tawanya begitu keras, laranya begitu rapuh

16 6 4
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian dramatis di rumah sakit. Namun, Rifansyah masih kesulitan untuk menemukan Hapipah. Sang empu menarik rambutnya frustasi, lalu menduduki sofa cokelat di ruang tamu.

Sedangkan Nicholas dan Naira sudah membaik, mereka sudah di izinkan pulang. Kini, terlihat Iskandar yang membuang ponselnya ke atas sofa lalu berlari memeluk Nicholas.

"NICHOLAS!! MY PREN!! Gue kangen sama Lo, hueeeee.... Tau gak? Gue tuh harus bergaul sama si kecil, di enggak seru banget!!" Iskandar mendramatisir seolah-olah Nicholas sudah menghalang berabad-abad lamanya.

"Lebay"

Jlebb...

Kata-kata itu langsung menusuk hati mungil Iskandar. Kini sang empu melotot, giginya mengeras.

"What? Lo bilang gue apa tadi? Lebay? Gue kasih tau ya, yang lebay itu elo. Masa pas pulang kek orang gila, udah gitu ngamuk-ngamuk gajelas!"

"Yaudah sih!! Kok ngungkit!! Temenin
Gue ke RSJ yuk? Ada orang yang pengen Gue temuin." Kata-kata Nicholas membuat Iskandar memicingkan matanya.

"Ke RSJ? Lo mau temuin cewek Lo di sana? Wah, nggak bener Lo. Keknya otaknya ke geser deh." Iskandar menuduh, namun hanya di tatap jengah oleh sang empu.

"Rifansyah, Nicholas!! Kalian udah pulang?" Teriak Repan dari dalam kamarnya, hendak keluar.

"Iya Bang!! Makasih ya, udah ajak Nichol tetapi. Hehe..." Nicholas tertawa sambil menggaruk rambutnya yang tak gatal.
__________________
"Eteh, kita kerumah sakit aja ya? Lihat, kondisi Eteh mulai memburuk," Awarul tentu cemas melihat keadaan Hapipah yang sering muntah darah dan kehilangan selera makan.

Seminggu ini Hapipah jarang makan, dia hanya sering melamun. Namun, kini batuk nya semakin banyak mengeluarkan darah.

Wajahnya tak terlihat teduh seperti biasanya, hanya pucat. Senyum simpulnya lagi tergambar. Kehangatannya mulai mendingin.

Walau Awarul sudah banyak berusaha untuk membujuk Hapipah untuk di periksa, namun sering di tolak mentah-mentah oleh sang empu. Benar-benar keras kepala.

"Eteh nggak apa-apa... Serius..." Tangan Hapipah mengelus dada kirinya yang terus berdenyut.
__________________
"Lo serius? RSJ ini!? Kenapa sih, Lo kan baru sembuh. Lo mau masuk ke sini?" Pertanyaan bertubi-tubi Iskandar lontarkan pada Nicholas, karena sedari tadi sang empu tak membuka percakapan dan wajahnya yang serius.

Tanpa berlama-lama, Nicholas turun dari motor Iskandar dan melangkah menuju gedung putih besar di hadapannya. Terlihat banyak orang yang tertawa tak jelas, tatapan kosong, dan pikirannya entah kemana. Pemandangan itu yang Nicholas lihat saat memasuki rumah sakit jiwa tersebut.

Nicholas mengedarkan pandangannya, mencari-cari sesuatu. Kakinya melangkah mendekati resepsionis, berbincang beberapa hal, lalu menarik Iskandar yang mematung di depan pintu.

Wajah serius Nicholas kini berubah menjadi khawatir.

"Kak, Gue takut anjir..."

"Kalo Lo takut, ngapain kesini monyet!? Anak aneh!"

Nicholas menghela napas saat sampai pada kamar 980, tangannya bergerak memutar kenop pintu dengan perlahan, kemudian kakinya melangkah masuk.













Gadis.

Hanya ada seorang gadis yang terbaring lemah di atas kasur khas rumah sakit. Sorot matanya seakan penuh kebencian kepada orang yang berdiri di depannya, lalu merubah posisinya menjadi meringkuk.

"Ngapain kalian kesini? Nggak puas ngeliat aku kena gangguan mental!? Lo cowok brengsek!!"

Kedua manusia yang melihat itu mematung, bisu tanpa suara.








"Langit di atas terlihat begitu indah, karena kita melihatnya dari alam yang buruk ini."-author quotes.


RUMAH TANPA RAMAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang