21. THE REVOLUTION BEGINS

950 106 4
                                    

Aku tetapkan untuk update 2x seminggu.

Semoga baca chapter ini nggak bikin shock, ya...😉

°°°

| SELAMAT MEMBACA |

Akibat kejadian kemarin, baik Sky maupun Teresa terpaksa di skors selama sehari sedangkan Rasya dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapat pertolongan medis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akibat kejadian kemarin, baik Sky maupun Teresa terpaksa di skors selama sehari sedangkan Rasya dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapat pertolongan medis.

Lalu bagaimana dengan Angkasa dan Amora..?

Dua titisan Dajjal itu ditetapkan sebagai korban. Ini terdengar begitu tidak adil. Awas saja, akan Sky buat hidup para pemeran novel itu menderita.

"Berapa prosen angka yang bisa kita turunkan untuk langkah awal."

Didalam ruang gelap berlapis emas, Sky-Teresa duduk terdiam bersama empat bodyguard kepercayaannya.

"Sepuluh prosen, mungkin?"

Meja panjang berlapis marmer putih tampak penuh oleh belasan kertas bertinta hitam, pun enam laptop yang pastinya mahal bertengger manis dihadapan pemilik masing-masing.

"Itu sudah cukup banyak menurutku," Jack berpendapat.

Screen Proyektor menyala terang menampakkan sebuah data, memperlihatkan grafik kenaikan saham tujuh perusahaan, yang diduga milik masing-masing orang tua para tokoh novel.

"Terlalu sedikit. Tambahkan 15%"

Jujur, melihat sikap Sky yang terlampau tenang membuat jantung Scott berdisko. Padahal dulu waktu belum mati, Sky begitu manja kepadanya. Meminta ini-itu dengan nada merengek minta digampar.

"Apakah itu tidak berlebihan?" Royce bertanya ragu.

"Saya bos disini. Tugas mu hanya menurut," jawab Sky dingin.

Tak pernah Hugo mendengar nada sedingin itu selain intonasi Almarhum tuan-nya. Hugo curiga, takut jika ternyata, raga Sky kemasukan Jin Ifrid.

Tapi apakah hal seperti itu nyata?

"Izin bertanya, Tuan Muda. Kenapa Anda berubah?" Dengan rasa penasaran tinggi Scott bertanya.

Lirikan sinis pun berbondong-bondong menghampiri raut polos Scott.

Dajjal satu ini! Batin Royce mengumpat geram.

Tidak bisakah mulutnya itu hilang saja, Jack menambahi.

Aku bersumpah, jika bukan karena Scott bagian dari kami-- jantungnya sudah bertengger manis di ujung pohon pinus. Kali ini, Hugo ikut greget dengan otak lemot pria itu.

Tatapan datar Sky lontarkan. Empat kata baku meluncur mulus dari mulutnya : "Lantas, saya harus bagaimana?"

Scott mengernyit heran. Tatapan polosnya menelisik lekat sepasang iris Sky. "Bahasa Anda juga menjadi baku."

SEBATAS FIGURANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang