POV HapipahSekarang jam 11.36 hampir siang, aku berjalan keluar untuk menghirup angin. Padahal aku izin pada awarul untuk membeli obat, awalnya dia tak mengizinkan tapi setelah aku meyakinkan dirinya akhirnya aku di izinkan keluar.
Aku memakai hoodie berwarna merah pucat dan kupluk yang sedikit corak bunga Peony sedang berjalan di jalan raya yang penuh kendaraan. Sesaat aku rileks melihat pemandangan siang ini, tapi mataku terpaku melihat 3 orang yang nampaknya tak asing.
Aku penasaran dan akhirnya aku mengikuti mereka. Setelah beberapa saat aku menyadari bahwa itu Iskandar, Nicholas, dan Naira. Aku mengejar mereka secara diam-diam.
Kulihat mereka samuk ke dalam bar, aku dengan segera menyusul. Tapi langkahku terhenti karna 5 bodyguard sedang menjaga pintu, aku inggin masuk tapi harus memiliki kartu izin / bukti bahwa di izinkan oleh pemilik bar ini. Tentu saja aku tidak punya, tapi kenapa mereka punya?
Setelah pertikaian yang panjang aku langsung menerobos masuk. Kulihat Iskandar jatuh ke lantai, Naira memegang gelas win di atas meja dan Nicholas sudah mulai menggoda wanita di sana. Aku mendekat tapi di dahului oleh om² pedo, dia mulai menggoda Iskandar yang dalam keadaan mabuk.
Aku segera memukul om² itu lalu menarik Iskandar dan Naira ke atas gendonganku, dan mengeret Nicholas dari bar. Nicholas terlihat kesal tapi aku tidak peduli.
POV end
"Lemah Lo Iskandar, baru minum 1 gelas udah pingsan duluan" cibir Nicholas.
Iskandar membuka matanya dan membelalak saat melihat tangan dan kakinya di ikat bersamaan dengan kedua anak geng nya.
"Lo gila Nicholas! Anjir banget Lo! Gara-gara dare Lo gua jadi mabuk win anjir!" Kata Iskandar menatap tajam Nicholas yang cengengesan.
"Halah ngakunya ketua geng, giliran minum kek gitu langsung ambruk. Ketua macam apa Lo is? Dah mending gua aja yang jadi ketuanya dan Lo jadi babu gua!" Kata Nicholas meledak Iskandar.
Malamnya
Kini ayah pulang, melihat anak-anaknya bertengkar membuat sang ayah membuka suara.
"Ada apa ini?? Ayah pulang bukannya di sambut, malah bertengkar seperti ini!?" Kata ayah dengan nada keras.
Sontak Iskandar, Nicholas, Naira, Repan, awarul, Rifansyah diam. Sedangkan Hapipah hanya duduk di sofa memandangi semua kejadian ini.
"Ada apa ini?" Kata ayah sekali lagi, membuat 3 biang kerok itu mati kutu.
Sedangkan Repan dan Rifansyah malah pergi dari ruang tamu, dan awarul menatap tajam tiga adiknya ini."I-ini ayah, Iskan-"
"Ga ada ayah, ga ada masalah apa-apa. Percayalah pada Iskandar" kata Iskandar dengan cepat menyela perkataan awarul.
Awarul hanya mendelik kesal ke arah Iskandar karna perkataannya terpotong begitu saja. Kini ayah segera menatap tajam ke arah Hapipah, segera ayah mendekat dan menyeret Hapipah ke lantai atas, tempat di mana Hapipah mendapat siksaan yang begitu berat selama ini. Yaitu kamarnya sendiri.
__________________
"Gua udah selidiki kasus ini, dan gua yakin si Andrian itu ada sangkut pautnya sama kejadian sabotase pertandingan Lo kemarin is" kata Nicholas dengan bijak memberikan kesimpulan atas kasus sabotase.
"Gua juga udah curiga dari awal, dia gak tau apa kalau kita ini penguasa di sekolah? Haha bodoh sekali dia." Kata Iskandar tak kalah dengan argumennya sendiri.
"Tapi kalau memang Andrian di balik semua ini, lalu kenapa bukan Andrian langsung yang melakukannya?" Celetuk Naira dengan tatapan polos.
"Iya juga, tapi kalian merasa aneh gak sih? Soalnya Alandra saat mau perlombaan. Kita harus merencanakan misi baru nih!" Kata Iskandar dengan seringai di wajahnya.
"Wait for us pig, we will play in a moment~" kata Iskandar dan Nicholas secara bersamaan.
__________________"Hiks...hiks...hiks...kak Hapipah..." Awarul menangis sesenggukan di depan pintu kamar Hapipah.
"Kakak macam apa kau Hapipah!? Kenapa kau tidak bisa membimbing adikmu! Kemarin melakukan pembullyan, sekarang pergi ke bar! Besok apa lagi hah? Mau jual anak orang!?"
"T-tapi ayah..."
Bughh...
"Aku mendidik mu untuk menjadi kakak yang baik dan bertanggungjawab! Tapi apa ini? Kenapa kau mengecewakanku!"
Plakk...
"Hiks..sakittt..."
Awarul menggedor pintu gar Hapipah berhenti di pukuli, Hapipah tidak bersalah. Harusnya ayah menghukum 3 anak kebanggaannya, kenapa kak Hapipah yang jadi sasaran empuk pukulan ayah??
"Kak awal..."
Suara lirih itu membuat awarul membalikkan badan, dia menatap mata hitam kebiruan milik Rifansyah.
"Kenapa di sini kak awal?" Kata Rifansyah dengan tenang sambil merangkul awarul, kakak ketiganya itu.
"Kak Hapipah....hiks...di marahi lagi...hiks..." Kata awarul dengan terbata-bata.
"Sudah...jangan menangis lagi kak awal. Ayah tidak akan menghukum kak Hapipah berlebihan, percayalah padaku oke? Sekarang kita ke kamar aja yuk, kita baca buku bareng?" Kata Rifansyah mencoba menenangkan kakaknya itu.
Dengan anggukan kecil, Rifansyah tersenyum tipis lalu membawa awarul menjauh dari kamar Hapipah.
__________________Mother looking at me.
Tell me what do you see?
Yes, i've lose my mind.Daddy, looking at me.
We i ever be free?
Have i crossed the line?Seketika air mata Hapipah jatuh membasahi pipinya yang lebam, kini dia duduk di balkon di bawah sinar bulan yang terang.
"Kenapa hidupku bisa serunyam ini? Kenapa bukan aku saja yang mati ibu? Kenapa harus ibu yang pergi? Kukira aku bisa mengatasi masalah sekarang, tapi aku ga bisa bu, aku ga kuat..."
Bibir Hapipah berdarah, dia membiarkan pikirannya berkecamuk di kepala dan telinganya mendengarkan alunan musik dari earphone.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH TANPA RAMAH
Fiksi RemajaKalian masih beruntung memiliki rumah.. Bagaimana dengan aku?.. Aku di asingkan hanya karna kesalahpahaman.. Aku juga punya rumah, tapi tanpa ramah.. Dan, tanpa warna.. Semua kelabu.. Start: 15 April End: idk :v