I. Dua Minggu.

1K 110 13
                                    

Ini adalah minggu kedua Kak Jisya resmi menjadi “Kakak Kost”. Sekarang semua anak-anak yang ada disini adalah tanggungjawab nya. Aruka, Aritha, Asya, Adhanna, Rami, Aurora & Cikki adalah tanggungjawabnya, apalagi Cikki.

Sore ini, Kak Jisya mengadakan acara kecil-kecilan. Selain untuk pendekatan antar sesama, tujuan kak Jisya bikin acara ini biar memulai semuanya tanpa kecanggungan.

Kebetulan, Aritha melewati ruangan Kak Jisya dan langsung dipanggil olehnya.

"Aritha!" Panggilnya sambil melambaikan tangan.

Aritha langsung masuk dan duduk di sofa kecil yang ada disana.

"Kenapa, kak? You gabut ya? Atau mau nyuruh I?" Tanyanya, Kak Jisya tersenyum.

"Tau ajaa. Jadi gini, Kakak mau bikin acara kecil-kecilan sama semua penghuni kost. Nah, sekarang Kakak mau belanja, terus kamu kasih tau ke mereka jangan order makanan ya?"

"Hmm, okay. You sama siapa belanja nya? Ke Mall mana?" Tanya Aritha, ya memang dasarnya dia anak orang kaya kata Asya juga...

"Nggak ke mall, tapi ke pasar."

"I ikut boleh gak? I belum tau pasar tuh kayak gimana kak. I janji, gaakan nyusahin!"

Kak Jisya terlihat berpikir, sebenarnya dia cuma bercanda sih.

"Ihh Kak, I'm promise deh. I gaakan nyusahin!" Ucapnya sekali lagi sembari memaksa kak Jisya untuk mengikatkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Aritha.

"Iya, iya. Kamu boleh ikut, sekarang kasih tau yang lain dulu. Cepetan! Jangan lupa pake topi, nanti you kepanasan!" Ucap Kak Jisya dengan nada akhir khas Aritha.

"Iih iya tunggu!"

-

Karena Aritha sangat ingin tahu bagaimana bentuk pasar, ia mulai mengetuk semua pintu kamar yang dimulai dari kamar Cikki.

toktoktok

"Sebentaaaaaarrrr!!" Ucap Cikki. Nadanya sangat nyaring sampai sampai Aritha harus menutup telinganya.

klekk

Pintupun dibuka, kemudian si penghuni kamar tersenyum "Eh, Kak Princess.. Maaf ya, tadi Cikki lagi di kamar mandi" Ucapnya.

"It's Okay. I cuma mau ngasih tau, kata Kak Jisya nanti jangan pesen makanan. Kak Jisya mau masak."

"Okay Kak Princess!" Kemudian Aritha pergi dari kamar 07 menuju kamar sebelahnya.

Dan yang untungnya, orang yang menempati kamar 06 ini sedang membuka pintunya, sepertinya ia sedang beres beres.

toktoktok

"Aurora, you lagi sibuk gak?" Ucapnya, sebenarnya Aritha hanya basa-basi. Orang dia juga melihat kalau Aurora sedang menyapu kamarnya.

"Enggak, Kak Aprith.. Kenapa?" Tanyanya.

"Kata Kak Jisya, jangan order makanan. Nanti Kak Jisya mau masak."

"Ooh, oke deh. Thanks ya infonya" Ucap Aurora.

"Iya. Tapi coba nanti you jangan manggil I pake nama Aprith. Panggil Aritha atau Pritha aja." Ucapnya, kemudian Aurora mengangguk dan Aritha pun berjalan menuju kamar selanjutnya.

Belum sempat mengetuk pintu, Aritha takjub akan kebersihan lingkungan kamar Rami dan tentunya beberapa aksesoris imut yang terpampang di pintunya.

"Eeh, Kak Apritha, ada apa kakak ke kamar Rami?" Tanyanya. Tadinya Rami akan membuang beberapa kertas yang sudah ia pakai ke tong sampah luar.

"Panggil I Aritha aja. I kesini cuma mau ngasih tau, nanti you jangan pesen makan atau makan diluar ya." Ucapnya.

"Kenapa? Aku gak ngutang kok."

"Nope! Kak Jisya mau masak. Terus mau makan bareng deh." Ucapnya, Rami mengangguk mengerti, kemudian Aritha berpamitan karena masih ada tiga kamar lagi yang harus ia kunjungi.

"Ihh, kenapa sih I gak bikin grup aja sama mereka semua? Eh... Tapi kan I belum punya nomor mereka, cuma nomor Asya." Monolog Aritha sembari menaiki tangga.

Kemudian, ia sampai di kamar 04, kalau gak salah kamarnya orang yang waktu itu dia anter.

Tadinya Aritha akan mengetuk pintu atau memanggil si pemilik kamar, tapi setelah ia sampai tepat di depan kamar 04, ia melihat Adhanna sedang ada di balkon sembari melamun.

"Hey Adhan. What do you think about?" Tanya Aritha, yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.

"Nothing Kak Aritha. Ohya, ada apa?" Tanyanya.

"Nanti you gausah pesen makan ya, Kak Jisya mau masak terus makan bareng."

Adhanna mengangguk, “Ini termasuk pengiritan gak sih? hehe!” ucapnya. Pasalnya, Adhanna belum melunasi uang sewa selama satu bulan dan ia juga belum mendapatkan pekerjaan.

Ia hanya mengandalkan uang sisa yang waktu itu ia temukan di beberapa saku bajunya.

"Oke. Nice info" Aritha-pun mengangguk menyetujuinya. Ini bener bener nice info. Kak Jisya baik banget! Gumamnya.

"Okey, bye Adhan, abis ini I harus ke kamar kak Aru."

"Loh, gak ke kamar kak Asya dulu?" Tanyanya, ya yang benar saja. Masa kak Asya di anak tirikan?!

"Dia kayaknya masih tidur. Nanti kalau dia keluar you aja yang ngasih tau dia ya."

Kemudian Aritha pergi, sebelum ke kamar Aruka, ia pergi ke kamarnya terlebih dahulu untuk mengambil jaket, topi dan masker.

Bagaimanapun, Aritha adalah anak orang kaya dan ia juga tahu, kalau ia sedang dicari. Waktu itu, ia tidak sengaja menemukan posternya bertuliskan “Missing”.

toktoktok

"Kak Aru. Are you there?" Teriak Aritha sembari memakai jaket dan topinya.

"Iya, ada apa Pritha?" Jawab Aruka, untung saja ia sedang bersantai sembari menonton TV tidak sedang mengerjakan tugas kerjanya.

"Kata Kak Jisya, nanti you jangan pesen makan. Kak Jisya mau masak and kita makan bareng deh." Ucapnya, Aruka mengangguk.

"Oke, terus ini lo ngapain pake jaket item, celana item, topi item sambil pegang masker lagi. Mau jadi rampok?"

"Huss! I mau nganter Kak Jisya belanja tau. Tapi I takut ada bodyguard I, jadi I harus melindungi diri agar gak ketangkep." Ucapnya, entah apa yang dimaksud Aritha, namun Aruka hanya menanggapinya dengan anggukan kepala.

"Arithaaaa, jadi gak?!? Kalo nggak kakak pergi sendiri nih!!!" Teriak Jisya dari lantai bawah yang sudah siap dengan motor dan tidak lupa keranjang belanja tradisionalnya yang sudah mengait dibagian depan.

"Kak Jisya ihhhh! Sabar I kan gak bisa kalau harus buru-buru!" Demi apapun, Jisya sangat terkejut saat melihat Aritha yang sudah ada didepannya.

"Kita mau belanja, bukan maling. Kenapa harus serba hitam sih, Tha?"

"Takut ada bodyguard I. Ayo kak, I gak sabar liat pasar!" Ucapnya. Kemudian Jisya pun memajukan motornya dan pergi menuju pasar dengan satu tuan putri dibelakangnya.

Ya sudahlah apa boleh buat, toh Jisya belum mau tahu sama kisah anak anak yang mungkin sesakit itu.





Going Home 🏡 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang