stasiun setelah Edelweis

17 7 0
                                    

Awarul menelusuri desa itu. Jalan setapak, sungai kecil, dan lapangan luas dengan banyak Edelweis. Tak ada Hapipah di sana.

Putus asa. Kakinya berjalan keluar dari desa itu, keluar gang, lalu kembali melihat hiruk-pikuk perkotaan yang tak pernah beristirahat. Malangnya kota itu.

Menyusuri kota, mencari sosok yang di rindukan. Hingga sang empu tiba di sebuah stasiun.

Stasiun sangat ramai. Para pemudik, perantau, dan hanya yang sekadar berjalan-jalan. Sungguh, stasiun itu menjadi tempat terpadat setelan kota. Mereka tak pernah beristirahat.

Mungkin dalam beberapa tahun kedepan, stasiun itu sudah berhenti beroperasi. Yaa, karena banyak mesin yang menjadi pekerja paksa.

Setelah melakukan transaksi untuk membeli tiket. Awarul berdiri di pinggir garis peron, menunggu keretanya tiba. Melihat sebentar ke arah rel yang sedikit berkarat, lalu beralih melihat peron seberang.

Pupil mata sang empu mengecil, tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Matanya mulai memanas, menumpahkan nulis bening yang menjadi anak sungai.

Menggosok air matanya. Sebelum senyumnya mengembang penuh setelah tau, Hapipah benar-benar berada di peron seberang.

Segera sang empu memanggil "Eteh! Disini!!"

Awarul melambaikan tangannya setinggi mungkin, mencoba terlihat oleh Hapipah di keramaian insan yang menyibukkan diri selagi menunggu kereta. Awarul berlari dari peron, memotong rel kereta.

Hapipah melihat ke arah sesuatu yang membuat semua orang di stasiun menjerit histeris, petugas stasiun tak mengetahui hal itu.

Hapipah langsung melompat dari peron begitu dia mengetahui siapa yang berlari ke sebrang, tak peduli dengan koper abu yang dia hempaskan begitu saja. Hapipah mencoba menyingkirkan orang-orang yang menghalangi larinya, melompat ke dalam rel untuk mendorong Awarul keluar. Sepasang manik itu bertemu.

Namun,....





































































































Keduanya di tarik paksa oleh pria berseragam. Oh, astaga. Itu petugas stasiun.

RUMAH TANPA RAMAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang