Awarul POVAku duduk di tengah-tengah penonton, kulihat kepercayaan diri Iskandar sangat terlihat. Bahkan dia terus mencetak poin. Tetapi fokusku hilang seketika saat melihat anak pindahan itu sengaja mencekal kaki Iskandar hingga terjatuh, kulihat dia cedera di bagian lutut. Segera aku berlari di susul oleh kakak keduaku, Hapipah.
Kulihat dia merintih kesakitan saat aku mulai mendekat, aku segera melepas seragam sekolahku dan mengganti dengan seragam cadangan dari tim Iskandar. Ku ambil bola itu lalu menyuruh kak Hapipah untuk membawa Iskandar ke UKS. Dia sempat menolak, tetapi aku dengan tegas berbicara padanya.
POV end
"Sepertinya ada sedikit kecelakaan dari salah satu tim dari sekolah SMPN 1 Pakuhaji. Dan sekarang pemain cadangannya sudah terjun ke lapangan. Baiklah, pertandingan di lanjutkan!" Kata protokol.
Saat permainan
Awarul mulai mendribble bola ke lantai, walau aku tidak terlalu bisa soal olahraga. Aku berlari kearah ring dan...GOL!!!!
Awarul mulai meng epic Comeback keadaan, saat ini kami seri, 5-5. Tinggal 1 poin penentuan. Dengan semangat, awarul memasukan bola ke ring lawan dan.... GOL!!!
Pertandingan selesai, terlihat timku maksudnya tim Iskandar,terlihat sangat bahagia. Sementara sekolah lawan sekolah tunas harapan Bangsa melihatku dengan tatapan jijik. Sementara sekolah sebelah Melihatku dengan tatapan jijik. Aku tidak memperdulikannya.
Ku lihat seluruh penonton, mataku melihat ke sisi di mana tempat duduk milik para saudaraku. Tetapi aku tidak menemukan mereka di sana. Padahal aku berharap mereka bersorak gembira atas kemenanganku, tapi sia-sia.
Percuma aku memang di teriaki banyak orang tetapi saudaraku saja tidak ada yang peduli, aku merasa sangat tidak ada untungnya.
Di UKS
Setelah membawa Iskandar keluar dari lapangan, Hapipah dengan sabar membalut kaki Iskandar yang cidera. Tak lama 4 saudara yang lainnya pun datang.
"Hey, Lo gak papa kan Iskandar? Kalau masih sakit, sini gua potong aja kaki Lo" kata Nicholas.
"Hey jangan lah....kasian kaki gue anjirr, ini cuma cedera biasa!" Kata Iskandar sedikit lemas.
"Kok kalian ke sini semua? Gak liat pertandingan di lapangan?" Tanya Hapipah.
"Ga perlu, lagipula di sana panas. Gak seru juga, makanya kamu lebih milih kesini sih." Kata Rifansyah dengan santai.
"Tapi-"
Di sisi lain
"Apa-apaan ini? Kenapa bisa malah sekolah itu yang menang? Apa kamu lupa perjanjian kita?" Kata bapak kepsek ke Alandra.
Ya, Alandra dan bapak kepsek Sudah berencana untuk membuat SMPN Mega pelita kalah demi keuntungan pribadi. Tetapi gagal karna awarul melakukan epic comeback.
"Maaf pak, saya tidak tau juga kalau Iskandar mempunyai banyak saudara. Saya tidak tau itu pak." Kata Alandra dengan lirih.
"Saya tidak mau tau. Kamu harus singkirkan saudara-saudaranya yang menyebalkan itu!" Kata bapak kepsek tersebut dengan kesal, tak terima.
"Iya pak, saya janji untuk membuat sekolah ini kalah untuk masa yang akan datang. Dan juga saya akan secepatnya (menyingkirkan mereka semua)" kata Alandra dengan seringai kecil di bibirnya
__________________
"Huekk....mm...huekk..."
"Uhhuk..."
"Sial, kenapa muntah darah segala?"
"U-ugh aku nggak boleh lemah! Aku harus kuat"
"Uhhuk-uhhuk......ughh"
__________________
Malam harinya
Hapipah POVAku baru kembali dari luar, sekarang jam 20.45 ku rasa Yang lain sudah tidur. Ku buka pintu itu lalu aku melihat ke arah sofa, di sana ada ayah dan 5 saudaraku, Iskandar di pangkuan ayah, Naira, Nicholas dan Repan di sebelah ayah, sedangkan Rifansyah bermain handphone di lantai. Dimana awarul? Dia di dalam kamarnya.
Aku mendengar seluruh percakapan mereka.
"Ayah bangga sama kamu nak, masih kecil aja udah kasih kebanggaan tersendiri untuk ayah. Dari dulu, kamu selalu juara. Sangat hebat anak ayah yang satua ini" kata ayah terlihat dari nada bicaranya inggin menyindirku.
"Tentu lah ayah, aku kan anak ayah yang hebat. Tentu saja tugasku untuk membuat ayah bangga!" Kata Iskandar yang membuatku menghela nafas.
Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dari lantai atas. Ya itu awarul. Dia keluar dari kamarnya, menuruni tangga, dan memanggilku dengan keras.
"Kak Hapipah!! Sinii!" Kata awarul yang membuat semua manusia itu menoleh kearahku.
Saat aku hendak menuju ke sumber suara tiba-tiba ayah bertanya.
POV end
"Darimana kau? Kenapa baru pulang? Harusnya kau bisa menjadi kakak yang bisa mencontohkan hal-hal yang baik untuk adikmu! Apa ini? Kenapa kau mencontohkan hal yang buruk!?" Kata ayah membuat Hapipah menunduk.
"Maafkan aku ayah....aku bar-" ucapan Hapipah terpotong oleh seseorang.
"Dia tuh mungkin jadi jalang, dia mungkin udah jual harga dirinya ke om-om pedo!" Kata Nicholas dengan tak berdosa memotong ucapan Hapipah dan mencoba mengelabui ayahnya.
"Baguslah, jadi anak buangan. Pergi kau dasar jalang!!" Teriak ayah sambil menatap Hapipah dengan kebencian.
Hapipah dengan berat hati berjalan ke tangga lalu menaiki satu persatu anak tangga itu. Hapipah sedikit senyum pada awarul di lantai bawah.
Sesampainya Hapipah di kamar. Dia membuka membuka pintu lalu menguncinya. Dia memegang surat hasil laboratorium tentang dirinya, lebih tepatnya, penyakitnya.
Tiba-tiba hidungnya mimisan lagi. Dia hanya bisa menarik-narik rambutnya karna frustasi karena keadaan.
Badannya mulai pucat hingga dia tak bisa bisa berdiri. Dia akhirnya tergeletak di lantai dengan darah yang keluar dari hidungnya, tangannya mencoba meraih pil yang di berikan awarul di meja tapi dia malah tidak bisa.
Dia sudah pingsan!...
Yeyy author up lagi....
Berhubung 2 Minggu lagi author ujian kenaikan kelas, mungkin ceritanya lama up.....
Tapi author udah bikin jadwal waktu kok, tenang aja....Langsung on the points.
Jangan lupa vote dan follow serta tinggalkan jejak berupa komen oke, jangan jadi siders.Author mengundurkan diri...
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH TANPA RAMAH
Fiksi RemajaKalian masih beruntung memiliki rumah.. Bagaimana dengan aku?.. Aku di asingkan hanya karna kesalahpahaman.. Aku juga punya rumah, tapi tanpa ramah.. Dan, tanpa warna.. Semua kelabu.. Start: 15 April End: idk :v