Setelah beberapa menit berjalan, mereka sampai di pekarangan rumah tetangga. Tak jauh dari tempat yang mereka pijak, terlihat sepatu yang tak asing dan kresek merah tak jauh dari sana. Mereka segera mendekati dan mengambil barang tersebut.
"Kak Iskandar mana kak Nichol!? Kok sepatunya doang?? Wah Rifansyah aduin ke bang Repan ya!" Ancam Rifansyah sambil sedikit gemetar.
"E-eh! J-jangan lah...tolong Rif jangan aduin gue...plis" Iskandar memohon dengan puppy eyes nya.
What the hell- seorang Iskandar sedang mohon? Lupakan itu...
"Jadi gimana nih! Kalo kak Nichol hilang, tentu aja ayah bakalan marah!" Kata Rifansyah mengingatkan.
"Plis Rif jangan bilang yang lain. Gue janji bakal cari Nicholas sampe ketemu, terus gue janji bakal turutin apapun yang Lo mau. Asalkan Lo bantuin gue, plis." Mohon Iskandar sambil mencoba membuat kesepakatan.
"Oke aku terima, asalkan kakak membawa kak Nichol cepat kembali. Kalau nggak, aku bakal bilang ke yang lain!" Balas Rifansyah dengan nada menuntut.
Dengan perlahan kedua manusia itu pulang dengan membawa sebelah sepatu Nicholas. Dan lupakan saja tentang mangga dan kresek merah.
Saat ini terasa sedikit aman tanpa ada yang memperhatikan kemana Nicholas. Walau begitu, sang biang kerok masih tak bisa tenang.
Besoknya
"Hadirin sekalian! SMPN Mega pelita lagi-lagi membuat olimpiade untuk 6 sekolah! Dan di sini, juara unggul selama olimpiade ada di sekolah Mega pelita! Selamat untuk para mudir berbakat dari sekolah lain! Kini SMPN Mega pelita mengandalkan Nicholas untuk mewakilkan sekolah dalam pertandingan ini! SMPN MEGA PELITA JAYA... JAYA... JAYA...!" Protokol mulai memberi sambutan.
3 bersaudara yang sedang duduk di kursi khusus anak pemilik saham tiba-tiba terkejut saat mendengar Nicholas mewakilkan sekolah untuk mengikuti olimpiade. Hanya ada 1 jawaban, Nicholas diam-diam mendaftar untuk mengikuti olimpiade itu. Oh ya ampun, sungguh egois...
"Eh...Nicholas ikut olimpiade yah? Bukannya Abang nggak mengizinkannya untuk ikut yah?" Tanya Hapipah kepada Repan, dengan posisi duduk menengahi awarul dan Repan.
"Anak itu memang keras kepala! Mau gimana lagi? Dia sudah mendaftar." Jawab Repan pasrah.
__________________
"Kau yakin kak? Aku gak pandai main skateboard bodoh! Kakak gila!?" Bentak Rifansyah marah, dia di paksa Iskandar untuk mengantikan Nicholas olimpiade skateboard."Udah ikut aja plis, kalah pun gak apa-apa. Plis jangan kecewain yang lain, atau nama Nicholas akan jelek di internet!" Kata Iskandar mendesak.
"Lo ikutin aja rencananya, Lo olimpiade sedangkan gue pergi cari Nicholas. Walau kemungkinan besar Lo bakalan ketahuan, tapi Lo harapan satu-satunya." Ucap Iskandar sambil memberikan masker putih pada Rifansyah, walau kemungkinan akan ketahuan tapi niat Iskandar hanya untuk mengulur waktu.
"Okelah, pokoknya kalau aku kalah jangan marah ya? Soalnya aku gak pandai main ginian...kakak tau sendiri lah, kalau pelajaran pjok aku kemana?" Kata Rifansyah memelas.
"Iya gue ngerti, yaudah bersiap di posisi Lo. Gue pergi dulu bye" kata Iskandar dengan seringai kemudian berlari menjauh dari Rifansyah.
"Persetan kau kak! Ah, gimana nih aku gak bisa main skateboard!!" Kata Rifansyah sambil memasang masker putih yang di berikan Iskandar lalu mencoba berdiri di atas skateboard.
Beberapa menit kemudian
"Baiklah para hadirin sekalian! Mari kita saksikan murid-murid kebanggan dari 6 sekolah! Sekarang mari kita mulai perlombaan!" Protokol kembali berbicara, memberitahu bahwa olimpiade akan segera di mulai.
Prittt...
Peluit di bunyikan dan menggema ke telinga setiap orang yang menyaksikan tanda pertandingan di mulai.
Rifansyah gemetar saat kakinya menapak di atas skateboard, dengan ragu-ragu dia maju dan woshh... skateboard nya meluncur kebawah. Rifansyah sedikit santai tetapi dia mulai panik saat skateboard nya berbalik hingga membuat sang empu terjungkal.
Kejadian itu sontak membuat 3 saudaranya yang duduk di kursi seketika membelalak kaget.
"NICHOLAS!! SEMANGAT!!" Para penonton yang berasal dari sekolah Mega pelita pun memberi dukungan dan mulai bersorak. Rifansyah dengan ragu lalu mencoba berdiri di atas skateboard itu, namun kali ini terjadi kesalahan yang sama.
"Mau ku bantu? Hm?"
Suara itu langsung membuat Rifansyah mendongakkan wajahnya melihat kakak ke-3 itu. Kedua manik itu saling memandang sebelum awarul terkejut.
"Rifansyah!?" Tanya awarul sambil menatap Rifansyah tak percaya.
"Kak awal...a-ak-"
"Pantas saja kau tidak bisa main haha...sini aku gantiin" kata awarul. Di luar dugaan. Rifansyah mengira sang kakak akan memarahinya tetapi malah sebaliknya, sang kakak malah membantunya.
Rifansyah langsung mengangguk mengiyakan, lalu berdiri di bantu awarul. Kemudian awarul mengambil posisi untuk mengantikan permainan skateboard.
Rifansyah langsung pergi ke tepi arena lalu di bantu oleh perawat UKS untuk mengobati luka di lengan dan kakinya tadi.
__________________
"PAK! KEJAR MOBIL ITU!!""Iya dek, gak usah ngegas. Bapak kejar ini mobilnya!"
Tiba-tiba saja lampu hijau berganti warna menjadi merah. Iskandar berdecak dan mengacak rambutnya frustasi karna taksi yang dia tumpangi berhenti, di tambah dia kehilangan jejak.
"Sialan!! Terlepas Lo!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH TANPA RAMAH
Fiksi RemajaKalian masih beruntung memiliki rumah.. Bagaimana dengan aku?.. Aku di asingkan hanya karna kesalahpahaman.. Aku juga punya rumah, tapi tanpa ramah.. Dan, tanpa warna.. Semua kelabu.. Start: 15 April End: idk :v