rumah tanpa Cemara

43 19 0
                                    

"Gini Repan, adik kamu-".

"Ini salah faham ka, aku gak berbuat jahat atau melakukan kesalahan. Di sini aku hanya tersangka". Potong Hapipah dengan cepat, tapi jawaban itu membuat pak kepala sekolah memukul meja tanda kekesalannya.

"Kamu ya pipah!! Udah jelas-jelas salah, malah mengelak!! Repan, saya sangat stres menghadapi saudaramu, kau lah yang mengurus kasus ini". Ucap kepala sekolah pasrah.

"Iya pak, nanti saya akan mengatasi segala kasus ini, dan kamu Andrian, nanti temui saya di kantor OSIS sat istirahat". Ucap Repan dengan sopan, namun terkesan tegas.

"B-baik..." Cicit Andrian pelan.


__________________

Sementara di kelas IPS⁴

Di saat kantor kepala sekolah sedang mengurus anak yang bermasalah, berbeda dengan kelas IPS⁴, mereka ulangan matematika hari ini. Membuat seluruh kelas di ambang kesulitan. Termasuk tiga biang kerok ini.

"Argh!! Soal apaan ini? Rasanya Pengan gue bakar, dan gue campakkan guru itu keluar!!" Ucap Iskandar dengan nada frustasi.

Hanya Iskandar yang pusing akan matematika, sedangkan Nicholas hanya bermain handphone dan menunggu jawaban dari Iskandar, Naira? Dia sedang bercengkrama dengan teman sebangkunya.

"Eh. Kaka, aku ada teka-teki lagi nih, biar nggak runyam hidup kalian". Ucap Naira tiba-tiba.

"Apa teka-teki nya?", ucap Iskandar dengan nada penasaran.

"Apa tuh?". Ucap Nicholas seraya mematikan handphone-nya hampir berbarengan dengan Iskandar.

"Ada 10 bebek di kali 2, tinggal berapa?" Kata Naira sambil tersenyum.

Iskandar hanya menatap malas kedua saudaranya ini, saja-aja ada kelakuannya.

"20 kan? Soalnya 10 × 2 = 20". Kata Nicholas antusias.

" Salah", ucap Naira mengedikan bahu.

"Gue tau. Pasti 2 kan?". Kata Iskandar tiba-tiba bergabung.

"Salah", Naira terkekeh melihat dia wajah kakaknya.

"Kalau 10 bebek di kali 2 ya 8 lah. Soalnya yang 2 lagi main di kali. Gimana sih?". Kita Naira menaikkan alisnya sebelah.

Kedua manusia itu seketika ngelag karna jawaban dari Naira. Tiba-tiba mereka saling menatap dan kemudian tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha bener juga! Hahaha". Kata Iskandar dan Nicholas bersamaan. Hal itu memancing perhatian guru.

"ISKANDAR, NICHOLAS!! KALIAN BERDIRI DI TIANG BENDERA SEKARANG!!".

kedua manusia ini langsung kicep, tapi mereka tidak mau berdiri. Dan mereka kembali tertawa mengabaikan guru tersebut.

__________________

Di lorong OSIS

"Please! Jangan ikuti aku! Aku benci di ikuti seperti ini!!". Repan berusaha berlari menjauh dari Hapipah yang sedang mengejarnya.

"Rep! Dengarkan aku dulu... kau salah faham!". Hapipah berusaha menangkap lengan Repan.

"Repan... kau salah faham... jangan seperti ini lagi... cukup masa lalu saja kau salah faham... Aku-".

"Lepaskan aku Hapipah." Repan berbicara dengan nada dingin, dan wajahnya mengeluarkan aura mencekam.

Hapipah dengan cepat menggeleng, malah mengeratkan pegangannya. Di saat yang sama. Repan merasakan sesak di dadanya, mengingat kejadian 9 tahun lalu. Dengan tegar Repan melepaskan tangan Hapipah dengan paksa lalu meraih pintu.

"Jangan temui aku lagi HAPIPAH!!..", Repan langsung menutup pintu ruangan OSIS itu dengan rapat. Bahkan tidak ada celah untuk Hapipah menerobos.

"Kau egois Repan ".

RUMAH TANPA RAMAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang