XXIII. Gendisha is my Chicago.

352 60 3
                                    

— . ݁₊ ⊹ . ݁˖ . ݁ —

Akhirnya, Aritha sampai lagi di kost-an. Satu-satunya tempat yang membuatnya seakan ia benar-benar hidup.

Ia memilih untuk menjadi sengsara namun bahagia dibandingkan kaya raya namun menderita.

"Kak Jisya and everyone! Your Princess, Apritha Damaica is back and will block everyone's way!" Ucapnya dengan teriakannya yang khas.

Tentunya yang mendengarnya langsung keluar, "Oh my gosh! Princess, i really misss yooou!" Ucap Aurora, Aurora selalu menjadi orang yang paling bersemangat untuk Aritha.

Ya, karena Aritha adalah salah satu alasan Aurora bisa se percaya diri ini. Aritha itu CANTIK. Aurora selalu menjadikannya sebagai panutan!

"My little TWINNEY! Miss you too." Ucapnya, kemudian memeluk Aurora.

Aurora pun membalas pelukannya kemudian mereka bercepika cepiki. Aritha kemudian melepas pelukannya dan ia berbalik mengalihkan pandangannya kepada Pak Budi.

"Pak Budi, you have to go. I udah pesen taksi online, you pulang pake itu aja, soalnya I bakalan pake mobil I." Begitu ucapnya, karena tidak berani melawan sang nona muda, Pak Budi hanya mengangguk lalu menyerahkan kunci mobil kepada Aritha.

"You hati-hati. Ini uang buat you, sebagai hadiah udah nganterin I kesini." Ucapnya, kemudian Pak Budi menerimanya dan berpamitan dari sana.

Ramiera yang baru saja pulang dari lokasi lesnya sontak membulatkan matanya. "Kak Aritha! Kapan nyampenya? Kangen banget sama kakak tuan putri ini!" Ucap Rami dengan terburu-buru.

"My smart sissy! I baru aja nyampe. You abis pulang dari berapa lokasi?" Tanyanya.

"Syukur banget, hari ini aku udah selesai di tiga lokasi." Ucapnya.

Kak Jisya juga baru datang dari dapur karena ia mendengar suara yang tidak asing baginya.

"Hey! Kesini lagi?" Tanyanya. Dengan secepat mungkin Aritha menjawab dengan anggukan kepalanya.

"I'll never go back to my home again. Gendisha is my only one and my favorite home." Ucapnya.

Semuanya bahagia, satu persatu, semuanya kembali bersama, dan semoga selamanya. Meskipun didunia ini tidak ada yang Abadi, tapi kak Jisya selalu berharap ia bisa selalu bersama dengan para gadis Gendisha.

Menjelang sore, semuanya mulai datang. Cikki baru pulang dari sekolahnya berbarengan dengan Aruka dan Asya yang baru pulang dari rumahnya yang dijadikan lokasi syuting.

Tidak lupa, Adhanna juga datang dengan menenteng tas belanja yang bisa dibilang agak banyak.

"Adhan, kirain lo jadi ke California nya. Kak Jisya sampe nangis kejer tau!" Ucap Asya yang melihat Adhanna baru saja keluar dari taksi onlinenya.

"Kak, gue nolak buat kesana soalnya gue cuma mau tinggal sama Gendisha. Gendisha itu bener bener rumah!" Ucapnya, kemudian Asya mengajaknya masuk kedalam.

Tidak lupa, mereka juga mendahulukan Cikki yang masuk terlebih dahulu karena dia yang paling muda.

"Kak Jisya! Aku pulang?!" Ucap Adhanna, kebetulan di ruang tengah sedang berkumpul semuanya.

"Adhanna! Gue kangen sama lo! Gue kira kita gak akan pernah bisa satu proyek lagi tau!" Ucap Aurora, lagi-lagi... Ia yang paling semangat untuk semua orang.

Meskipun awalnya Adhanna dan Aurora tidak terlalu dekat, tapi karena dibeberapa waktu mereka sering bersamaan, mereka menjadi dekat.

"Aurauran gue! Gue juga kangen tauu. Lo itu jadi salah satu alesan gue nolak ke California, asal lo tau aja!" Ucapnya kemudian memeluk Aurora.

Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang