Tiba di sana, Iskandar terkejut melihat kakaknya yang sedang duduk di bawah pohon samping lapangan basket.
"Apa apaan ini!! Kenapa Lo di sini!!?." Ucap Iskandar tiba-tiba menyolot dengan sengaja.
"Hey tenanglah, aku di sini hanya sedang menunggu ". Ucap Hapipah dengan santai.
Iskandar hanya menatap malas ke arah Kakak keduanya itu, lalu pergi.
Di kelas IPA¹
Hati ini jam kos, para penghuni kelas IPA¹ berpencar entah kemana. Hanya awarul sendirian di kelas menggunakan earphone dan memegang buku kimia. Hening, keadaan inilah yang ia suka. Kemudian matanya melihat Keluar jendela, di sana terlihat Nicholas dan Naira yang sedang menjambak salah satu murid. Ya, itu Andrian!.
Dengan langkah lebar, awarul berlari keluar. Menemui kedua adiknya di lapangan belakang sekolah. Terlihat di sana anggota OSIS dan petugas UKS mulai berdatangan.
"Aku terlambat!" Fikir awarul.
"Lepasin gua! Dia cari masalah sama gue! Jadi dia yang bersalah BUKAN GUE BODOHH!!!" Ucap Nicholas dengan penekanan di akhir kalimat, sambil sedikit memberontak.
"Diam! Kamu harus membawa kalian ke kantor kepala sekolah! Kenapa kalian selalu membuat masalah!?" Kata salah satu petugas OSIS yang memegangi Nicholas.
"Bukan urusan Lo! Heh Andrian! Liat aja ya, gua dan Iskandar akan balas Lo lebih sakit dari hari ini! Tunggu aja tanggal mainnya!" Ucap Nicholas berapi-api.
Sedangkan Andrian hanya bisa memasang wajah lelah. Kemudian mereka semua di bawa ke ruang kepala sekolah dengan awarul yang membuntuti dari belakang.
Hapipah membaca pesan teks itu dengan gemetar, dengan cepat dia berlari ke lorong sekolah. Berharap tidak terlambat.
POV Iskandar
Aku sedang mencoba teknik baru cara mendribble bola dengan gaya. Tiba-tiba saja satu pesan dari awarul mengalihkan perhatianku.
Seketika jantungku berdebar kencang, aku sadar Hapipah sudah tidak berteduh di bawah pohon. Aku menduga pasti Hapipah mendapat pesan yang sama, aku segera berlari menuju ruang kepala sekolah.
POV end
Hapipah sudah sampai di ambang pintu, terlihat di sana awarul sedang mengintip dari jendela. Hapipah segera masuk ke dalam.
"Ada apa ini pak? Kenapa adik saya ada di sini? Dan-....kau?" Mata Hapipah terpaku pada sosok di sebelah bapak kepala sekolah.
Sedangkan Andrian hanya tertunduk lesu di samping pak kepsek. Tapi bentakan pak kepsek membuat Hapipah kembali terfokus pada kasus yang di lakukan oleh Nicholas dan Naira.
"Begini, kenapa yah kalian tuh selalu membully Andrian? Salah dia apa pada kalian?" Kata kepsek langsung on the points.
"Karna kami gak suka dia di sini pak! Saya ingin dia di keluarkan!" Kata Nicholas dengan sedikit bentakan dan tegas.
"Tapi dia hanya ingin bersekolah di sini. Dan kalian kenapa membully dia? Apa maksud kalian sebenarnya hah?" Kata kepsek membalas membentak.
Tentu saja Hapipah tidak tinggal diam. Dia segera membuka suara.
"Maaf ya pak, mungkin ada perselisihan antara adik saya dan Andrian. Tolong pak masalah ini jangan di besar-besarkan. Saya berjanji akan membuat adik saya berubah," ucap Hapipah dengan tenang.
"Oke, bapak akan pantau bagaimana perubahan adik kamu." Kata pak kepsek pasrah.
Akhirnya Andrian lebih dulu keluar, karena mendapat tatapan tajam dari Nicholas. Dengan cepat Andrian keluar dari ruangan, tetapi tangannya di cekal oleh Iskandar yang baru datang.
"Tunggu tanggal mainnya. Pig," kata Iskandar sambil menyeringai kejam.
__________________
"Sampai kapan kalian seperti ini terus? Lihat, kalau ayah sampai ke sini apa yang terjadi?" Kata Hapipah dengan lirih mencoba menasihati ketiga adiknya. Yaitu Iskandar, Nicholas, dan Naira.
"Gausah sok nasehatin kami, gua tau Lo juga gak sempurna. Bagus kalo ayah Dateng, tinggal bilang suruh keluarin tuh anak." Ucap Iskandar santai dengan sedikit penekanan di akhir kalimat.
__________________
"Kak Repan, katanya tadi dikantor kepsek yah?" Kata Rifansyah sambil merebahkan dirinya di sofa ruang OSIS.
"Ya gitu lah, bosen juga aku memgurus kasus mereka." Kata Repan malas.
"Eh tapi ayah kita gak di panggil kan? Kalo di panggil pasti habis tuh kak Hapipah di pukul ayah" ucap Rifansyah ceplas-ceplos.
"Hah??" Sontak Repan menatap Rifansyah dengan tatapan terkejut. Reflek Rifansyah menutup mulutnya dan membelakangi sang sulung itu.
"Sial, keceplosan pula aku aduh...mati aku kalo si sulung tau," batin Rifansyah.
Tepi bukannya bertanya, malah Repan memilih acuh tak acuh dengan kebenaran yang tak sengaja Rifansyah ucapkan tadi, seolah Repan tak percaya dengan apa yang Rifansyah ucapkan tadi.
Malamnya
Awarul sedang bersama Naira di kamar, meneliti bahan yang akan di gunakan nya saat olimpiade kimia. Dengan bantuan Naira, awarul bisa tau khasiat dan efek samping dari bahan-bahan yang di dapatnya.
Sementara Iskandar dan Nicholas sibuk main game tanpa memperdulikan keadaan.
Rifansyah? Dia bersama Repan di dapur.
Di sinilah Hapipah, ayahnya sedang stress karna pekerjaan, di tambah mendengar keadaan anak-anaknya disekolah, membuat dia naik pitam. Dengan kasar ayah menyeret Hapipah ke balkon dan melemparnya ke didinding, entah apa yang ada di pikiran ayahnya saat ini.
"Anak sialan! Aku suruh urus adikmu dengan benar! Kenapa kau hanya diam saja saat adikmu melakukan kesalahan!? Kau tidak jera setiap malam aku memberimu pelajaran HAPIPAH!!?" Ayah meneriaki Hapipah sambil memukul dan menendang kaki anak tak berdosa itu.
Sementara Hapipah hanya bisa pasrah di pukuli, bahkan air matanya tidak bisa keluar karna bukan hanya fisiknya yang sakit, tetapi hatinya juga ikut hancur. Ayah terus memaki dan memukuli Hapipah atas kesalahan adik-adiknya.
Setelah Hapipah babak belur, ayah menendangnya sekali lagi lalu pergi meninggalkan Hapipah yang sudah gemetar di lantai.
"Kenapa ayah membenciku? Kenapa aku selalu salah di mata ayah? Kenapa ayah tidak mau membuka sedikit hatinya untukku?...." Hapipah membatin dengan perasaan yang menyedihkan.
Hapipah mau muntah tak kala perutnya di pukul habis-habisan oleh sang ayah, dia mencoba bangun, kemudian berjalan gontai ke kamar mandi dan muntah darah di wastafel.
"Aku bahkan tidak bisa menangis sekarang..." Hapipah membatin saat darahnya mengenai bajunya.
Yeyy akhirnya author up, sorry lama up nya,
Author lagi belajar karna bentar lagi ujan akhh beberapa Minggu lagi...Cukup sekian yah, jangan jadi siders. Tinggalkan jangan lupa vote dan follow serta jejak berupa komen..
Author mengundurkan diri....
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH TANPA RAMAH
Teen FictionKalian masih beruntung memiliki rumah.. Bagaimana dengan aku?.. Aku di asingkan hanya karna kesalahpahaman.. Aku juga punya rumah, tapi tanpa ramah.. Dan, tanpa warna.. Semua kelabu.. Start: 15 April End: idk :v