Katakan, manusia mana yang tidak mengenal Harley Titanic, seorang kriminal sejati yang dipaksa mati di usia 45 tahun. Seonggok pemasok narkoba, pengedar ganja. Mafia terbengis penguasa LA.
Padahal api neraka sudah siap menyambut kedatangannya, namun...
Sebelumnya maaf untuk panjangnya penundaan cerita ini. Banyak sekali urusan yang bikin cerita ini cukup berdebu.
Saya nggak mau berekspektasi tinggi. Saya juga merasa kalian nggak begitu menunggu kelanjutan cerita nya.
Jadi dalam kurun waktu sebulan dimulai dari sekarang, sebisa mungkin akan saya selesaikan cerita ini.
Bisa tidak bisa, jika tidak mencapai target yang saya rencanakan dalam waktu 4 Minggu, cerita ini terpaksa diabaikan.
Terimakasih...
° °
| SELAMAT MEMBACA |
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa baru pulang?"
Sepuluh pelayan serentak mematung. Kemunculan Gabriel dari balik pintu besar setinggi 4 meter sukses menyulut perhatian Kaluna.
Wanita cantik berlipstik merah cabai dengan rokok setinggi jari kelingking itu menutup koran di tangannya.
"Sejak kapan kamu bisu?"
Gabriel masih setia bungkam. Orang tua mana yang tidak emosi dibuatnya.
Menyadari air muka Kaluna semakin mengeruh dengan urat leher tercetak jelas, hal itu tanpa sadar menarik para penjaga untuk semakin waspada.
"Jawab Mama, Prince!"
Jangan tanya bagaimana laki-laki itu harus berbuat. Gabriel sudah cukup lelah dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.
Langkahnya kembali mengayun menaiki satu persatu anak tangga sampai denting jarum jam kalah nyaring oleh gemparnya teriakan para pelayan.
"Nyon--"
"Tuan Muda!"
Berjarak sekitar 5 meter, siapa sangka dengan begitu tiba-tiba Guci putih berbahan marmer melayang menghantam tengkuk sekaligus kepala Gabriel. Kulit putih berdaging halus itu terkoyak mengundang derasnya darah yang merembes halus menodai punggung.
"Anak kurang ajar. Mengapa rahim saya harus sukarela menampung bibit buruk seperti kamu? Kenapa, Bajingan?!"
Gabriel membeku.
"Nyonya, lebih baik Anda--"
"Argh!" Dikibaskan tangan Marest. "Sampah sepertimu tidak berhak mengatur saya. Pergi!"