olimpiade kimia

17 9 0
                                    

"kemana adik-adikku? Kenapa mereka belum kembali? Di luar sudah gelap, ya tuhan selamatkan lah kedua adikku.." ucap Hapipah sambil menatap ke arah luar jendela.

Tok… tok… tok…

Suara ketukan itu membuat Hapipah menoleh ke arah pintu, dia samar-samar bisa mendengar seseorang menangis di balik pintu itu. Benar saja. Saat pintu itu di buka awarul sedang menangis sesenggukan dan nafasnya tersengal, celana bagian kirinya sobek di bagian lutut, dan rambutnya basah karena keringat. Ada apa, apa yang terjadi padanya?

Hapipah kemudian mendekati awarul, kemudian merangkulnya. Terdengar Isak tangis awarul semakin menjadi-jadi saat tangan Hapipah membelai rambutnya yang berantakan.

"Arul? Kenapa? Dan dimana Naira? Kalian mau buat surprise yah? Naira pasti bersembunyi kan? Naira...kamu dimana?" Ucap Hapipah sembari melihat koridor.

"Hiks...Naira...hiks...Naira hilang kak...hiks...maaf," ucap awarul sesenggukan.

Seketika jantung Hapipah berdetak kencang, bibirnya gemetar karna terkejut seolah dia handak menangis. Namun, dia tidak mau terlihat lemah di hadapan adik kecilnya itu.

"N-naira...Naira hilang? Bagaimana bisa Arul!? Kau bilang akan menjaganya!? Kenapa bisa hilang!? Jawab aku awarul!!!" Kata Hapipah sedikit membentak.

"Hiks...maaf...hiks...maafkan Arul kak...hiks...hukum aja Arul...hiks..." Awarul semakin gemetaran dan hampir terduduk di lantai.

Hapipah yang menyadari hal itu, langsung memeluk tubuh kecil adiknya yang lebih pendek dari dirinya.

"Maaf Arul...eteh hanya...eteh hanya tidak bisa percaya tadi...maaf ya, besok eteh akan mencari Naira. Jangan nangis lagi, kan besok olimpiade Arul kan? Jangan fikirkan yang lain dulu yah?" Kata Hapipah sembari mengusap punggung kecil adiknya.

"Tapi naira-"

"Besok Kaka akan lapor polisi, ya udah ayok istirahat dulu. Atau Arul mau makan?" Hapipah mencoba menangkan isakan tangis awarul.

"Arul mau istirahat aja kak" kata awarul lirih. Kemudian dia melepas pelukannya dan segera berbaring di kasur king size itu.

Sementara Hapipah? Dia mengunci pintu dan duduk di meja belajar samping kanan kasur, kemudian handphone nya bergetar tanda pesan masuk. Dia membuka pola handphonenya dan menekan aplikasi berwarna hijau. Ada pesan yang tertera di sana.

Hapipah menaikan sebelah alisnya, berarti ada rencana seseorang untuk menggagalkan olimpiade awarul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hapipah menaikan sebelah alisnya, berarti ada rencana seseorang untuk menggagalkan olimpiade awarul. Dengan tangan sedikit terkepal Hapipah bergumam.

"Aku tidak akan membiarkan kau melukai keluargaku. Aku tidak akan mengorbankan adik-adikku. Akan ku rebut kembali adikku dengan adil!"

Besoknya

Hapipah bangun lebih awal, menyiapkan persiapan awarul untuk olimpiade kimia hari ini. Lalu menyiapkan sarapan untuknya. Awarul kemudian bangun dan Hapipah bisa melihat kantung mata adiknya sedikit hitam dan matanya bengkak.

"Ayo semangat Arul!!! Hwaitinggg!!! Spirit!!! Ini sejarah membanggakan untuk kita. Pokonya Arul harus fokus! Ingat?" Kata Hapipah mencoba membuat awarul tersenyum.

Dan ya, awarul tersenyum sumringah. Kemudian dia mulai memakan sarapannya dengan perlahan. Lalu menatap Hapipah dengan tatapan semangat.

Di aula olimpiade

"Baiklah bapak ibu, disini kita mengadakan olimpiade kimia di sekolah Mega abadi jaya 12! Suatu kebanggan tersendiri untuk sekolah lain untuk membawa murid kebanggaannya ke sini. Selamat untuk sekolah yang ikut serta kali ini." Protokol mulai berbicara.

Kini awarul duduk di meja peserta ujian. awarul memakai baju dari sekolahnya, begitu juga peserta yang lain. Kini dia melihat senyum lebar dari Hapipah.

Setelah olimpiade di mulai, Hapipah mulai bergegas keluar dari aula. Hapipah bisa melacak dimana handphone Naira. Hapipah mengikuti GPRS yang sengaja di pasang di handphone Naira.

Sedangkan awarul terus fokus ke olimpiade nya. Tapi tiba-tiba sepintas suara melintas di pikiran awarul.

"Tolongin Naira...hiks....Naira takut..."

Jantung awarul tiba-tiba berdetak kencang. Dia berdoa semoga Naira baik-baik saja.

"Aku tau siapa pelakunya. Lihat saja aku tidak membiarkan dia mencoba meneror keluargaku lagi!"

Selesai, yeyyyyy langsung on the points jangan lupa vote dan follow serta tinggalkan jejak berupa komen oke jangan jadi siders yah.

Author mengundurkan diri...💗

RUMAH TANPA RAMAH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang