Hapipah POVSetelah mengumpulkan niat dan keberanian, akhirnya aku berdiri dari kasur aku mandi Kemudian aku berkaca di cermin, menyisir rambut, kemudian mengganti pakaian. Ya aku seperti wanita yang hendak pergi bekerja, sangat anggun dan cantik.
Aku membawa dokumen itu di tanganku lalu aku berjongkok di bawah meja, menekan tombol merah dan terbukalah lift yang tersembunyi. Hanya aku dan awarul yang tau. Kemudian aku merangkak masuk ke dalam lift lalu dengan nafas lega aku berhasil masuk ke dalam lift.
Setelah beberapa menit aku turun ke lantai 1, aku keluar dari dinding samping. Sangat gelap dan menyeramkan, aku berfikir andai saja aku tiba-tiba di cekik hantu seram🙂.
Tanpa berlama-lama aku segera berlari ke arah gerbang, membukanya dengan pelan. Kulihat jalan raya terasa ramai dan damai. Vibesnya tuh kayak sad, tapi di saat yang sama juga terasa tenang. Aku terus berjalan tanpa arah.
Aku sampai di restoran terkenal. Ku lihat di sana seseorang butuh pekerja. Aku segera berlari ke sana, berharap aku bisa bekerja. Ku buka pintu restoran itu dengan perlahan tapi pasti, kemudian aku melihat betapa ramainya restoran itu. Tiba-tiba laki-laki tua datang ke hadapanku, aku merasa sangat familiar, tetapi aku tidak tau dia siapa.
POV end
"Kamu ngapain nak? Kamu mau beli sesuatu? Atau kamu mau bertemu saya?" Kata bapak itu dengan sopan dan ramah.
"Oh iya pak, saya mau melamar pekerjaan. Tolong terima saya pak, saya bersedia menjadi ob di sini.." kata Hapipah dengan tatapan berharap.
Tiba-tiba tangan bapak itu terulur lalu mengelus surai rambut hitam milik Hapipah, kemudian dia mengambil berkas yang Hapipah pegang. Dia tersenyum tipis tapi Hapipah tidak tau maksudnya.
"Kamu diterima, kamu hanya perlu mengantarkan makanan yang dipesan ke meja atau pelanggan. Saya gaji 1 jam Rp. 100.000 bagaimana?" Ucap bapak itu menawarkan.
"Boleh pak. Saya mau, saya bisa ke sini setiap jam 3 pak, kalau siang saya harus sekolah." Kata Hapipah dengan sopan.
"Tidak apa-apa, bapak mengerti kamu bekerja disini hanya untuk menambah uang jajan" kata bapak itu sambil tersenyum.
Hapipah dengan senang hati membalas senyuman bapak itu dengan cepat.
Pagi harinya
Hapipah membawa uang tunai 3 lembar berwarna merah dan sebungkus makanan. Dengan segera dia mengendap-endap menuju pekarangan rumahnya lalu masuk ke dalam lift itu. Dia pun sampai di kamarnya. Sepi, itulah gambaran kamarnya hati ini.
Dengan segera Hapipah mengganti pakaiannya dengan seragam sekolah.
Setelah bersiap-siap tibalah waktu Hapipah untuk sarapan, dia membeli beberapa kue dan roti dalam bungkusannya. Tiba-tiba suara pelan datang dari pintu membuat acara makan Hapipah terhenti.
"Makan ko nggak ngajak aku?"
Hayyooo, siapa itu...
Penasaran kan.Oh iya author juga mau bilang bahwa cerita ini 50% dari cerita asli dan 50% nya lagi itu cuma pemahit aja gitu🙂..
Semoga suka..
Oke penutup, jangan lupa vote dan follow yah serta tinggalkan jejak berupa komen..
Author mengundurkan diri.....
Bye readers jangan jadi siders yah..
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH TANPA RAMAH
أدب المراهقينKalian masih beruntung memiliki rumah.. Bagaimana dengan aku?.. Aku di asingkan hanya karna kesalahpahaman.. Aku juga punya rumah, tapi tanpa ramah.. Dan, tanpa warna.. Semua kelabu.. Start: 15 April End: idk :v