hanya tenang, bukan senang. Hanya tertawa, bukan bahagia

12 5 0
                                    

Mentari mulai terbenam, burung-burung kembali pada sarangnya. Pohon-pohon menjadi siluet, pertanda sang rembulan akan segera datang. Nyanyian lembut Awarul menerpa pendengaran Hapipah. Sangat halus, benar-benar merdu.

"Badai, Eteh. Telah berlalu...
Salahkah, ku-menuntut mesra?
Tiap, pagi menjelang...
Kau di sampingku...
Ku aman, ada bersamamu...
Selamanya...
Sampai kita tua, sampai jadi debu...
Ku di liang yang satu—"

"Ku-disebelah mu~..."

Potong Hapipah pada bait lagu terakhir.

Awarul berjalan beriringan bersama Hapipah untuk kembali ke rumah tempat kami sekarang tinggal.  Namun, di tengah suara nyanyian terdengar. Tiba-tiba Hapipah ambruk, jatuh meluruh ke tanah.

Mulutnya memuntahkan gumpalan merah kental yang selama ini tampak tertahan. Awarul panik setengah mati, buket yang masih di genggam kini di lempar ke sembarang arah. Merogoh saku celananya, mencari sapu tangan yang biasa di bawanya. Oh astaga, ini hanya jalan setapak, tak ada yang berlalu-lalang di sekitar sini.

"Uhuk!! Uhuk...ugh...uhuk!! Uhuk!!!"

"E-Eteh... Eteh masih kuat? Kira cari klinik terdekat aja, Arul khawatir..."

"Nggak apa-apa kok, uhuk!! Eteh baik-baik aja..."

"Tapi kondisi Eteh kurang meyakinkan! Ayo kita ke klinik aja. Arul masih punya sedikit uang."

"Jangan gunain uang kamu Awarul, simpan saja untuk masa depan."

"Bagi Arul!! Kaka lebih penting dari apapun!!"

Hapipah menatap Awarul yang gigih inggin membawanya berobat. Tetapi Hapipah terus menolak, Awarul tidak boleh tau lebih dalam tentang penyakitnya.

"maafkan Eteh Awarul. Eteh belum bisa memberitahu kamu tentang penyakit ini..."
__________________
"Naira, Nicholas. Berobat yuk?" Itu Repan, sang empu sudah berulangkali membujuk Nicholas untuk berobat atau sekadar terapi. Namun, tetap dibalas pertanyaan yang sama.

"Apa Eteh akan kembali? Kalau Eteh kembali, Nichol mau..." Oh astaga, Nicholas benar-benar menolak bujukan Repan.

Entak sudah berapa kali Repan menghembuskan napas kasar, bagaimana caranya membujuk kedua adiknya ini berobat?

"Jika kalian berdua mau berobat, Rifansyah yakin. Pasti Eteh akan kembali,"

Sontak netra ketiga orang di depannya tertuju padanya, nanti Nicholas tampak menemukan harapan. Sang empu sangat senang dengan perkataan Rifansyah.

"Benarkah?" Tanya Nicholas dengan penuh. Sangat penuh harapan.

"Rifansyah, apa kamu yakin?" Tutur pelan Repan, namun masih tertangkap pendengar Rifansyah

"Akan aku bawa Eteh pulang."

RUMAH TANPA RAMAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang