PROLOG: Kisahnya Ramiera.

737 100 2
                                    

"Ibu, Rami mau pindah ya..." Ucapnya kepada seseorang yang ia panggil "Ibu".

Bukan, itu bukan ibu kandungnya, tapi itu adalah ibu panti yang sudah merawatnya sedari ia masih bayi.

-

Ramiera Fadhilla. Atau biasa dipanggil Rami, adalah anak yang dibuang disebuah panti asuhan hanya dengan selembar selimut dan sepucuk surat.

Rami selalu sedih kalau ia melihat temannya yang berbahagia dengan keluarga mereka. Tapi Rami sudah terbiasa, hingga pada akhirnya, Rami tidak memikirkan itu lagi.

Sekarang Rami sudah lulus dari SMA nya. Tidak lupa ia juga sudah mengirimkan beberapa surat lamaran kerja. Dan hari ini niatnya ia akan pergi dari panti untuk belajar lebih mandiri.

"Bu, Rami tidak akan lupa kepada ibu, kok. Rami janji. Rami hanya ingin menjadi lebih mandiri, tidak apa apa jika Rami tidak bisa kuliah seperti anak anak seumuran Rami. Rami sudah melamar pekerjaan dan jika nanti Rami diterima, uang gaji pertama Rami akan Rami berikan kepada ibu." Ucapnya, yang tadinya Ibu menunduk, sekarang mulai menatap mata Rami.

"Rami, kamu sangat baik, Nak. Ibu tidak akan marah jika Rami akan pergi. Tapi ibu mohon, Rami jangan lupakan adik-adik dan ibu ya? Sering-seringlah berkunjung, Nak..." Ucapnya, tanpa disadari air mata Rami menetes.

Ibu sangat baik. Aku berjanji kalau nanti aku mendapatkan gaji pertama, orang yang pertama memakai uang itu adalah adik adik dan ibu! Ucapnya dalam hati.

"Ibu, Rami akan membereskan barang Rami. Rami akan pindah sekarang.."

"Rami, selalu menjadi orang baik ya. Ibu tidak pernah mengajarkan Rami menjadi orang jahat."

"Tentu, Ibu. Rami janji!"

-

Sepertinya, rencana Rami memang sudah dipikirkan matang-matang, buktinya ia hanya cukup membereskan sisa barangnya karena ia sudah membereskannya tadi malam.

Rami tidak bisa berpamitan dengan adik-adiknya. Rami anak yang paling besar di panti ini, dan adik-adiknya masih sekolah.

"Nak, nanti kamu tinggal dimana?" Tanya Ibu. Rami tersenyum, sambil memegang tangannya.

"Rami akan Kost di Gendisha Kost, Jalan Dermaga. Kost disana strategis dan dekat dengan beberapa tempat kerja yang Rami lamar, bu."

"Hati-hati, ya Nak? Doa ibu akan selalu bersama Rami."

Setelah mengucapkan itu, Rami kemudian menyalami tangan Ibu dan pergi dari panti. Semoga, uang tabungannya cukup untuk membayar kost setidaknya selama satu bulan.

-

Untuk menghemat biaya, Rami berjalan dari lokasi panti ke jalan buana. Kemudian memakai ojek sampai ke jalan dermaga. Dan beruntungnya uang yang dikeluarkan Rami hanya sepuluh ribu!

"Ini, pak. Terimakasih ya!" Ucapnya kemudian memberikan ongkos kepada tukang ojek tersebut.

Ia memasuki kawasan kost. Menurutnya kost-an ini cukup luas dengan halaman yang sama luasnya dan ada kolam ikan tentunya! Kemudian ia berjalan sampai ia bertabrakan dengan seseorang.

"Eeh! Maaf. Rami tidak sengaja." Ucap Rami agak panik, pasalnya orang yang ia tabrak memiliki tatapan yang tajam seolah olah tidak suka kepada Rami.

"Gapapa. Anak baru?" Tanyanya.

Rami mengangguk, "Iya, aku Rami kak. Namaku Ramiera Fadhilla. Kalau kakak?" Tanyanya sembari mengulurkan tangannya.

"Aruka, panggil Ruka atau Aru aja."

Rami mengangguk, "Itu tempat kak Jisya. Kesana aja" Ucapnya, kemudian Rami mengangguk lagi, saat ia akan mengucapkan terimakasih, Dilihatnya Ruka sudah pergi kearah luar sembari berlari kecil.

tok.. tok..

"Permisi" Ucap Rami sembari mengetuk pintu, kemudian pintu itu terbuka sembari menampilkan seseorang.

"Silahkan masuk."

"Terimakasih"

"Kak, saya mau kost disini, apakah masih ada kamar kosong?" Tanyanya. Jisya mengangguk.

"Masih ada tiga lagi. Tapi semua kamar atas sudah terisi.." Ucapnya diakhiri dengan nada lirih.

"Eh tidak apa-apa. Rami tidak harus dikamar atas juga tidak apa apa, kak. Oh iya, untuk biayanya berapa?" Tanya Rami.

"Satu juta setengah, isinya ada nakas, single bed, lemari, kamar mandi, televisi, sofa, wastafel dan ukuran kamar yang cukup luas." Ucapnya.

Rami terkejut, bukan karena harganya. Tapi untuk Rami, kamarnya sudah sangat lengkap. meskipun ia bingung untuk apa wastafel dikamar.

"Rami bayar sekarang ya kak. Rami bayar untuk satu bulan dulu ..." Kemudian Rami mengeluarkan uang dan menyerahkannya kepada Kak Jisya.

"Rami, kamar 05" ucapnya sembari mencatat nama Rami dibuku.

"Ini ya kuncinya. Rami sekarang istirahat dulu. Nanti kakak kenalkan kepada yang lain." Ucapnya.

"Terimakasih kak. Tadi Rami sudah bertemu salahsatunya.."

"Siapa?"

"Kak Aruka, tapi sepertinya sedang buru-buru."

"Iya, Aruka memang sibuk. Dia baru masuk kerja, terus katanya bangunnya kesiangan, takut dihukum"

Rami mengangguk, kemudian ia berpamitan untuk pergi melihat dan beristirahat.



Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang