rumah tanpa ramah

360 33 19
                                    

Warning typo
(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

"apa yang eteh katakan sebelumnya?udah eteh bilang berhenti menyakiti anak-anak lain! Eteh gak suka perbuatan kalian!" bentak sang kakak
Kedua kepada dua adiknya.

Ya, sang kakak kedua Hapipah menemukan dua adiknya Nicholas dan Iskandar, sedang membully salah satu anak dari IPS³, sedangkan dua orang yang dia marahi hanya memutar bola mata malas.

"Udah gue bilang, ini bukan urusan Lo! Ini urusan kami berdua, Lo yang gatau apa-apa gausah ikut campur!" kata Iskandar tak terima.

Sedangkan Nicholas hanya bersedekap dada memandangi Kaka keduanya yang menatapnya tajam.

"Apa kalian tidak jera? Repan udah berkali-kali menghukum kalian, tapi kalian terus saja melakukan hal yang sama!" Ucap Hapipah tegas.

Iskandar masih berapi-api inggin menumbuk kakaknya saat ini, mengapa dia begitu menyebalkan? Bahkan saudaranya yang lain hanya melihat perbuatannya saja, tidak sampai menasehatinya seperti ini. Iskandar tidak suka dengan itu. Dengan berani Iskandar maju ke depan Hapipah lalu mencengkeram kerah baju kakak perempuannya itu.

"Gue bilang Lo gausah ikut campur! Ini urusan pribadi gue! Lo gatau apa-apa!", Iskandar yang sedang terbakar emosi hampir melayangkan tinjunya, namun di tahan olehnya.

"Apa? Kamu mau pukul eteh? Silahkan Iskandar, eteh gak keberatan. Lagi pula ayah kalian yang nyuruh eteh untuk mengawasi kalian. Jadi terserah kalian mau melakukan apapun pada eteh, eteh gak akan membalas, karena eteh tau sifatmu", ucap Hapipah dengan nada tenang.

Dengan berat hati Iskandar melepaskan kerah baju kakaknya itu, kemudian mengusap rambutnya yang basah karena keringat, lalu berjalan melewati Hapipah yang masih berdiri di sana. Sedangkan Nicholas mendelik tajam ke Hapipah.

"Lo gausah halangi kami untuk melakukan pembullyan, karena Lo tau?? Ini gak ada sangkut pautnya dengan loh pipah!", ucap Nicholas lalu pergi meninggalkan Hapipah di sana.

"Ini tanggung jawabku". Hapipah bergumam.

__________________

Di kelas

Rifansyah sedang bercengkrama dengan teman perempuan nya, tiba-tiba Iskandar dan Nicholas masuk, dengan kasarnya mereka membanting pintu sampai seluruh kelas menoleh ke arah mereka.

"Sialan tuh si Hapipah. Hobi banget bikin orang emosi, lihat aja tuh suatu saat dia bakal nyesel bikin gue selalu kesel!", celoteh nya Iskandar sambil memukul meja frustasi.

Di mana guru saat ini? Mereka lelah menghadapi dua biang kerok IPS⁴ ini. Hanya karna ayah nya memiliki saham di sekolah ini, mereka semena-mena untuk melakukan pembullyan. Guru sudah mencegahnya, tapi berbicara dengan Iskandar sama saja berbicara dengan pohon tumbang, tidak ada artinya.

"Ka Iskandar jangan marah-marah nanti cepat tua, eh Kaka tau gak persamaan Kaka dengan korek api?", ucap Naira dengan polosnya.

"Lah mana ada samanya, gua manusia dia korek api, tidak masuk akal pertanyaanmu itu. Hadeh", Iskandar menghela nafas lelah menghadapi adik polosnya ini.

"Tentu sama ka, korek api kalau di gesek langsung mengeluarkan api dan membakar apapun yang ada di depannya, begitu juga Kaka, iyakan ka Nichol?", kata Naira menatap Nicholas. Ada benarnya juga adik polosnya ini.

"Hahaha iya tuh Iskandar, jangan marah-marah, Hapipah tetap Kaka kita juga, sudahlah lain kali kita mainnya harus rapi". Kata Nicholas menepuk punggung Iskandar memberi semangat.

Mata Iskandar berbinar. Ternyata seenak itu punya geng se frekuensi. Mood Iskandar kembali membaik dan akhirnya mereka tertawa bersama. Tiba-tiba sepintas ide nakal lewat di benak Nicholas.

"Kalian, bentar lagi kan istirahat. Nanti minta uang si culun itu yuk? Dia kan lolos tadi karna Hapipah datang. Nah kali ini kita akan merampas semua uangnya. Gimana menurut kalian? lumayan kan buat tambah-tambah duit jajan". Kata Nicholas tersenyum lebar

Naira dan Iskandar saling menatap, kemudian mereka tersenyum menyeringai. Ide Nicholas kali ini sangat bagus. Dengan begitu, mereka akan membuat sang empu tidak tahan di sekolah ini.

__________________

SEMENTARA ITU

"Mau sampai kapan kau
Menyembunyikan ini! Lihat penyakitmu
Akan tambah parah!"

"Ini bukan waktu yang tepat. Berhentilah mengkhawatirkan ku, aku tidak apa-apa".
__________________

Istirahat

Jam istirahat adalah jam yang di nantikan oleh para siswa bak permainan lotre berhadiah pulau. Karna terbebas dari belenggu pelajaran. Kini mereka bertiga Naira, Nicholas, dan Iskandar berdiri di depan kelas IPS². Lalu lewatlah sang empu yang di tunggu, sang empu segera mundur saat Iskandar dan Nicholas memegang tangannya.

Sementara itu Repan yang mondar-mandir karna kasus yang di lakukan para saudaranya hanya bisa pasrah melakukan tugasnya sebagai OSIS. Tapi saat sedang berjalan di koridor SMA IPS, Repan di kejutkan dengan Nicholas dan Iskandar yang sedang memukuli salah satu murid.

"Udah gue bilang! Apa yang gue mau harus ada! Gue tau Lo bawa duit sebenarnya, tapi Lo pelit gak ngasih kami duit. Jadi ya ini lah akibatnya!". Kata Iskandar dengan tangan masih menjambak rambut anak laki-laki itu.

"ISKANDAR! NICHOLAS! NAIRA! APA YANG KALIAN LAKUKAN?". Teriak Repan saat mendekat ke arah mereka. Seketika Iskandar dan dua saudaranya yang beda beberapa menit itu segera menjauhi sang korban bully.

"Sialan, kenapa harus ada pahlawan kesiangan sih!? Udah yu Nicholas, Naira kita pergi". Kata Iskandar mengajak kembarannya meninggalkan tempat itu. Meninggalkan sang korban dengan kakak pertamanya.

__________________

Malamnya pukul 20.26

"Sudah ku bilang! Kau harus bisa menuntun adikmu ke jalan yang lebih baik!!?". Ayah menjeda ucapannya

"Kaka macam apa kau Hapipah". Sambungnya sambil meneriaki Hapipah di kamar kerjanya.

"Ini tanggung jawab mu! Seharusnya kau bisa menjaga kepercayaanku!!", ucap ayah semakin tak terkendali.

Bughh...

"Ma-maaf ayahh", ucap Hapipah lirih sambil memegangi pipinya yang lebam akibat pukulan dari ayahnya.

__________________

"Ini salahmu Iskandar! Seharusnya kau dapat menjaga dirimu untuk tidak membully! Aku lelah melihatmu seperti ini terus! Kenapa kau tidak pernah mendengarkan ka Hapipah? Apa karna kejadian masa lalu? Itu sudah kejadian lama Iskandar! Buka matamu!!". Kata Rifansyah sambil menatap Iskandar tajam.

"Gue tetap gak bisa menerimanya! Dia sudah keterlaluan! Gue nggak bisa membiarkan si pipah itu tenang! Gue akan membuat ayah semakin membencinya! Cam kan itu rifansyah!". Iskandar mendorong Rifansyah kemudian dia masuk ke dalam kamarnya dan menutupi pintu dengan kasar.

"Huh... Pasti lelah menjadi dirimu eteh." Rifansyah bergumam sambil mengelus dadanya.

RUMAH TANPA RAMAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang