XXIV. She's gone...

415 49 8
                                    

— . ݁₊ ⊹ . ݁˖ . ݁ —

Pagi ini semuanya bersantai, kecuali si bungsu yang sudah berangkat ke sekolah tadi pagi diantar oleh Aritha.

"Kak, tumben pagi-pagi rapi gini, mau kemana?" Tanya Rami.

Pasalnya, kak Jisya terlihat memakai kulot highwaist warna putih dipadukan dengan blouse warna navy dan tidak lupa sandalnya yang jarang dipakai.

"Jemput temen kakak, di stasiun, katanya dia mau kesini soalnya dia dipindahin ke kantor cabang, dan ya kantor cabangnya dideket kost-an kita." Ucapnya.

Rami hanya mengangguk kemudian kak Jisya berpamitan karena ia takut macet kalau berangkat terlalu siang.

"Kak hati-hati. Jangan keseringan nyalip ya!" Ucap Rami, kak Jisya hanya mengangguk kemudian membunyikan klaksonnya.

Perasaan Rami dari semalam masih sama. Belum bisa tenang karena entah apa yang akan terjadi. Ia selalu gelisah dari semalam.

Bahkan semalam, ia bermimpi buruk. Yaitu salah satu dari anggota Gendisha meninggalkannya.

Di perjalanan, kak Jisya melajukan motornya dengan kecepatan sedang, tidak terlalu cepat, tidak terlalu lambat juga. Dari kost-an ke stasiun kereta itu cukup jauh sih tapi ia juga ingin rasanya menikmati pemandangan yang ia lihat.

Namun, ia tidak bisa tenang saat banyak mobil yang mendahuluinya. Ia tidak yakin karena ternyata hari ini banyak sekali kendaraan yang berlalu-lalang.

"Duhh apaan sih." Gumam kak Jisya saat salah satu mobil menyerempetnya, untung saja ia bisa dengan cepat memposisikan motornya ke arah yang berlawanan.

Namun, karena tidak melihat spion, kak Jisya pun tertabrak sebuah mobil dari arah belakang.

Tubuhnya terpisah dengan motornya dan helmnya pun terlepas dari kepalanya, ia merasa lemas, tidak bisa membukakan matanya, sehingga pada akhirnya semuanya menggelap.


"Rami, kak Jisya kemana?" Tanya Aruka. Rami yang sedang menyapu lantai dengan cepat mengalihkan pandangannya.

"Katanya ke stasiun, jamput temennya. Emang kenapa?" Tanya Rami.

Aruka menggeleng, "Nggak. Biasanya kak Jisya kan ngechat di grup nyuruh sarapan, kirain kemana gitu." Ucapnya.

"Kayaknya hari ini sarapannya beli deh. Tadi gue liat di kulkas ga ada apa apa soalnya." Ujar Asya yang ikut menimpali. Asya baru keluar dari dapur dan ia hanya mendapatkan sebuah telur di dalam kulkas.

"Yaudah ordernya bareng-bareng aja. Kalian mau apa?" Tanya Aruka.

Asya dan Rami setuju untuk membeli ayam CFC, tapi Aruka tidak tahu apa yang diinginkan Aritha, Adhanna, dan Aurora.

"Sya, panggil mereka mau makan apa. Gue yang teraktir deh!" Ucap Aruka. Asya mengangguk kemudian ia mulai berteriak.

"Aritha, Adhanna, Aurora! Mau sarapan apa? Kak Aru mau traktir nihh!" Ucap Asya.

Yang dipanggil semuanya mulai berdatangan. "Kalian pesen apa?" Tanya Adhanna.

"Ayam CFC!" Ucap Rami.

"Samain aja gak sih? You kan traktir kita sissy. Jadi kita harus sopan dong? Iya gak sih?" Ucap Aritha.

Aruka mengangguk sambil tersenyum. "Yaudah, udah gue pesen. Kalian mandi dulu gih, biar gue siapin piring sama minumnya." Ucap Aruka.

Semuanya mengangguk.

Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang