Sebelum membaca cerita ini, Saya sebagai penulis mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya.
Pertama untuk Lebaran tahun ini, kedua untuk keteledoran saya karena terlalu lama tidak update.
Sekali lagi, maaf untuk yang menunggu kelanjutan cerita ini...
Terimakasih..🙏🏻🙏🏻
°
°| SELAMAT MEMBACA |
Ruangan senyap seketika. Baik Harley maupun Teresa sama-sama bungkam. Canggung mulai menyelip, bergerak bebas menguasai hingar-bingar kamar.
"Jika kamu pergi, dengan siapa saya di bumi ini," tutur Harley melankolis.
Teresa mengalihkan pandang. "Kamu bisa cari sumber kebahagiaan lain. Enggak harus aku--"
Harley menyela, "Saya enggan mengulang kesendirian. Tidak kah kamu mengerti?"
Menghela napas, Teresa bergerak mendekati ranjang dan duduk santai disana. Irisnya menatap teduh netra dingin Harley.
"Sejujurnya tanpa aku, kamu bisa berdiri sendiri disini. So, nggak usah lah, pake alasan se dramatis itu."
Lucu sekali bukan?
Harley sukses dibuat mematung mendengarnya. Air muka yang semula mengeruh semakin campur aduk tak terbaca.
"Coba ulangi perkataan kamu. Saya kurang paham." Harley mencoba sabar.
Teresa terkekeh lembut. Tangannya bersedekap memberi kesan bossy. "Kurang paham gimana? Kamu udah cukup matang untuk mengerti arti ucapan aku," tukasnya memancing gemuruh amarah.
"Sa..."
Katakanlah jika saat ini Harley lelah. Otaknya butuh istirahat setelah terlalu rumit memikirkan hal lain. Ditambah ucapan Teresa yang terlampau memancing emosi nya.
"Kenapa? Mau marah?" Teresa mengangkat dagu menantang.
"Jujur, gue pingin nendang muka lo dari sini ke jendela."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBATAS FIGURAN
Teen FictionBagaimana rasanya membuka mata di dalam liang lahat? Dengan tubuh dibungkus rapat oleh lembaran kain kafan, dengan hidung dan telinga yang disumbat butiran bola kapas. Harley Titanic, duda tampan 45 tahun dengan catatan kriminal terbanyak semasa hid...