| SELAMAT MEMBACA |
Jack meneguk ludah kasar, tangan kekarnya terangkat mengelus tenggorokan. Entah kenapa, mendadak dirinya haus.
Perdebatan ambigu didalam sana membuat telinganya memerah yang-- jujur, rasanya Jack ingin mendobrak pintu berbahan dasar kayu didepannya ini, untuk memastikan jika yang otak kotornya pikirkan adalah sebuah kesalahan.
"Ayo pergi saja." Masih dengan akal sehat Hugo melangkah menjauh, namun ternyata, tak satu pun dari para beban dibelakang yang mau turut pergi meninggalkan tempat.
"Tapi ini seru. Aku bisa menjadikan erangan itu sebagai playlist Spotify--"
PLAK
Geplakan kencang mendarat di tengkuk Scott. Pelakunya sudah pasti Jack.
"Anak Dajjal! Buang pikiran kotor mu itu. Bisa saja mereka berdebat--"
Royce menyela, "Perdebatan macam apa yang memerlukan desahan se erotis itu."
"Mungkin saja, itu perdebatan dengan tema Jepang," dibalas Scott dengan lontaran gamblangnya.
"Tolol!" Jack terkekeh pelan sembari agak membayangkan. Bagaimana jika tubuhnya transparan dan tembus pandang, ya....
Kesempatan menerobos masuk ke kamar majikannya pasti akan sangat mudah. Ia bisa merekam detik demi detik pertengkaran romantis didalam sana dan--
"Sudah, ayo pergi. Pelayan bisa curiga melihat kita bergerombol disini."
Ah, mengingat empat manusia ini tadinya ingin main ke ruang billiyard, langkah kaki mereka justru disita di sini, di depan pintu kamar tuan- nya, yang berujung mendengar suara ambigu dimana kemungkinan besar, sedang terjadi progam perkembang biakkan.
"Menurut kalian, apa yang mereka lakukan didalam kamar?" Sambil menuruni anak tangga, Royce bertanya.
"Mungkin bermain kuda-kudaan."
"Jack! Pelan kan suara mu."
Mendapat teguran dari Hugo membuat Jack berdecak kesal."Aih, Anda ini sensi sekali. Apakah Anda juga ingin bermain kuda-kudaan? Mari, aku siap menjadi penunggangnya."
Ctakk
Pelipis Jack disentil cukup keras. Royce tak habis pikir dengan otak random laki-laki ini.
"Mulutmu itu harus dijahit. Agar tidak nyerocos terus menerus."
"Militmi iti hiris dijihit, igir tidik nyiricis tiris miniris. Tai, lah." Puas mengejek Royce, sofa panjang ruang keluarga menjadi pelampiasan Jack.
Tubuh jangkungnya melompat brutal meniduri sofa. Ingin hati menyalakan TV sekedar mengusir bosan, sayangnya,, hujan masih saja turun menebar hawa dingin menusuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBATAS FIGURAN
Fiksi PenggemarBagaimana rasanya membuka mata di dalam liang lahat? Dengan tubuh dibungkus rapat oleh lembaran kain kafan, dengan hidung dan telinga yang disumbat butiran bola kapas. Harley Titanic, duda tampan 45 tahun dengan catatan kriminal terbanyak semasa hid...