Katakan, manusia mana yang tidak mengenal Harley Titanic, seorang kriminal sejati yang dipaksa mati di usia 45 tahun. Seonggok pemasok narkoba, pengedar ganja. Mafia terbengis penguasa LA.
Padahal api neraka sudah siap menyambut kedatangannya, namun...
Huhu,, kemarin kecapekan parah jadi nggak bisa lengkap lima bab sekaligus😮💨
Jangan lupa vote!! Udah tak belain up banyak, ya kali nggak vote
° Jangan lupa juga komen biar aku makin semangat update.. °
| SELAMAT MEMBACA |
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lagi-lagi memasuki ruang meeting. Empat pilar kehidupan menatap fokus Sky yang sibuk meneliti tumpukan berkas.
"Saya mau percepat semuanya. Kira-kira kapan proposal itu bisa dipakai?"
Masih terlalu pagi sebenarnya. Namun waktu sepagi ini bukan hal mengejutkan. Lebih tepatnya semenjak si pewaris berubah, segalanya terkesan lebih cepat.
Tangan Sky terlalu senang membolak-balikkan kertas tebal di atas meja. Berbalut kacamata baca Sky membaca setiap kata demi kata. Memahami apa saja yang akan ia katakan pada saat peresmian besok
"Setelah peresmian dilaksanakan, proposal sudah bisa digunakan. Jika ingin lebih mudah, saya bisa membawakannya lusa ke sekolah Anda," jawab Hugo lugas.
Jack di sofa seberang mengelus dagu pelan. Netra indah miliknya menatap bergantian Sky dan Hugo sambil sesekali menguap menahan kantuk.
Jika ingin tahu meski tidak penting, Jack tidur pukul dua dini hari dan bangun pukul empat pagi. Lelaki itu pikir tidur pagi akan sangat menyenangkan namun bagai didobrak guntur, pagi-pagi buta nyawanya diseret memasuki ruang rapat.
Ia belum sempat cuci muka maupun gosok gigi dan seenak dengkul Royce mencekokinya dengan beberapa berkas penting.
Lihatlah sekarang. Kelopak matanya berulang kali lancang ingin menutup.
"Guru-guru sudah dikasih tau perihal acara besok?" tanya Sky menatap lurus Royce.
"Sudah, Tuan Muda. Saya sudah menghubungi kepala sekolah sejak Minggu kemarin. Jadi bisa dipastikan jika semuanya aman," jawab Royce pasti.
"Kalau untuk acara malam setelah peresmian? Sudah diatur?"
Scott mengangguk mantap. Dua ibu jarinya mengacung semangat di depan wajah Sky. "Beres, Tuan Muda. Hal sepele seperti itu tidak mungkin saya lupa."
Sky mengangguk puas. Tatapannya terkunci pada satu objek yang sejak tadi bengong.
"Terus, berkas yang seharusnya saya tanda tangani hari ini mana, Jack?"
Jack tetap diam. Alis Sky lantas terangkat sebelah melihat wajah dongo bawahannya tersebut.