- . ݁₊ ⊹ . ݁˖ . ݁ -Selama hampir satu bulan ini, Kak Jisya merasa dirinya sudah berubah, begitu juga anak-anak yang tadinya saling tidak mengenal sekarang menjadi sangat akrab.
Semuanya sudah mulai membaik, mereka sudah mulai menerima apa yang mereka alami dan mencoba untuk memulai hal baru tanpa membenci hal lama.
Tapi itu tidak berlaku untuk Aruka dan Adhanna. Kedua anak yang hampir "dijual" itu benar-benar tidak bisa menormalisasikan nya.
Baik Aruka atau Adhanna mereka hanya ingin pergi sangat jauh dari rumah, tak apa jika harus tidak saling mengenal pun dengan keluarganya. Asalkan Aruka dan Adhanna memiliki penghasilan sendiri, bagi mereka keluarganya yang kurang ajar itu bukan apa apa.
Setiap hari Kak Jisya selalu menasehati semua anggota kostnya agar bisa melupakan tanpa membenci. Tapi Aruka dan Adhanna belum bisa.
"Kakak nggak maksa, tapi belajar ya?" Ucapnya. Itu yang selalu Kak Jisya ucapkan, karena bagaimanapun mereka adalah orangtua, dan mereka adalah keluarganya.
Namun, sejauh ini semuanya baik-baik saja, Aritha-pun sekarang sudah aktif bekerja di toko kak Jisya. Setiap pagi, ia akan berjalan kaki bersama Rami menuju toko tersebut.
Setiap hari juga, Kak Jisya pasti ditanya oleh setidaknya satu sampai dua orang mengenai Aritha. Kak Jisya belum pernah mengatakan kepada mereka kalau Aritha ada di kostnya.
Bukannya apa-apa, tapi Kak Jisya juga tentunya butuh persetujuan dari Aritha. Apalagi setelah mengingat bahwa Aritha sakit hati karena selalu dilupakan oleh orangtuanya.
Kali ini, Kak Jisya berinisiatif untuk pergi ke toko tanpa membawa motor. Kak Jisya hanya ingin mengecek keadaan sambil memilih beberapa baju untuk dijadikan hadiah kepada anak-anak kost.
Saat diperjalanan, ia bertemu dengan dua orang yang berbadan tegap dan juga berotot. Dua orang itu menghentikan langkah Kak Jisya dan bertanya kepadanya.
"Permisi, anda pernah melihat gadis ini?" Tanyanya, Kak Jisya pura-pura menyeritkan dahinya kemudian menatap poster itu dengan intens.
"Sayembara satu milyar??" Ucapnya dengan terkejut. Kak Jisya menutup mulutnya karena ia tidak percaya.
"Jadi, apakah anda pernah melihat gadis ini?" Tanyanya lagi.
"Saya.... Pernah melihatnya! Tapi waktu itu hanya sekilas karena dia berlari." Ucapnya, mana mungkin Kak Jisya memberitahu mereka kalau Aritha adalah salah satu dari tujuh anak kostnya?!
"Hhhh, Ya sudahlah. Ini kartu namaku, Kalau suatu saat kamu melihatnya lagi, tolong hubungi nomor tersebut." Ucapnya kemudian mereka pergi tanpa mengambil poster yang masih Kak Jisya pegang.
Kak Jisya buru-buru memasukkan poster itu kedalam tasnya. Jangan sampai beberapa orang disini melihatnya, terlebih lagi orang yang sering melihat Aritha tanpa masker.
Sebelum Kak Jisya melanjutkan perjalanannya, ia mengetikkan sesuatu di handphonenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Going Home 🏡 [END]
Fanfiction[ babymonster au ft. jisoo ] "Dikala penat menghampiri, hanya rumah yang bisa menjadi tempat yang paling nyaman. Tapi bagaimana dengan anak yang jauh dari rumah?" - [ on going / jangan lupa untuk vote 🌟]