kita tetanggan, pulang bareng aja jalan kaki." Ucap Gigin.

"Kita bertiga searah tau! Yaudah bareng aja kita." Ucap Cikki, kemudian mereka berdua tersenyum dan mengangguk.

Tak lama setelahnya, pesanan mereka datang. Cikki memesan mie goreng dengan es teh, Julia memesan bakso dengan es teh, dan Gigin memesan mie ayam dengan minuman yang sama.

Mereka bertiga mulai menyantap makanan mereka, karena mereka semua tau mereka kalau makan itu harus sambil ngobrol! Dan mereka kalau ngobrol itu pasti lama.

Sedangkan dilain tempat, terlihat seorang Aurora sedang mendengarkan nasihat dari sutradaranya. Ia mengatakan Aurora sedikit kaku di bagian adegan marah.

Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang