II. Let's Eat Together!

799 103 7
                                    


Sekarang, Aritha dan Kak Jisya sudah sampai di pasar. Aritha benar-benar terkejut, pasar itu tempat perbelanjaan umum yang agak kotor ternyata...

"Ayo Aritha. Kita harus nyari daging, sayur, sama beberapa bumbu." Ucapnya, baru saja Kak Jisya melangkah Aritha sudah memanggilnya

"Kak, kita masuk ke dalem nih?" Sebenarnya, Aritha ragu karena dia harus desak-desakan sama orang lain, jalannya juga agak becek, meskipun tidak semuanya.

"Tadi janji apa hayo pas masih di kost-an?"

Ya, apa boleh buat. Aritha menghela nafas kemudian mengangguk, tidak lupa ia memegang tangan Kak Jisya agar tidak hilang.

"Kak Asya!" Panggil Adhanna, sedangkan yang dipanggil menoleh kearahnya.

"Kenapa, Han?" Tanya Asya, ia berencana akan pergi ke Warung Nasi Padang.

"Mau ke Naspad?" Tanya Adhanna, Asya tidak menjawab, tapi hanya mengangguk.

Baru saja Adhanna mau berbicara tapi malah keburu dipotong oleh Asya. "Gak. Gue gak nitip pesenan!"

Adhanna mengerutkan keningnya, "Apalah! Orang gue cuma mau bilang, kata Kak Jisya jangan beli. Kak Jisya mau masak terus makan bareng."

"Ooh, yaudah deh. Gue mau ke warung depan aja. Beli cemilan." Ucapnya, kemudian Adhanna mengangguk.

Sedari tadi, Adhanna masih duduk di balkon. Ia sedang membuka aplikasi Instakram dan menemukan beberapa postingan yang mencari Apritha.

"Sebenernya Kak Aritha tuh siapa sih?" Ucapnya, tapi ia tidak menghiraukannya. Ia tidak sempat untuk membuka caption lalu ia lanjut menggulir postingan.

Kali ini ucapan belasungkawa. "Hah?! Aurora Evangeline meninggal?!" Kali ini dia benar benar kaget.

"Tapi si Aurora juga mirip sama Aurora Evangeline. Masa reinkarnasi sih?"

Aurora yang memang akan mengembalikan sapu lantai atas pun terkejut. "Ada apa Kak Hanna?" Ia menyimpan sapu yang dibawanya dan mendekati Adhanna.

Adhanna yang mendengar itu langsung memperlihatkan postingan tersebut, "Aurora Evangeline, sama lo kok mirip?"

"Emang gue, Kak." Ucapnya, kemudian Aurora pun pergi. Aurora sangat takut kalau harus menjawab pertanyaan, karena dia yakin setelahnya Adhanna pasti akan banyak bertanya kepadanya.

"Ah nggak mungkin deh, orang Aurora ini mah biasa aja." Ucapnya. Entahlah, sepertinya Adhanna harus mengistirahatkan otaknya.

-

"Ih susah!! Harus minta tolong siapa ini ngerjain PR nya" sedari tadi Cikki sedang mengerjakan tugas sekolahnya. Tapi ia tidak bisa menyelesaikan tugasnya satu soal pun.

Kamudian ia berinisiatif keluar kamar, siapa tau ia bertemu dengan orang orang pintar yang ada di kost-an ini.

Cikki terlihat celingukan, Rami yang melihatnya langsung menghampiri Cikki.

"Kenapa, Chiquita?" Tanya Rami, Cikki tersenyum. Apakah ini pertanda kalau tuhan menyayanginya? Ucapnya dalam hati.

"Gini, Kak. Aku punya tugas matematika tapi aku gak ngerti..." Ucapnya, sedangkan Rami mengangguk.

"Mana coba, aku liat tugasnya."

Cikki langsung masuk kedalam dan mengambil buku serta kotak pensilnya. Bukunya ia serahkan kepada Rami dan Rami langsung duduk di kursi yang ada diluar kamar.

"Ooh, inimah gampang. Mau aku bantu?" Tanya Rami, tentu saja Cikki mengangguk!

"Iya kak, plis plis plis" Cikki tersenyum lebar sambil mulai memegang pensilnya.

Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang