VII. Asya vs Ibu

535 70 3
                                    

— . ݁₊ ⊹ . ݁˖ . ݁ —



Hampir semua penghuni kost Gendisha memiliki mood yang baik. Para pejuang uang sedang memiliki mood yang diatas langit.

"Kakak doain, hari ini kalian semua dapet kelancaran baik dalam bekerja ataupun belajar ya?" Ucap Kak Jisya, kemudian semuanya tersenyum dan mengangguk.

"Hati-hati dijalan nya ya!" Ucap Kak Jisya.

Semuanya naik Jojek sekarang. Bahkan Rami pun tidak berjalan kaki karena hari ini ia harus mengajar ditempat yang agak jauh.

"Mbaknya udah rapi, kerja dimana mbak?" Tanya tukang ojek itu kepada Rami.

"Saya guru les, mas." Jawabnya seadanya, Rami hari ini sangat full moodnya tapi ia tidak terlalu bisa menanggapi lawan jenis.

"Ooh udah saya duga. Mau kenalan nggak mbak?" Ucapnya, entah apa yang dipikirkan olehnya, tapi Rami seketika berpikir apakah tukang ojek yang satu ini sedang gangguan jiwa?

"Buat apa, mas? Aneh banget." Ucapny

"Saya Juan, mbak." Ucap mas mas ojek itu, Rami hanya mengangguk dan tersenyum dibelakang tanpa menjawab apa yang Juan katakan.

'Semoga dia cepat-cepat capek deh. Rami males!!' Ucapnya dalam hati.

Beberapa saat kemudian, sampai lah Rami ditempat les nya. Rumah anak didiknya lumayan jauh dari kost, dan rumah ini sepertinya tidak asing di mata Rami. Tapi Rami tidak tahu ini rumah siapa.

Setelahnya, Rami menekan bel yang ada di sana kemudian datanglah dua orang satpam.

"Permisi, pak. Apa benar ini kediaman keluarga Fernan?" Tanya Rami kepada mereka.

Keduanya mengangguk, "benar mbak. Tapi apakah sebelumnya mbak sudah memiliki janji?" Tanya salah satu dari mereka.

Rami mengangguk. "Iya, sebelumnya saya sudah memiliki janji dengan Nyonya Rossie, saya ke sini untuk menjadi guru les dari putra beliau." Ucapnya.

Kemudian kedua satpam itu mengangguk dan mempersilahkan Rami masuk.

Saat Rami akan menekan bel pintu masuk, pintu itu terbuka dengan sendirinya. Ternyata ada seseorang yang membukanya disana.

"Miss Ramiera! So glad to meet you!" Ucap anak kecil itu.

"Hai, kamu Andelthon?" Tanya Rami sembari menunduk agar ia sejajar dengan anak itu.

"Yes, I am!— MOMMY, MISS RAMIERA HEREEEEEE!" Ucap anak itu kemudian ia berteriak.

Ibu dari anak tersebut datang, namanya Rossie. Rami harap, Rossie ini bukanlah Rossie yang ia bicarakan dengan teman satu kostnya kemarin.

Rossie menyambut kedatangan Rami kemudian menyuruh Rami duduk di kursi tamu sedangkan Rossie mengambilkan air untuknya.

"Sooo, Miss... What we will learn today?" Tanyanya, anak ini terlihat lucu karena ia terus menggoyangkan kakinya.

"What about maths?" Ucap Rami dengan iseng, ia tahu anak seumuran Andelthon pasti susah belajar matematika karena menurut mereka matematika itu sulit.

"OH NOOOOOOO, pleaseeeeee" ucapnya, Rami hanya terkekeh kemudian Rossie datang dari dapur dengan gelas dan beberapa cemilan.

"Jadi, Miss Ramiera. Delthon ini paling susah belajar bahasa Indonesia, meskipun ayahnya Australian, aku pengen dia bisa bahasa Indonesia juga gitu loh." Ucapnya, Rami mengangguk.

"So, aku mau untuk dua minggu ini les nya difokuskan ke pembelajaran bahasa Indonesia aja, sampingannya maths. Tapi you tau kan metode ngajarin anak sekecil ini?" Tanya Rossie. Dan sekali lagi Rami mengangguk.

Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang