"aku gak bakal kasih kau kesempatan untuk ikut olimpiade Nicholas! Aku OSIS di sini, aku berhak menentukan!" Kata Repan berbicara dengan keras dan sedikit berat.
"Lo cuman kakak gua! Gua berhak untuk ikut pertandingan apapun yang gua mau! Kalo Lo mau bilangin gua, silahkan! Gua gak bakal nyerah! Gua punya effort! Ayah pasti dukung gua!!" Ucap Nicholas dengan bangga.
"Effort? Hahaha lelucon macam apa itu? Sejak kapan kau punya effort? Kau manusia sampah, tau gak!" Kata awarul dengan emosi.
"Eh, Lo gausah ikut-ikutan yah! Lo gak di ajak!" Kata Iskandar mulai maju dan menarik kerah baju kakak ketiganya itu.
Seketika Hapipah ikut maju untuk menengahi Iskandar dan awarul. Sedangkan awarul menatap tajam Iskandar dan sebaliknya.
"Udah jangan ribut...eteh gak mau kalian pecah belah seperti ini..." Kata Hapipah dengan suara lirih dan kelamaan mulai mengecil.
Bughh...
Iskandar melepas kerah baju awarul dan beralih ke Hapipah. Satu bogem mentah di layangkan Iskandar ke pipi sebelah kanan Hapipah, membuat sang kakak jatuh dan bibirnya berdarah kembali. Awarul membalikkan posisi dengan memegang kerah baju Iskandar.
"Anjing Lo Iskandar! Gua cukup sabar ya!"
Bughh...
Awarul memukul pipi Iskandar dengan keras dan tanpa ampun, Iskandar meringis dan langsung membalas pukulan itu.
Hapipah mengabaikan rasa sakit di pipinya dan segera menarik awarul ke belakang untuk menghentikan pertengkaran keduanya.
"Anjing Lo Iskandar! Jadi adik brengsek banget! Aku gak bisa tinggal diam lagi saat kak Hapipah kau pukuli!!" Kata awarul mengeluarkan unek-uneknya selama ini melihat tingkah Iskandar yang melewati batas.
"Lo yang anjing, bangsat! Lo cuma modal kepintaran doang sombong lo, anjing!" Kata Iskandar mencoba melepas pelukan Naira yang menahannya.
"Sudah! Jangan bertengkar! Apa-apaan kalian!? Pergi kau Iskandar!" Kata Repan menengahi keduanya.
Para siswa-siswi yang menyaksikan kejadian itu menatap tak percaya melihat keenam saudara itu bertengkar? Hey, bagaimana bisa?
Dengan tak rela, Iskandar mengacak rambutnya yang basah karena keringat lalu berjalan pergi diikuti Nicholas dan Naira.
Sedangkan awarul masih meredam amarahnya ke Iskandar, dia punya dendam pribadi pada adiknya yang satu ini.
"Sudah yuk kita ke UKS aja, untuk mengobati luka kalian..." Kata Repan mencoba mengajak adik-adiknya untuk di obati.
Akhirnya mereka mengangguk dan mulai berjalan pergi dari lapangan.
__________________"Lihat pak, mereka bertengkar. Kurasa ini adalah awal untuk sekolah bapak menang..."
"Bagus, lanjutkan misimu anakku!"
Heh...jangan khawatir pak. Saya akan melanjutkan misi saya sampai berhasil, saya jamin kali ini pasti tidak akan gagal..."
Selesai yeyyyyy......
Langsung up 3 chapter hari ini😊 karna lagi mood nulis aja sih...Oke langsung on the points jangan lupa vote dan follow serta tinggalkan jejak berupa komen, dan jangan jadi siders.....
Author mengundurkan diri...
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH TANPA RAMAH
Teen FictionKalian masih beruntung memiliki rumah.. Bagaimana dengan aku?.. Aku di asingkan hanya karna kesalahpahaman.. Aku juga punya rumah, tapi tanpa ramah.. Dan, tanpa warna.. Semua kelabu.. Start: 15 April End: idk :v