IX. Arti Rumah?

517 78 7
                                    

— . ݁₊ ⊹ . ݁˖ . ݁ —

Sekarang, Aritha sudah berada di depan rumahnya. Rumah itu terasa sama saja mungkin hanya ada satu atau dua poster dirinya sebagai pembeda.

"Pak, thanks ya. Udah di aplikasi ya bayarnya." Ucapnya, tidak lupa gadis itupun memberi uang tip dan kemudian ia menekan bel gerbang rumahnya.

Gerbangnya terbuka. Ada dua satpam disana yang menyambutnya dengan senyuman seakan-akan telah menemukan harta karun.

"Non Pritha! Selamat datang kembali di rumah. Non kemana saja?" Ucapnya, Aritha hanya tersenyum tanpa menjawab apapun.

Ia kemudian berjalan menuju pintu utama dan melihat ada mobil sepupunya disana.

"Kak Rossie?" Ucapnya ketika ia melihat mobil Rolls-Royce Phantom terpampang jelas disana.

Kemudian ia masuk dan tentunya ia mengejutkan hampir semua penghuni rumah karena semuanya sedang ada di rumah utama.

Dan ternyata Aritha juga mendapatkan kejutan lainnya. Rami ada di sana sembari mengajari anak dari sepupunya itu.

"My daughter, Apritha!" Ucap sang ibu. Nyonya Kimberly, atau ibu dari Apritha kemudian memeluknya dan mengusap surai gadis itu.

"Where have you been all this time, girl? Mami missing you so much...!" Begitu ucapnya.

Kemudian Papinya juga. Ia menatap putrinya dan kemudian memeluknya seperti halnya sang Mami. "Pritha, jangan pergi lagi ya? Kami semua khawatir, Nak." Begitu ucapnya.

Aritha tidak menjawab, ia malah bertanya kenapa Rami ada di sini.

"Ooh! Dia jadi guru lesnya Delthon. For Indonesian language." Bukan Rami yang menjawab, tetapi kakak sepupunya, Rossie.

"I didn't ask you."

"Okay, Delthon. I have to go because my time is up. Kita ketemu lagi dipertemuan selanjutnya ya?" Ucap Rami, kemudian anak kecil itu mengangguk dan menyimpan buku catatannya.

"Apritha, Nyonya besar, Nyonya Rossie, Tuan, saya pulang dulu..." Begitu ucapnya, kemudian Rami pergi dan yang tersisa hanyalah keluarga yang tidak memiliki kekeluargaan.

"Mi, Pi, I masuk dulu ke kamar. I capek." Aritha kemudian pergi dari sana tanpa menghiraukan mereka dan menunggu jawaban dari mereka.

Kebetulan sekali ini sudah cukup sore, bagaimana ya Asya dirumahnya... Begitu monolog yang terlintas dipikiran saat ia menaiki tangga.

Belum juga ia memasuki kamarnya, ia sudah mendengar beberapa teriakan dari bawah sana.

"Kamu liat sendiri kan?! Anak kamu jadi gitu. Dia bahkan kabur!" Ucap maminya. Sedangkan papinya tidak menjawab dan hanya mengangguk.

Aritha tidak menghiraukannya lagi, kemudian ia memasuki kamar yang sudah hampir tiga minggu tidak kunjungi.

Kamar ini adalah ruangan ternyaman untuk Aritha, dimana ia bisa menangis dengan puas dan bisa merasa tenang dengan kesendiriannya.

Ruangan ini selalu bersih. Tidak pernah dikunci jika Aritha tidak ada di rumah, itu gunanya adalah agar asisten rumah tangganya tidak kesusahan jika akan membersihkan kamarnya.

Sekarang Aritha lelah. Ia belum mendapatkan sedikit kabar pun dari Asya. Ia membanting tas yang ia pakai ke sembarang tempat, kemudian mengunci pintu kamarnya dan ia berbaring di kasurnya.

Ia merasa sangat lelah. Kemudian ia membuka handphonenya dan ternyata grup yang isinya penghuni kost sedang ramai.

 Kemudian ia membuka handphonenya dan ternyata grup yang isinya penghuni kost sedang ramai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang